Tahukah Anda, kenapa banyak orang yang mengenal toko kue Amanda di Bandung atau Soto Ayam Bangkong di Semarang? Padahal, mereka tidak melakukan aktivitas promosi yang gencar sebagaimana sering dilakukan perusahaan besar. Jika dilihat dari sejarahnya, mereka ini dulu adalah usaha kecil yang tentunya tidak punya anggaran promosi. Mereka jadi beken lantaran makanan yang dijual rasanya enak, harganya terjangkau dan pelayanannya pun bagus. Kelebihan inilah yang dirasakan oleh konsumen, yang kemudian menceritakannya kepada konsumen lain. Konsumen yang puas bukan cuma bercerita namun merekomendasikan agar menjajal tempat itu.
Komunikasi dari mulut ke mulut atau strategi word of mouth memang banyak dilakukan oleh para pengusaha kecil. Selain tidak memerlukan biaya dan effort besar, strategi ini juga sungguh efektif. Survei yang dirilis oleh Jupiter Media Corp, lembaga riset yang bermarkas di New York, mengungkapkan bahwa pada umumnya perusahaan kecil lebih banyak menggunakan strategi word of mouth dalam strategi pemasarannya ketimbang perusahaan besar atau menengah. Para pengusaha kecil ini memanfaatkan peralatan yang tidak memerlukan biaya, termasuk di antaranya papan pesan. Mereka, ungkap riset tersebut, juga sering mengizinkan karyawannya mengunjungi pelanggan sebagai cara untuk memantau pembicaraan mengenai produk yang dikonsumsi.
Riset yang mewawancarai 72 perusahaan yang beromzet kurang dari US$ 1 juta dan 173 perusahaan yang beromzet lebih dari US$ 1 juta ini, mencatat 84% perusahaan kecil setuju bahwa dampak word of mouth dapat diukur. Sedangkan perusahaan besar dan menengah yang setuju dengan pernyataan tersebut berjumlah 70%. Begitu pula dengan pernyataan setuju bahwa perusahaan dapat mempengaruhi pembicaraan tentang produk, persentasenya lebih besar perusahaan kecil (84%) ketimbang perusahaan besar dan menengah (78%).
Persepsi Efektivitas Manajemen Worth Of Mouth menurut Skala Perusahaan
Persepsi | Revenue kurang dari US$ 1 juta | Revenue lebih dari US$ 1 juta |
Setuju bahwa dampak word of mouth dapat diukur | 84% | 70% |
Percaya bahwa mereka mengerti pembicaraan | 60% | 52% |
Setuju bahwa perusahaan dapat mempengaruhi pembicaraan tentang produk | 84% | 78% |
Sumber: Jupiter Research, New York