Disc Tarra, Tetap Eksis di Tengah Gempuran Era Digital

Di tengah gempuran era digital, Disc Tarra masih menunjukkan eksistensinya. Seperti apa strateginya?

Andhika Hartawan, Manajer Marketing Tarra GroupEra digital tak ubahnya pedang bermata dua. Dia bisa menjadi berkah bagi sebagian pihak, tapi juga tantangan bagi yang lain. Hampir semua industri mengalami perubahan besar, termasuk industri musik.

Sekarang orang sudah lebih suka membeli musik digital ketimbang CD atau kaset. Bahkan mencari pemutarnya saja saat ini sudah tidak semudah dulu. Hal ini jelas mengubah peta bisnis musik di Indonesia. Toko-toko CD yang tadinya bertebaran di mal, pelan-pelan mulai menghilang. Baca: Kiat Berbenah Ala Disc Tarra

Masih ingat kan gimana mengejutkannya ketika toko musik Aquarius akhirnya memutuskan menutup toko terakhirnya di Jalan Mahakam, Blok M? Tidak banyak yang bisa bertahan di tengah terus menurunnya penjualan rekaman musik berformat CD. Salah satu yang masih bertahan adalah Disc Tarra.

Bagaimana Disc Tarra bisa bertahan di tengah lesunya penjualan CD dan kaset sekarang ini? Sebagai penjual CD pertama di Indonesia, Disc Tarra harus berjuang keras untuk mempertahankan eksistensinya.

Pasalnya, CD bagi sebagian orang merupakan barang mewah. Kebanyakan orang Indonesia masih merasa bahwa CD bukan sebuah kebutuhan. Jika diberikan sebuah pilihan antara membeli CD dan makan, mana yang akan dipilih? Pasti makan. Itulah yang menghambat penjualan CD.

Jualan dengan Passion

situs disc tarraUntuk menghadapi hal ini, Disc Tarra melakukan penjualan dengan passion. Inilah yang diakui Andhika Hartawan, Manajer Marketing Tarra Group sebagai kunci eksistensi Disc Tarra hingga hari ini. Selain itu, Disc Tarra juga menerapkan customer loyalty di toko, mendekati para penggemar, dan mencoba memberikan pelayanan terbaik.

Saat ini kebanyakan pelanggan Disc Tarra adalah mereka yang berumur. Mereka adalah orang-orang yang mengerti kualitas, punya uang, dan biasanya mereka perlu refreshing. Tidak heran jika lagu-lagu yang ditawarkan pun tidak mainstream, meski Disc Tarra tidak pernah meninggalkan musik mainstream sama sekali. Karena mereka juga menargetkan penggemar fanatik artis.

Jadi, meski penjualan CD diakui Andhika menurun, tapi ternyata untuk Disc Tarra penjualan di ritel masih dominan. Karena tetap ada pelanggan yang masih suka membeli musik dengan cara lama, yaitu datang langsung ke toko.

Untuk itu, Disc Tarra selalu mendorong para karyawan di tokonya untuk bersikap lebih fun dan welcome terhadap pelanggan. Karena itu cara menjaga mereka tetap datang ke outlet, layanan yang menyenangkan.

Ikut Terjun ke Ranah Digital

Sementara untuk bersaing dengan penjualan musik digital, Disc Tarra membuat sistem penjualan online melalui website mereka. Hal ini menjadi salah satu cara promosi dan jualan mereka. “Kegiatan marketing online dan offline kami selalu terintegrasi dengan baik,” ujar Andika.

Alih-alih memusuhi platform penjualan musik digital seperti iTunes, Disc Tarra justru menggandeng mereka dengan melakukan kerja sama. Saat ini Disc Tarra sudah melakukan kerja sama dengan banyak pihak, misalnya eBay, Telkomsel, Melon Indonesia, Nokia, dan lain-lain.

“Kami juga coba menyebar ke banyak platform seperti RBT, YouTube, Streaming in Store, dan Disctarra.com,” tutur Andhika.

Mereka juga berencana menjual musik dalam format MP3. Namun hal ini belum terlaksana karena penbajakan di Indonesia dirasa masih sangat dominan. Andhika mengatakan bahwa saat ini pembajakan adalah pesaing nomor wahid bagi Disc Tarra. Untuk menghadapinya dibutuhkan kerja sama dengan semua pihak yang bermain di industri ini.

“Dalam 30 tahun ke depan, tidak akan ada lagi lokal musik yang bertahan, kalau pembajakan masih terus terjadi dan tidak diatasi secara serius,” begitu pemuda dengan perawakan tegap ini memprediksi.

Apakah prediksi ini akan terjadi? Semoga tidak. (Cecep Supriadi)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.