Baru-baru ini, IAB melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui sikap pengiklan terhadap video online.
Dalam penelitiannya, IAB menyebutkan sekitar tiga perempat atau 75% marketer merek dan eksekutif agen periklanan memperkirakan bahwa video online akan menjadi sama pentingnya dengan iklan TV, setidaknya dalam kurun tiga sampai lima tahun mendatang.
Hampir setengah dari mereka atau sekitar 48% mengaku telah menyesuaikan anggaran yang akan mereka keluarkan untuk video online.
Selain itu, penelitian yang dilakukan IAB ini juga menemukan bahwa sebagian besar peningkatan belanja digital advertising yang dilakukan marketer bermigrasi dari anggaran yang mereka keluarkan untuk iklan TV.
Hampir dua pertiga dari pengiklan atau sekitar 65% dari mereka mengaku akan lebih banyak menghabiskan anggaran iklan yang mereka keluarkan untuk digital advertising tahun depan.
Dengan jumlah yang sama, responden yang disurvei juga mengatakan akan terus meningkatkan anggaran iklan video online mereka dengan cara mengalihkan dana yang mereka keluarkan untuk iklan TV.
Hampir setengah responden (48%) berpikir bahwa peningkatan pengeluaran mereka untuk iklan video online akan didukung oleh ekspansi keseluruhan dalam anggaran iklan.
“Ada kebutuhan yang jelas untuk sebuah karya sekaligus peluang untuk membeli iklan konten video asli,” terang Randall Rothenberg, President and CEO,IAB. “Media telah menghasilkan hit dan buzz, sehingga tak mengherankan jika anggaran yang pengiklan keluarkan mengikutinya.”
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Menurut Jordan Khoo, Regoinal VP, APAC DG MediaMind, sudah saatnya bagi bisnis untuk merangkul video online. Dalam hal ini, Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial.
Sayangnya yang tergarap saat ini masih kecil jika dibandingkan dengan potensi yang ada. Bahkan alokasi anggaran untuk digital advertising saat ini kurang dari 5% dari total anggaran iklan yang ada.
Sepertinya memang para marketer dan pemilik modal tak bergerak secepat konsumen dalam merangkul media digital.
Kita melihat perubahan yang cepat dalam pola konsumsi media oleh para konsumen. Mereka mulai berpindah dari media konvensional ke media digital. Semakin banyak yang mulai beralih dari TV dan surat kabar konvensional ke online. Bagaimana dengan Anda?
Editor: Sekar Ayu, Wahid