Marketing.co.id – Berita UMKM | Advotics, startup software-as-a-service (SaaS) yang fokus dalam menyediakan solusi rantai pasok yang bertumpu kepada data bagi merek dan UKM, hari ini mengumumkan pendanaan terbaru senilai US$2,75 juta dalam ronde pendanaan yang dipimpin oleh East Ventures.
Advotics akan menggunakan modal dari ronde pendanaan terbaru mereka untuk memperluas cakupan solusi ke pasar UKM, yaitu dengan menyediakan sistem online-to-offline yang terintegrasi. Investasi baru tersebut juga akan digunakan untuk ekspansi tim sales perusahaan.
“Kami tengah membangun platform yang menghubungkan brand dengan titik rantai pasok yang berada di luar ekosistem modern. Berbekal pengalaman kami dalam menyediakan solusi praktis menggunakan teknologi mutakhir, kami percaya diri bahwa solusi digital Advotics yang siap guna, mudah digunakan, dan selalu terkoneksi bisa membantu UKM untuk lebih kompetitif,” kata Hendi Chandi CTO & Co-founder of Advotics.
Menurut Digital Indonesia 2021, ada lebih dari 202,6 juta pengguna internet di Indonesia yang setara dengan 73,7% populasi. Transformasi digital membuka cara hidup dan cara kerja baru di Tanah Air yang membantu konsumen dan pebisnis meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Baca juga: 5 Tahapan Terpenting dari Transformasi Digital
“Tim Advotics tidak hanya mampu bertahan di tengah pandemi, tetapi makin kuat. Kami percaya diri pendanaan ini akan mempercepat pencapaian misi Advotics, yaitu digitalisasi ekosistem rantai pasok dan distribusi Indonesia,” kata Willson Cuaca Co-founder dan Managing Partner East Ventures.
Tantangan Distribusi di Indonesia
Baru-baru ini, Advotics juga merilis laporan bertajuk “Key Distribution Challenges in Indonesia”, yang menyajikan perspektif dan informasi terkait peran teknologi sebagai solusi beragam tantangan di industri rantai pasok Indonesia. Laporan tersebut menyatakan, bahwa sistem rantai pasok yang kompleks dan berlapis di Indonesia sebetulnya sangat penting untuk memastikan skala ekonomi dan efisiensi di pasar Tanah Air sangat beragam.
Menurut Badan Pusat Statistik, ada lebih dari 5 juta perusahaan manufaktur di Indonesia dan sekitar 38.000 perusahaan manufaktur besar. Mereka didukung oleh sistem rantai pasok raksasa yang terdiri dari 15 juta distributor skala kecil dan menengah, serta 288.000 perusahaan distribusi besar.

Setiap principal dan merek di Indonesia harus bekerja sama dengan 30—200 distributor, agen-agen lapangan, dan ratusan ribu peritel untuk mencari jalur distribusi yang paling optimal. Menurut Bank Dunia, produsen di Indonesia menghabiskan 25% dari pendapatan mereka untuk membiayai sistem rantai pasok yang kompleks ini.
Baca juga: Biaya Logistik Mahal Jadi Kendala UMKM Bersaing di Pasar Domestik
Advotics didirikan oleh Boris Sanjaya, Hendi Chandi, dan Jeffry Tani. Boris adalah insinyur Teknik industri dengan pengalaman panjang sebagai konsultan di Boston Consulting Group. Hendi pernah bekerja di Amazon, perusahaan ecommerce raksasa di Amerika Serikat, dan pemegang 2 paten di Negara Paman Sam. Jeffry memiliki gelar PhD di bidang teknologi dan sistem manufaktur dari Massachusetts Institute of Technology dan sebelumnya bekerja di Schlumberger.
Sebagai profesional yang pernah bekerja di perusahaan global dan berasal dari keluarga yang memiliki bisnis toko tradisional, ketiga Pendiri Advotics merasakan langsung kompleksitas rantai pasok di industri ritel Indonesia dan menyaksikan sendiri bagaimana teknologi mengatasi permasalahan- permasalahan tersebut.
Marketing.co.id: Portal Berita Marketing & Berita Bisnis