Fans dan Haters

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Apakah Anda fan dari seseorang dan menjadi haters buat seseorang yang lain? Apakah Anda fan dari Jokowi dan hater dari Prabowo? Atau sebaliknya, apakah Anda fan dari Prabowo dan hater dari Jokowi?

Fenomena fan dan hater menarik pada saat ini. Ada orang-orang yang demikian militan membela seseorang dan ada juga yang mati-matian membencinya. Jika menulis yang baik-baik tentang seseorang, kita bisa dicap sebagai fan. Sebaliknya jika menulis sesuatu yang bersifat kritikan, langsung dicap sebagai hater. Terlalu sering membaca tulisan-tulisan yang memuja seseorang terkadang membuat Anda tanpa sadar mulai menjadi fans orang tersebut. Ketika Anda berubah menjadi fans, maka Anda bisa otomatis menjadi haters dari kompetitornya.

fans dan haters

Fan berdasarkan definisi adalah kependekan dari fanatic, yaitu orang-orang yang bukan sekadar menyukai sesuatu tetapi sudah mencapai tahap memuja. Mereka juga selalu antusias mengikuti hal-hal yang terkait dengan apa yang mereka puja dan mempromosikannya ke pihak lain. Hal yang negatif, fan ini juga menjadi orang-orang yang keras kepala (stubborn), sering sulit dikasih tahu, dan mudah terprovokasi.  Menariknya, dulu yang muncul dan melembaga adalah para fan. Kini para haters pun mengemuka dan melembaga. Hater adalah kelompok orang yang secara intens menyatakan ketidaksukaan kepada sesuatu. Mereka menunjukkan ketidaksukaan mereka dengan kritik atau ajakan untuk tidak memilih atau menggunakan sesuatu.

Keeping Up with the Kardashians adalah acara reality show tersukses di Amerika Serikat. Acara ini memunculkan tidak hanya para fan dari Kim Kardashian, tetapi juga para hater yang secara militan melakukan kritik dan serangan melalui tulisan terbuka terhadap Kardashians. Baru-baru ini beberapa haters membuat keluarga Kardashian dilarang masuk ke beberapa tempat mewah di Amerika Serikat. Sekalipun Kardashians adalah keluarga kaya raya, mereka tidak bisa masuk ke beberapa klub jetset di sana. Itulah ulah para hater.

Fenomena fan dan hater di Indonesia ini paling mengemuka terjadi pada kasus rivalitas terbesar di Indonesia “Jokowi versus Prabowo”. Rivalitas ini benar-benar demikian kencang terasa sampai ke akar rumput sampai menciptakan fan dan hater. Pujaan dan cacian pada keduanya bergiliran muncul di berbagai media dan memengaruhi banyak orang. Lama-lama persepsi masyarakat cuma melihat media sebagai media fans atau media haters. Tak jarang seseorang tidak lagi mau menjadi teman seseorang di Facebook atau Twitter gara-gara urusan fan dan hater ini.

Lucunya hal tersebut, suka atau tidak, memengaruhi para marketer yang menjadi pengiklan di media. Seorang teman marketer tidak lagi memasang iklan di sebuah media gara-gara menganggap media tersebut mengeluarkan berita dan artikel yang terlalu mendukung seseorang. Sebaliknya, blogger yang cukup memiliki banyak massa sebelum menerima promosi dari sebuah brand bisa bertanya, apakah merek tersebut fan atau hater dari seseorang.

Memiliki konsumen-konsumen yang menjadi fans adalah cita-cita setiap pemilik brand. Memiliki haters adalah mimpi buruk bagi para pemilik brand. Hati-hati, dengan adanya media sosial, merek Anda bisa memiliki keduanya. Dibandingkan dulu, para fan kini memiliki media sosial yang bisa menjadi alat mereka untuk menyebarkan loyalitas merek kepada orang lain dengan cepat. Sebaliknya, para hater juga bisa menyebarkan kebencian terhadap merek kepada orang lain secara cepat. Pelayanan yang buruk, perlakuan yang kurang baik kepada konsumen, sampai kualitas produk yang jelek, bisa menciptakan hater.

Oleh karenanya, menciptakan fan dan menjaga agar hater tidak berkembang menjadi pekerjaan rumah para marketer di masa mendatang. Fans adalah cikal bakal yang akan membuat merek Anda bertahan terus di masa mendatang. Sedangkan haters adalah destroyer yang bisa menghancurkan merek Anda dalam sekejap.

Rahmat Susanta

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here