Facebook Bisa Memprediksi Risiko Bunuh Diri?

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

facebook prediksi bunuh diriJika Anda berpikir tentang bunuh diri, media sosial yang Anda gunakan mungkin akan memberitahukan itu. Apa pasal, sebuah inisiatif yang disebut  proyek Durkheim menggunakan algoritma kecerdasan (AI) buatan dapat mengidentifikasi kata-kata dan frase umum di antara mereka yang mungkin berisiko bunuh diri.

Program yang diluncurkan pada tanggal 2 Juli ini sekarang baru menargetkan kaum manula atau veteran. Veteran dipilih karena mereka memiliki tingkat risiko bunuh diri paling tinggi.

Dalam Durkheim Project tersebut, veteran menginstal aplikasi pada komputer, perangkat iOS dan Android.  Aplikasi tersebut nantinya akan melacak apapun yang di posting atau di upload pengguna dan di masukkan ke dalam database medis.  Selanjutnya AI medis akan memonitor data tersebut secara real-time.

Selain menyimpan informasi dari perangkat pengguna, aplikasi Durkheim Project akan memantau konten dari Facebook, Twitter dan LinkedIn. Sebuah database di Geisel Scholl of Medicine di Dartmouth University akan melacak lokasi dan pesan teks pengguna. Namun, tak akan berbagi informasi dengan pihak ketiga. Aplikasi ini juga aman dari serangan hacker karena dibekali firewall.

“Studi yang sudah dimulai dengan mitra peneliti kami ini akan membangun basis pengetahuan yang memungkinkan intervensi tepat waktu oleh para profesional kesehatan mental,” terang Chris Poulin, peneliti utama proyek dikutip technewsdaily.com. “Facebook memiliki kemampuan menjangkau yang tak tertandingi,” lanjut Poulin.

Ke depan, aplikasi ini dapat memberitahukan profesional jika seseorang tampaknya berada dalam risiko perilaku yang berbahaya. Namun, versi saat ini benar-benar non interventional, sejak banyaknya veteran yang bunuh diri dibanding masyarakat pada umumnya.  Durkheim Project bisa mendapatkan beberapa data berharga dengan cara melacak pengguna aktif media sosial yang berusaha untuk bunuh diri.

Sebelumnya,  fase pertama penelitian yang meneliti media sosial dari para veteran aktif secara online ini dilakukan Poulin dan Tim tahun 2011.  Temuan itu mengatakan: lebih dari 65% pengguna berisiko bunuh diri dipekerjakan kata kunci atau frase secara teratur pada akun media sosial mereka.

Sayangnya, Durkheim Project ini mungkin tidak akan berjalan dalam jangka panjang. Program ini mengharuskan pengguna untuk opt-in, di mana mereka yang berisiko bunuh diri mungkin tidak akan mencari bantuan.  Selain itu, penelitian hanya melacak korelasi, tidak ada indikasi bahwa para veteran yang posting status negatif selalu akan bunuh diri.

Meski begitu, proyek yang diharapkan dapat mengurangi risiko bunuh diri di kalangan veteran ini merupakan sebuah tujuan yang mulia. Melalui kerja sama antar profesional kesehatan mental dan ahli teknologi, laman media sosial para veteran itu bisa jauh lebih dari sekadar tempat memajang status sedih yang menyebabkan kematiannya.