Dari Jastip ke Brand, Cerita Oclo Menjahit Mimpi dari Balik Koper

0
Processed with VSCO with al3pro preset
[Reading Time Estimation: 2 minutes]
Yisti Yisnika, pendiri Oclo
 

Di balik setiap brand yang kuat, selalu ada cerita yang berakar pada keberanian mengambil langkah pertama. Bagi Yisti Yisnika, pendiri Oclo, kisah itu dimulai dari koper jastip dan semangat menjawab kebutuhan perempuan akan pakaian yang anggun, sopan, dan nyaman dengan harga terjangkau dan desain yang relevan.

Marketing.co.id – Berita UMKM | Di usia 19 tahun, sambil menempuh kuliah, Yisti Yisnika memulai perjalanan bisnisnya dengan jasa titip (jastip) pakaian karya pelaku UMKM lokal. Dengan hanya bermodalkan kuota internet dan koper bagasi, Yisti menyusuri pasar, memilih produk, menawarkan lewat media sosial, dan mengantarkannya satu per satu ke tangan pelanggan. Dari keuntungan kecil yang terkumpul lahirlah ide besar untuk menghadirkan lini fashion lokal yang lebih terstruktur, konsisten, dan berkelanjutan.

Lahirlah Oclo pada 2016, sebuah brand fashion perempuan yang memadukan estetika minimalis, kenyamanan maksimal, dan semangat pemberdayaan dalam setiap jahitannya. Nama tersebut dipilih karena simpel, solid, dan fleksibel untuk berkembang lintas kategori. Koleksinya mencakup blouse, hijab, outer, celana, rok, hingga tas, dengan desain yang selalu mempertimbangkan aktivitas harian perempuan aktif masa kini, mulai dari ruang kerja hingga waktu santai.

Prinsipnya jelas, fashion harus bisa diandalkan tanpa mengorbankan kenyamanan dan identitas diri. Dengan gaya clean look dan warna-warna hangat seperti earth tone, Oclo ingin perempuan merasa percaya diri, anggun, dan bebas bergerak dalam setiap kesempatan.

Oclo tumbuh dari usaha rumahan yang dikelola sendiri, mulai dari desain, produksi, pengemasan, hingga layanan pelanggan. Kini, Oclo berkembang menjadi brand dengan tim yang solid, sistem produksi yang rapi, dan lebih dari 90 talenta lokal yang diberdayakan dalam setiap prosesnya. Setiap potong pakaian bukan hanya produk, tapi juga bentuk kontribusi terhadap ekosistem kreatif dan pemberdayaan ekonomi lokal. Yisti percaya bahwa bisnis bukan hanya soal keuntungan, tapi juga soal kebermanfaatan.

Sejak 2017, Oclo menjadikan Shopee sebagai kanal utama pertumbuhan bisnis. Transformasi digital menjadi kunci efisiensi, mempercepat proses pemesanan, dan menghadirkan pengalaman belanja yang intuitif. Melalui fitur Shopee Live, Shopee Video, dan Shopee Affiliate Program, Oclo aktif membangun koneksi yang lebih personal dengan pelanggan. Pendekatan ini terbukti berhasil hingga 90% penjualannya kini berasal dari Shopee, dengan kontribusi Shopee Live mencapai 35% dari total transaksi.

Dalam setiap kampanye besar seperti Shopee Big Ramadan Sale dan 12.12 Birthday Sale, Oclo mencatat lonjakan pesanan berkali lipat, dan memperkuat posisinya sebagai brand lokal yang adaptif dan kompetitif.

Memasuki 2025, Oclo menyusun strategi berbasis komunitas dan konten. Menggandeng lebih banyak content creator dan affiliator, Oclo terus memperluas jangkauan pasarnya secara organik. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat lini digital, tapi juga mempersiapkan ekspansi offline dengan rencana pembukaan toko fisik pertama di Jakarta. Dalam setiap langkahnya, Oclo tetap setia pada nilai-nilai utama yaitu desain yang thoughtful, produksi yang bertanggung jawab, dan relasi yang dekat dengan pelanggan.

Yisti menjelaskan bahwa di balik nama Oclo, ada semangat untuk terus belajar, tumbuh, dan memberi dampak. Perjalanan membangun brand bukan soal latar belakang, tapi soal keberanian untuk memulai dan konsistensi untuk terus bertumbuh.

“Saya percaya, setiap perempuan berhak atas pakaian yang membuat mereka merasa nyaman, cantik, dan percaya diri tanpa harus mengorbankan nilai-nilai mereka. Oclo ada untuk itu. Dan, selama masih ada perempuan yang perlu diberdayakan, Oclo akan terus berjalan,” pungkasnya.