
SHS Sukamandi Terapkan Teknologi Drone untuk Tingkatkan Efisiensi dan Ketahanan Pangan
Marketing.co.id – Berita Digital | Indonesia tengah mempercepat langkah menuju ketahanan pangan nasional dan modernisasi sektor pertanian. Dalam upaya menghadapi tantangan seperti kelangkaan tenaga kerja, lonjakan biaya produksi, dan ketidakpastian iklim, teknologi pesawat tanpa awak (drone) pertanian XAG kini hadir sebagai solusi inovatif.
Langkah penting ini terlihat di Sang Hyang Seri (SHS), badan usaha milik negara (BUMN) sekaligus salah satu produsen beras terbesar di Indonesia, yang mengelola sekitar 5.000 hektar lahan sawah di Sukamandi, Subang. Menurut Dasep Setiawan, Manajer Lahan SHS Sukamandi, penerapan pertanian presisi berbasis digital menjadi titik balik dalam transformasi SHS.
Baca Juga: Mengapa AI Jadi Penentu Masa Depan Ketahanan Pangan Dunia?
“Peralihan dari metode manual menuju sistem digital dan otomatisasi menjadi perkembangan penting bagi SHS. Kami baru memulainya, tapi hasilnya sudah terasa signifikan,” ujar Dasep Setiawan.
Transformasi ini sejalan dengan rencana aksi nasional Kementerian Pertanian yang mendorong penggunaan teknologi presisi untuk meningkatkan hasil panen dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Drone Pertanian XAG P100 Pro Tingkatkan Efisiensi Lapangan
Sejak awal 2025, SHS bersama PT Blessed Bentara Agri Indonesia sebagai distributor resmi XAG, mulai menguji coba drone pertanian XAG P100 Pro di lahan seluas 15 hektar. Hasilnya, aktivitas penyemprotan dan penaburan menjadi jauh lebih cepat dan efisien.
Dengan desain lipat (foldable) yang ringkas, P100 Pro mudah dibawa bahkan menggunakan sepeda motor atau minivan, memudahkan mobilitas antar lokasi. “Dengan drone, kami bisa berpindah lokasi dengan cepat. Mobilitas ini penting sekali dalam mengelola area yang luas,” tambah Setiawan.
P100 Pro juga unggul dengan sistem XAG RevoSpray dan tangki pintar 50 liter yang mampu menyemprot hingga 22 liter per menit. Melalui aplikasi XAG One, petani bisa mengatur dosis, kecepatan, dan ketinggian secara presisi sebelum proses penyemprotan dimulai.
“Penyemprotan jadi lebih akurat dan merata dibandingkan metode manual. Semua bisa dikendalikan lewat aplikasi,” jelasnya.
Penggunaan Drone Kurangi Bahan Kimia dan Lindungi Pekerja
Penelitian Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa penerapan drone dapat mengurangi penggunaan bahan kimia hingga 30%, meningkatkan keseragaman hasil semprotan, serta menurunkan paparan pestisida bagi pekerja.
Selain untuk penyemprotan pestisida, XAG P100 Pro juga digunakan untuk pemupukan dan penaburan benih menggunakan sistem RevoCast. Dengan kapasitas hingga 150 kg per menit, drone ini mampu menyebarkan pupuk secara merata di lahan yang luas.
“Pemupukan manual sering kali tidak efisien. Dengan drone, hasilnya lebih konsisten dan berdampak langsung pada produktivitas serta efisiensi biaya,” ungkap Setiawan.
Satu Drone Gantikan Sepuluh Pekerja
Adam Dalah Agung, pilot drone SHS, menegaskan bahwa peningkatan efisiensi sangat signifikan. “Pekerjaan yang biasanya butuh sepuluh orang kini bisa dikerjakan satu unit drone. Semua parameter diatur lewat aplikasi, hasilnya pun lebih cepat dan presisi. Dalam satu hari, pekerjaan bisa selesai dalam beberapa jam saja,” ujarnya.
Meski begitu, SHS tetap memperhatikan dampak sosial dari penggunaan teknologi canggih ini. Setiawan dan Agung menekankan pentingnya memberdayakan petani dengan keterampilan baru, bukan menggantikan peran mereka. Oleh karena itu, SHS rutin mengadakan pelatihan pertanian digital dan penggunaan drone bagi petani lokal agar mampu beradaptasi dengan era pertanian modern.
Minat terhadap drone pertanian XAG kini mulai tumbuh di kalangan produsen besar dan kelompok tani di berbagai daerah. Dengan meningkatnya tantangan perubahan iklim dan kebutuhan pangan nasional, adopsi teknologi drone menjadi jalan baru menuju pertanian cerdas, efisien, dan berkelanjutan.
“Banyak petani datang untuk melihat langsung cara kerja drone. Kami optimistis, semakin banyak yang akan mengikuti langkah ini,” tutup Setiawan.


