Sinyal Positif di Tengah Bayangan Sentimen Politik di 2018

DBS Asian Insights Conference 2017 kembali mempertemukan para tokoh intelektual, pemangku jabatan pemerintah dan pakar dari berbagai bidang untuk berdiskusi bersama mengenai prospek pertumbuhan laju ekonomi Indonesia sebagai kunci pendorong bangkitnya ekonomi.

digital campaignPT Bank DBS Indonesia (Bank DBS Indonesia), kembali menyelenggarakan DBS Asian Insights Conference 2017. Tahun ini, selain mempertemukan para tokoh intelektual, pejabat pemerintah, serta pakar di berbagai bidang, DBS Asian Insights Conference 2017 juga dihadiri lebih dari 700 tamu undangan untuk membahas tema laju perekonomian Indonesia pada 2018 dalam tema “Accelerating Growth for Future Forward Indonesia”. 

Melalui tema tersebut Bank DBS Indonesia mengetengahkan peluang, tantangan, dan keunggulan Indonesia dalam era kebangkitan Asia di tahun 2018, terutama di tengah berjalannya pembangunan Indonesia dengan beragam tantangan ekonomi saat ini termasuk bayangan sentimen politik Indonesia sepanjang 2018.

President Director Bank DBS Indonesia Paulus Sutisna dalam sambutannya menyampaikan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia belakangan ini cukup memperlihatkan kinerja positif. Mengingat pada kuartal III tahun ini, pertumbuhan ekonomi di seluruh provinsi mencatatkan kinerja positif. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang dapat mendorong bangkitnya ekonomi di Asia.

“Melalui conference ini, kami ingin menggarisbawahi bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan potensi dan kesempatan pertumbuhan ekonomi di 2018, di tengah berbagai pembangunan yang sedang berjalan di Indonesia,” katanya.

Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemeterian Keuangan Republik Indonesia, menyebutkan bahwa tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup stabil dan memberikan sinyal positif, mengingat Indonesia yang berada pada jalur pertumbuhan ekonomi yang membaik.

“Apabila kita yakin pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun ini berada pada angka 5,1%-5,2%, maka dapat diproyeksikan di 2018, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada pada angka 5,4%,” ujar Suahasil.

Peningkatan ekonomi Indonesia tahun ini merupakan hasil dari berbagai macam perbaikan yang dilakukan pemerintah, seperti perbaikan listrik di berbagai wilayah Indonesia, penekanan dwelling time, dan beberapa elemen lainnya yang dapat menjadi magnet bagi para pelaku ekspor impor. Oleh karena itu, ekonomi Indonesia pada 2018 diproyeksikan akan membaik, walaupun dengan beberapa resiko dan tantangan yang masih ada.

Sementara itu, Lili Yan Ing, Staf Khusus Bidang Isu-isu Strategis Hubungan Internasional Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, memaparkan bahwa negara-negara Asia, termasuk Indonesia, saat ini memegang kendali atas market share manufaktur terbesar di dunia. Indonesia berada di posisi ke-empat dalam hal market share manufaktur di dunia setelah China, Korea, dan India.

Lebih lanjut, Lili mengatakan, tahun 2017 merupakan tahun di mana dunia mengalami pertumbuhan ekonomi paling tinggi setelah global financial crisis, dunia mencatat pertumbuhan pada level 3,6%, negara-negara maju mencatat pertumbuhan pada 2,2%, sedangkan negara-negara berkembang mencatat pertumbuhan 4,6%, dan Indonesia mencatat 5,2% termasuk negara-negara yang paling tinggi mencatat tingkat pertumbuhan.

Salah satu faktor penyumbang tingginya angka pertumbuhan di negara-negara Asia, khususnya Asia Timur, karena adanya penerapan global value change, di mana masing-masing negara memproduksi barang-barang kemudian saling bertukar satu sama lain. Lili Yan menggarisbawahi potensi yang dimiliki Indonesia untuk menjadi pemimpin ekonomi terbesar ketiga di Asia pada 2025.

Pada sektor perdagangan, salah satu faktor yang menjadi fokus pemerintah adalah bagaimana Indonesia dapat berekspansi ke negara-negara trading partners agar para pelaku usaha di Indonesia mendapatkan akses pasar dunia yang lebih luas. Dalam hal ini, pemerintah juga menekankan peran aktif dari para pihak swasta, khususnya perbankan, dalam mendukung permodalan bagi sektor manufaktur di Indonesia.

Target pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk dapat menjadi pemimpin ekonomi terbesar di Asia dinilai masih memiliki beberapa tantangan dan potensi. Muhammad Chatib Basri, International Trade, Macroeconomics and Political Economy Expert mengatakan bahwa Indonesia akan melewati bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia muda dan produktif akan melonjak, dan daya konsumsinya pun tinggi.

 “Ini harus dimanfaatkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang saat ini telah mencapai 5% dan mempersiapkan negara kita dalam menghadapi Aging Population di mana populasi menua meningkat, tidak ada income bagi negara namun pengeluaran tetap harus dianggarkan. Kita harus optimis menghadapi tantangan perekonomian ini,” imbuhnya.

Pada diskusi panel, berbagai guncangan politik yang terjadi di Indonesia dinilai tidak memengaruhi laju pertumbuhan ekonomi tahun mendatang. Burhanuddin Muhtadi, Executive Director of Indonesian Politic Indicator and Research Institution of Indonesia, menyampaikan pendapatnya mengenai kondisi politik di Indonesia yang sering kali dinilai bersinggungan dengan pertumbuhan ekonomi di tanah air. “Banyak yang menilai politik di Indonesia cenderung tidak stabil. Namun, ini sejatinya hanyalah guncangan, bahkan kita selalu dapat menanganinya. Namun saya menilai gejolak politik ini tidak akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena yang terpenting adalah persepsi positif masyarakat terhadap ekonomi itu sendiri.”

Sementara itu, Gundy Cahyadi – Economist, DBS Group Research, memaparkan bahwa dalam perkiraan DBS Group Research, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan sedikit membaik di tahun depan, yaitu berada pada angka 5,3%, dibandingkan 5,1% tahun ini. Perbaikan pada investasi akan terus berjalan. Harga komoditas yang lebih tinggi juga merupakan satu faktor positif untuk perekonomian Indonesia. Namun demikian, Gundy menyatakan bahwa hal ini masih di bawah potensi Indonesia. Adanya tanda-tanda bahwa “hangover dari commodity crash” masih memengaruhi perekonomian Indonesia saat ini.

Terkait dengan tren rupiah dalam beberapa waktu ke depan, DBS Group Research memperkirakan bahwa potensi penguatan USD akan menjadi tema utama di tahun 2018. USD diperkirakan akan menguat kepada hampir semua mata uang dunia lainnya, termasuk rupiah. “Kalaupun rupiah melemah terhadap USD, ini terjadi bukan karena fundamental Indonesia yang memburuk, tetapi karena USD yang menguat,” terang Gundy.

Menutup DBS Asian Insights Conference 2017, seluruh pembicara sepakat bahwa laju ekonomi Indonesia 2018 akan semakin membaik, yang tentunya perlu diiringi optimisme dalam menghadapi agenda politik dalam negeri serta tantangan ekonomi lainnya saat ini.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.