Sangat Menggiurkan, Bisnis Tanaman Hias Buka Peluang Ekspor Impor Indonesia

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Bisnis tanaman hias membuka peluang ekspor impor Indonesia

Marketing.co.id – Berita UMKM | Indonesia merupakan negara megabiodiversitas yang kaya akan keanekaragaman hayati termasuk florikultura atau tanaman hias. Potensi besar tersebut harus lebih dioptimalkan demi kesejahteraan masyarakat maupun dari sisi konservasinya.

Kepala Organisasi Riset Pertanian dan Pangan – Badan Riset dan Inovasi Nasional Puji Lestari mengatakan, volume dan nilai ekspor tanaman hias Indonesia masih tertinggal jauh dari negara Asia Tenggara lainnya, bahkan hanya berkontribusi sebesar 0,08% dari total nilai perdagangan tanaman hias di pasar global.

Menurutnya, terdapat sejumlah tantangan yang perlu dijawab demi meningkatkan perdagangan florikultura dari Indonesia, di antaranya adalah kompetensi SDM di sektor tanaman hias masih minim, tidak adanya vokasi di sektor ini, investasi benih serta kurangnya permodalan pengusaha, dan belum tersedianya sistem informasi yang terintegrasi antara produksi dan kebutuhan pasar.

Lebih lanjut Puji menuturkan, diperlukan inovasi dalam industri tanaman hias sehingga ke depannya para pelaku usaha dapat meningkatkan daya saing di pasar global. Ia mencontohkan, inovasi teknologi dalam florikultura dapat menunjang produktivitas benih dan tanaman serta memunculkan varietas unggul. Hingga kini, terdapat 300 varietas yang telah dilepas yang berasal dari sejumlah spesies seperti bunga krisan dan anggrek.

“Inovasi menghasilkan nilai tambah dan pengembangan produk. Inovasi adalah komponen kunci dari modernisasi florikultura,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam konferensi bertema “Keberlanjutan Keanekaragaman Hayati Indonesia dalam Usaha Tanaman Hias” di Hall A Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Sabtu (15/10).

Dalam kesempatan yang sama, Koordinator Pendaftaran Varietas Tanaman – Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian M Luthful Hakim mengatakan, pendaftaran plasma nutfah merupakan bagian dari upaya perlindungan pemerintah dalam pengelolaan keanekaragaman hayati di Indonesia.

Berdasarkan suatu penelitian, terdapat 12.237 plasma nutfah tanaman lokal Indonesia. Namun hingga kini, baru sekitar 1.999 yang terdaftar dan 1.786 dilepas perizinannya oleh Kementerian Pertanian, atau masih terbilang rendah.

“Jangan sampai kekayaan alam yang dimiliki yang kemudian diekspor, lalu kita abai akan pendaftarannya dan di kemudian hari justru diklaim negara lain sebagai produk asli mereka,” kata Luthful mengingatkan.

Penggemar Tanaman Hias Indonesia dan Pendiri Han Garden Handry Chuhairy menambahkan, sejumlah kiat dapat dilakukan pelaku usaha tanaman hias agar usahanya bisa menembus pasar domestik maupun ekspor.

Pertama, pengusaha harus dapat menemukan passion atau pola kesukaan akan suatu varietas tanaman hias, serta perlu memahami segmen yang akan dituju. Kedua, pelaku usaha juga mesti memantapkan posisinya dalam usaha, misalnya menjadi petani bibit, petani tanaman siap jual, ataukah menjadi distributor.

“Masyarakat harus tahu akan kesukaan atau passion terhadap tanaman hias itu sendiri. Hal ini karena berkaitan dengan benda hidup, sehingga perlu pemahaman akan karakternya,” kata Handry.

Menteri Koperasi dan UKM Republik Indonesia Teten Masduki dalam kunjungannya ke Floriculture Indonesia International Convex 2022 menyatakan bahwa perkembangan industri tanaman hias belakangan ini sudah cukup menggairahkan baik di pasar domestik maupun pasar global.

Namun, perlu waktu dan dukungan berbagai pihak dalam membangun ekosistem sehingga ke depan pengusaha asal Indonesia bisa meningkatkan daya saingnya. Salah satunya, kehadiran platform digital untuk mengakselerasi koneksi antara petani dengan pembelinya.

“Acaranya keren banget. Saya rasa dari kurasinya bagus. Saya melihat dalam FLOII Convex 2022 ini banyak varietas baru hasil silangan-silangan yang menurut saya luar biasa.  Bahkan, saya bisa mengatakan kita sudah di atas Thailand dan tinggal bagaimana cara komersialisasinya. Kita harus leading, baik dari segi volume, maupun varietasnya. Tanaman hias ini yang paling banyak membuka peluang bagi usaha keluarga ataupun perorangan, dan butuh agregatornya misalnya untuk mendorong masuk ke dalam negeri maupun ke luar,” ujar Teten.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, ekspor tanaman florikultura terus meningkat signifikan pada periode 2020-2022. Pada Januari-Juli periode 2020-2022, jumlah ekspor tahun 2020 di angka 2,980 juta kilogram. Kemudian, pada 2021 naik menjadi 3,414 juta kilogram dan pada 2022 terus tumbuh hingga menjadi 4,468 juta kilogram.

Dalam kurun Januari-Juli 2022, nilai ekspor tanaman hias asal Indonesia sudah mencapai Rp 1,3 triliun. Beberapa negara tujuan utama ekspor tanaman hias Indonesia adalah Amerika Serikat, Eropa, Uni Emirat Arab, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here