Jika banyak orang yang takut terhadap risiko, Diajeng Lestari justru sebaliknya. Bos HijUp ini mengaku malah mendekatkan diri terhadap risiko.
Dididik oleh seorang ibu yang menjadi single parent tak meruntuhkan niat Diajeng Lestari untuk sukses. Diajarkan berwirausaha dengan sering ikut bazaar sejak kecil, menjadi dasar Diajeng untuk lebih memilih menggaji ketimbang digaji.
Pasalnya, perempuan yang akrab disapa Ajeng ini awalnya adalah pekerja kantoran yang tinggal di zona nyaman, namun kemudian ia melakukan manuver dengan memilih untuk jadi entrepreneur yang fokus ke hijab. Bermodalkan dua karyawan, Ajeng langsung mengalami awkward moment saat pertama kali HijUp beroperasi.
Ya, ketika itu Ajeng mengaku sangat sedih karena salah satu karyawannya langsung resign di hari pertama beroperasi.
Kendati begitu ia tak patah arang, menggantikan posisi sebagai admin merangkap OB dilakoninya agar bisnisnya tetap jalan.
Ajeng berpendapat, masa-masa awal membuka bisnis memanglah penuh risiko. Karena kita masih belum bisa melihat, seperti apa masa depan bisnis itu kelak.
“Risiko selalu ada, tapi keyakinan saya adalah di balik risiko selalu ada rezeki,” terang Ajeng.
“Saya (juga) pernah mencoba membeli produk dari tenant dan menjualnya kembali, namun ternyata tidak cepat terjual. Pengalaman itu membuat saya tumbuh, saya jadi tahu bahwa produk seperti itu tidak terlalu disukai pasar, jadi saya bisa memilih produk yang lebih baik lagi,” lanjutnya.
Diajeng Lestari memang bukan satu-satunya pelaku bisnis yang mengalami masa jatuh bangun, banyak juga orang yang sempat merasakan hal itu, entah kemudian mereka bangkit lagi atau tidak.
Satu hal yang membedakan antara yang sukses dan yang tidak adalah mereka yang memiliki mental juara pasti akan terus bangkit meski telah roboh berkali-kali.