Melakukan Segmentasi dengan Demografi.

Salah satu basis yang seringkali dipakai marketer dalam melakukan segmentasi adalah faktor demografi. Mereka yakin bahwa faktor demografi penting untuk menentukan segmentasi pasar, atau paling tidak untuk mendeskripsikan segmen tertentu. Demografi pada dasarnya adalah klasifikasi atau pengelompokkan yang didasarkan pada peta kependudukan. Jumlah penduduk menurut kelompok umur, jenis kelamin atau gender, pendidikan, tingkat kesejahteraan dan sebagainya, merupakan variabel-variabel demografi yang akan menentukan besarnya pasar, potensi daya beli, dan perubahan-perubahan yang terjadi di pasar.

segmentasi dengan demografi

Berbicara mengenai segmen kelompok menengah-atas, berarti memilah masyarakat berdasarkan tingkat kesejahteraannya. Biasanya, tingkat kesejahteraan seseorang bisa dilihat dari tingkat pendapatan ataupun tingkat pengeluarannya. Namun kita kerap akan menemui kesulitan bila menanyakan orang tentang berapa besar pendapatan yang diperoleh. Lazimnya dia akan keberatan untuk menjawab berapa besar pendapatannya. Dia lebih mudah mengungkapkan berapa besar pengeluaran rutin sehari-harinya. Oleh karena itu, akan lebih mudah mengetahui tingkat kesejahteraan seseorang dengan melihat dari sisi pengeluarannya.

Umumnya, para peneliti mendefinisikan pengeluaran dalam pengertian yang relatif sama, yaitu pengeluaran rutin untuk barang dan jasa seperti membeli makanan dan minuman, biaya sekolah anak, biaya listrik, gaji pembantu, transportasi, dan lainnya dalam sebulan—tidak termasuk pengeluaran untuk kredit kendaraan atau rumah. Namun yang membedakan adalah basis pengelompokannya. Pengelompokan ini sering juga disebut Social Economy Class (SEC) atau Social Economy Status (SES). Dalam lingkup riset pemasaran, SEC atau SES ini tergambar dalam 5 kelompok, yaitu: SES E, SES D, SES C, SES B. dan SES A. Kita sering menjumpai peneliti-peneliti yang berbeda versi dalam menentukan basis pengelompokan SES.

AC Nielsen misalnya, menentukan seseorang/keluarga masuk kelompok SES A apabila memiliki tingkat pengeluaran per bulan lebih dari Rp 1.750.000. Sedang keluarga yang masuk kategori SES B bila memiliki tingkat pengeluaran antara Rp 1.250.000– 1.750.000. Berdasarkan versi AC Nielsen, banyaknya orang yang masuk kategori kelas menengah-atas ini sekitar 22%  (terdiri dari 10% SES A dan 12% SES B).

Tingkat Pengeluaran di 15 Kota Besar

E D C2 C1 B A1 A2
Kurang dari 400.000 – 600.000 – 800.000 – 1.250.000 1.750.000 lebih dari
400.000 600.000 800.000 1.250.000 1.750.000 2.250.000 2.250.000
13% 21% 19% 25% 12% 6% 4%

Sumber: Nielsen Media Index

Pengelompokkan ini akan berbeda jika melihat versi Badan Pusat Statistik (BPS). Biro riset milik pemerintah ini tidak menggunakan istilah SES A, SES B atau SES C. Dari dulu hingga sekarang cut off yang dijadikan patokan dalam pengelompokan tetap sama, yakni kelompok pengeluaran per kapita per bulan, yang terdiri dari kelompok pengeluaran di atas Rp 500 ribu, kelompok Rp 300.000–499.999, kelompok Rp 200.000–299.999, dan seterusnya. BPS mencatat orang Indonesia yang masuk kategori kelas menengah-atas ada sekitar 15%. Angka ini merupakan hasil sensus penduduk yang mencakup kota dan pedesaan.

Monthly per Capita Expenditure Class (Rp) Urban

%

Rural

%

Urban+Rural

%

Less than 40.000 0.06 0.03
40.000   –    59.999 0.12 1.47 0.87
60.000   –    79.999 1.57 7.86 5.06
80.000   –    99.999 3.77 14.46 9.71
100.000 –  149.999 19.56 37.99 29.80
150.000 –  199.999 20.45 20.39 20.42
200.000 –  299.999 26.36 12.86 18.86
300.000 –  499.999 19.33 4.01 10.82
500.000 and over 8.83 0.91 4.43
Total 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS

Kalau produk Anda ingin berfokus di kota besar saja, penggolongan dari Frontier mungkin bisa disimak. Biro riset yang melakukan survei rutin setiap tahun di kota-kota besar ini menentukan basis SES yang lebih besar. Untuk SES A, Frontier menentukan pengeluaran keluarga Rp 3 juta ke atas. Sedang SES B adalah keluarga yang berpengeluaran antara Rp 1,8 juta–3 juta. Kemudian SES C adalah kelompok pengeluaran Rp 1 juta–1,8 juta, dan seterusnya. Menurut hasil riset Frontier, banyaknya orang yang masuk kategori kelas menengah-atas ada sekitar 37%. Besarnya angka ini wajar saja karena survei dilakukan di kota-kota besar, yang biaya hidupnya lebih besar daripada kota-kota lainnya.

Tingkat Pengeluaran di Kota-kota Besar

Pengeluaran SES Jumlah
Kurang dari Rp 600.000 SES E 4.20%
Rp   600.000  – Rp 1.000.000 SES D 19.80%
Rp 1.000.000 – Rp 1.800.000 SES C 38.80%
Rp 1.800.001 – Rp 3.000.000 SES B 22.30%
Lebih dari Rp 3.000.000 SES A 15.00%

3 COMMENTS

  1. Bos, rasanya pengelompokkan itu untuk Jakarta terlalu rendah ya.
    Masak pengeluaran 3 juta per bulan sudah kelompok A?

    Silakan tanya gaji anak2 fresh graduate, atau gunakan contoh di kantor saya: 4-5 juta perbulan, my driver is 3,5 mio per bulan.

    Dengan pengelompokkan yang terlalu rendah, bisa mengakibatkan strategi marketing yang keliru juga. Contoh: calon pembeli barang mewah bukan 13% dari market.
    Sayang Nielsen dll tidak pernah mau dengar kritikan.

  2. Selamat siang. Bolehkah saya minta link data dari BPS mengenai pengelompokan SES dengan data yang terupdate? Saya sudah berusaha mencari tapi tidak menemukannya. Kebetulan ini untuk keperluan skripsi. Terima kasih sebelumnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.