Frisian Flag Kembangkan Desa Susu

foto_Frisian Flag

PT Frisian Flag Indonesia (FFI) merupakan produsen susu untuk anak-anak dengan merek “Susu Bendera”. Perusahaan ini sudah hadir di Indonesia sejak tahun 1922. Ironisnya meskipun sudah 91 tahun beroperasi di Indonesia perusahaan ini masih mengimpor bahan baku susu dari luar negeri. Hal ini tentunya bisa menjadi peluang bagi peternak sapi perah di Indonesia.

Guna meningkatkan produksi susu sapi,  FFI pada tanggal 3 Juli meluncurkan program Kemitraan dengan  Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU) Lembang dan Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Selatan (KPBS), di Lembang, Jawa Barat. Program ini mendapat dukungan penuh dari Kedutaan Besar Belanda.

Ada tiga pilar utama yang dikembangkan dalam program ini. Pertama Less & Better, yakni peningkatan kualitas melalui optimalisasi rantai penerimaan susu dan perbaikan Milk Collection Point (MCP) atau tempat pengumpulan susu dari para  peternak yang dikombinasikan dengan peningkatan kemampuan manajemen.

Kedua Simple & Effectiveyaitu peningkatan pengetahuan kualitas dan kuantitas susu kepada peternak dan karyawan koperasi melalui pelatihan, pendidikan, dan praktek dilapangan. Ketiga Sustainable Welfareyaitu peningkatan produktivitas usaha peternakan sapi perah berkelanjutan melalui “desa susu percontohan”.

Program Kemitraan berlangsung dalam kurun waktu 2013 hingga 2017 dengan total dana sebesar 10 juta Euro (setara Rp 130 Milyar). Dari dana tersebut sebanyak 4 juta euro (setara 52 miliar) berasal dari pemerintah Belanda dan 6 juta Euro (setara Rp 7 miliar) dari FFI dan Koperasi.

Program tersebut diharapkan mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas susu segar yang dihasilkan peternak sapi perah. Dengan demikian kesejahteraan para peternak pun dapat terangkat. Setidaknya ada 10.000 peternak sapi perah di Pangalengan dan Lembang yang perlu ditingkatkan kesejahteraannya.

Marco Spits, President Director FFI mengatakan, FFI sudah sejak tahun 1996 bermitra dengan peternak sapi perah lokal Indonesia. “Pemberdayaan peternakan di Lembang dan Pangalengan diharapkan mampu mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku susu segar,” tuturnya.

Dari penjelasan Akhmad Junaidi, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pasca Panen Ditjen Peternakan dan Kesehatan Kementrian Pertanian RI, diketahui populasi sapi perah Indonesia 597.213 ekor dengan rata-rata produksi 11,51 liter/ekor/hari. Sementara produksi susu dalam negeri baru mencapai 775,78 ton. Jumlah tersebut baru mencukupi 20 persen dari kebutuhan nasional yang mencapai 3.946,46 ton. Untuk menutupi kebutuhan tersebut terpaksa industri susu nasional harus mengimpor. (Tony Burhanudin)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.