Era Berbagi dan Kolaborasi

Dalam industri jaringan komputer kita mengenal macam jaringan peer-to-peer, dimana dua atau lebih komputer saling terhubung satu sama lain, bisa saling berbagi data dan resource, tanpa harus melalui komputer server. Kini konsep ini diterapkan menjadi suatu konsep bisnis yang sudah lama populer di luar negeri. Selamat datang era Sharing Economy.

sharing_economy_01_lowres
Sharing Economy

Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang properti, Airbnb membantu orang-orang di seluruh dunia untuk menemukan tempat tinggal ideal mereka. Layaknya situs properti lain, Airbnb tak hanya membantu konsumen dalam mencari properti untuk dibeli, tapi juga memberikan jasa jual, beli, serta sewa. Bagi konsumen yang hendak bepergian ke suatu tempat pun bisa mem-browsing Airbnb untuk mencari dan mem-booking tempat tinggal sementara. Airbnb bisa menjadi salah satu perusahaan properti terbesar dunia, yang tidak memiliki real estate.

Proses memanggil taxi menjadi semakin mudah dan simple dan tidak perlu menunggu lama hingga taxi tersebut datang di depan pintu. Bahkan sebelum Anda beranjak dari meeting di suatu hotel, berjalan menuju koridor panjang, turun lift, keluar lewat lobby, mobil taxi sudah siap menunggu. Perusahaan Uber Taxi bisa menjadi salah satu perusahaan taxi terbesar di dunia, yang tidak memiliki kendaraan (atau taxi).

Facebook kini bisa menjadi perusahaan yang setiap harinya kebanjiran konten, tanpa harus menciptakan konten sedikit pun. Alibaba bisa menjadi salah satu e-commerce terbesar dunia, tanpa harus memiliki inventori. Plus masih ada perusahaan-perusahaan lain yang mengikuti sistem dan konsep serupa.

Berkembangnya industri digital dan mobile, diikuti juga dengan masuknya kita ke era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) membuat batasan antar negara dan industri menjadi semakin kabur. Perusahaan yang bergerak di suatu industri tertentu kini mendadak harus bersaing dan berhadapan dengan perusahaan lain yang bahkan sebelumnya berasal dari industri yang berbeda. Salah satu fenomena yang muncul akibat tren ini adalah bermunculannya perusahaan-perusahaan yang menganut Sharing Economy.

Sharing Economy sendiri adalah suatu ekosistem bisnis yang bersifat sosial dan seringkali berbasis layanan komunitas, dimana semua pihak bisa saling berbagi dan mengonsumsi semua sumber daya yang ada. Singkatnya, apa yang dimiliki oleh satu pihak bisa digunakan oleh pihak lain, tapi dengan sejumlah biaya tentunya.

Aktivitas yang dilakukan dalam lingkungan Sharing Economy ini mencakup aspek-aspek seperti saling berbagi, saling bertukar, pembelian secara kolektif, mengonsumsi sumber daya secara bersamaan, shared ownership, co creation, daur ulang, redistribution, sewa menyewa, meminjam, berlangganan sementara, dan masih banyak lagi. Kemungkinannya bisa jadi tidak terbatas dan bisa dikembangkan terus menerus.

Ada peluang  besar nantinya orang tidak perlu memiliki suatu aset untuk dapat menggunakannya. Ada banyak alasan mengapa sistem Sharing Economy ini menjadi menarik, dimana aset yang dianggap terlalu mahal untuk dibeli atau di-maintain, kini bisa disewa dan bisa digunakan dengan biaya yang jauh lebih murah.

Aset yang jarang digunakan bisa menjadi beban jika dibiarkan begitu saja. Aset yang sering atau rutin digunakan sekali pun bisa jadi memberatkan dalam hal biaya baik untuk investasi awal atau untuk perawatan dalam jangka panjang. Dengan memanfaatkan jasa atau layanan para perusahaan Sharing Economy ini, kita bisa mendapatkan suatu fasilitas yang tadinya tak bisa kita nikmati.

Tentu ada banyak faktor dan elemen yang terlibat dalam suatu jaringan sharing economy. Dari jaringan tersebut akan terbentuk suatu ekosistem bisnis dan ekonomi yang tersusun dari elemen-elemen seperti orang, produk / jasa, produksi, distribusi, komunikasi, dan masih banyak lagi. Dari semuanya itu akan bisa menciptakan 3 aktivitas yang umumnya bisa dilakukan dalam sharing economy:

Product to Service:

Perusahaan yang tadinya menawarkan produk, kini menawarkan jasa dengan memanfaatkan produk yang belum tentu dimiliki mereka. Di sini produk yang dimiliki secara pribadi bisa disewakan (share).

Contoh: BMW kini membuat BMW Drive Now, dimana pelanggan bisa menggunakan mobil kapan pun dan di mana pun mereka membutuhkannya, dengan membayar biaya sewa yang dihitung per jangka waktu pemakaian.

Recycle or Redistribution:

Suatu sistem dimana produk dipindahtangankan dari pihak yang tidak membutuhkan ke pihak yang membutuhkan, atau dijual dulu untuk mendapatkan uang tunai lalu dipindahtangankan ke pihak lain.

Contoh: Kini ada banyak perusahaan yang menawarkan jasa seperti ini, seperti eBay, Craigslist, uSell, dan lain-lain.

Collaborative Consumption:

Suatu sistem di mana orang-orang bisa saling berbagi minat, keperluan, dan kebutuhan yang sama untuk aset-aset yang sifatnya tidak terlalu tangible, seperti waktu, ruang, atau keahlian. Seringkali ada beberapa pihak yang terlibat dalam menyelesaikan atau mengonsumsi suatu tugas atau kebutuhan tertentu.

Contoh: Perusahaan bernama Taskrabbit berupa marketplace online, bisa menjodohkan pihak-pihak yang mempunyai kebutuhan tertentu dengan berbagai pihak lain yang punya sumber daya yang pas untuk memenuhinya.

Dengan semakin berkembangnya teknologi digital dan mobile, semakin mudah untuk menemukan platform yang berbasis teknologi GPS (location-based), sehingga kita bisa dengan mudah menemukan mitra untuk menjalin kerjasama. Selain itu sharing info atau komunikasi pun bisa dilakukan secara real time. Dengan demikian semua pihak bisa berinteraksi dalam suatu jaringan dan saling bertransaksi secara langsung.

Demikian intinya dengan semakin trennya sharing economy, orang bisa mengubah aset atau modal yang tadinya nganggur (idle) menjadi sumber revenue. Apapun bisa terjadi dengan adanya fenomena ini. Kemungkinan akan ada bisnis-bisnis yang bisa tergusur, atau bisa juga bermunculan bisnis-bisnis yang mengusung model atau sistem yang baru.

Ivan Mulyadi

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.