Dwi Sapta Group dan Dentsu Aegis Network memutuskan untuk melakukan merger. Merger dua raksasa grup periklanan menjadi merger terbesar dalam sejarah periklanan Indonesia. Menurut pendiri Dwi Sapta Group Adji Watono, proses merger berlangsung sekitar dua tahun. Dengan meneteskan airmata, Adji menceritakan sejarah perjalanan Dwi Sapta hingga menjadi perusahaan periklanan yang disegani di tanah air.
“Kami memulai Dwi Sapta dari studio foto kecil yang kami beli seharga Rp10 juta,” jelas Adji pada pidato pengumuman merger di Hotel Mulai Senayan, Rabu (25/01). Dwi Sapta resmi beroperasi pada 27 Mei 1981.
Pencapaian bisnis Dwi Sapta Group sebenarnya tidaklah mengecewakan, menurut Maya Watono CEO Dwi Sapta Group, tiga tahun lalu Dwi Sapta telah menorehkan pencapaian bisnis senilai Rp1 triliun.
Namun tuntutan klien dan persaingan memaksa Dwi Sapta untuk merger. Adji mengatakan, banyak klien lokal yang saat ini mengekspor produknya ke luar negeri. Mereka membutuhkan jaringan global untuk lebih mendukung agenda bisnis mereka. Melalui sinergi dengan Dentsu Aegis Network diharapkan bisa mewujudkan ambisi Dwi Sapta membawa perusahaan lokal Indonesia go global. “Paling tidak untuk tahap awal kawasan Asean dulu,” tutur Adji.
Adji menambahkan, bergabung dengan Dentsu Aegis Network memungkinkan Dwi Sapta belajar mengenai tool-tool internasional dan bersinergi dengan klien untuk mendorong pertumbuhan regional. “Ada penggabungan budaya yang kuat dan kami ingin memulai perjalanan ini bersama-sama,” tegas Adji.
Maya Watono menegaskan, dari 11 perusahaan yang dimiliki Dwi Sapta Group, 8 perusahaan akan bergabung dengan Dentsu Aegis Network. Kedelapan perusahaan tersebut mencakup dua advertising agency (Dwi Sapta & Main Ad), dua media spesialis agency (DSP Media & Main Media), satu digital agency (Inexus), satu brand activation agency (BEE Activator), satu Public Relations Agency (Dwi Sapta PR), dan satu research agency (Dwi Sapta Research).
Sementara itu, Harris Thajeb, CEO Dentsu Aegis Network Indonesia, mengatakan Dwi Sapta memiliki pengetahuan yang mendalam tentang pasar Indonesia dengan klien berasal dari industri FMCG, BFSI dan industri farmasi. Ketiga industri ini kata Harris merupakan industri utama dalam perekonomian Indonesia dengan daya beli masyarakat yang kuat.
Tidak bisa dikesampingkan pula sosok Adji Watono sebagai sosok yang dihormati dalam industri periklanan dan media di Indonesia. “Berprestasi dan berani berinovasi, serta memiliki prinsip dan komitmen bisnis yang kuat dalam mensukseskan produk-produk kliennya. Kami sangat menantikan untuk bekerja sama dengan Pak Adji, Maya dan tim, “jelas Harris.
Pasca merger ada peruban posisi di pucuk pimpinan di Dwi Sapta Group. Adji Watono akan mengisi posisi Chairman dan Founder Dwi Sapta Group, sementara Maya Watono menggantikan posisi ayahnya (Adji Watono) sebagai CEO Dwi Sapta Group.
Merger kedua perusahaan akan menampung sekitar 1000 karyawan, dengan rincian Dwi Sapta Group 400 karyawan dan Dentsu Aegis Network 600 karyawan. Thayeb menegaskan, merger ini bukan tentang besarnya jumlah karyawan, tapi tentang kualitas SDM untuk melahirkan berbagai inovasi.
Dentsu Aegis Network merupakan bagian dari Dentsu Inc. Dentsu Aegis Network berkantor pusat di London, Inggris dan beroperasi di 145 negara dengan sekitar 35 pakar.
Tony Burhanudin