Customer Oriented adalah Ibadah

Dunia marketing merupakan tempat bagi orang-orang yang kreatif dan spartan. Mereka dituntut untuk menciptakan ide-ide pemasaran yang brilian dan tidak mudah untuk diikuti. Sementara itu, persaingan kian tajam, memaksa setiap marketer selalu siap memenangkan persaingan.

Makin kompetitifnya suatu persaingan, akan menghasilkan perusahaan yang tangguh dan hebat dalam menaklukkan pasar. Perusahaan yang sukses adalah mereka yang berhasil memformulasikan strategi pemasaran dengan benar, juga tepat. Bila tidak, bersiaplah menerima kenyataan yang tidak dinginkan dalam proses pembelajaran. Mahalnya ongkos pembelajaran yang dikeluarkan, hendaknya menjadi spirit untuk memberi konstribusi positif bagi perusahaan.

Perusahaan yang unggul dalam strategi pemasaran, setidaknya memperhatikan segmentasi dan positioning dengan cermat dan cerdas. Dalam pengamatan Achsan Permas, dosen senior PPM, mereka harus mengenali segmen-segmen tertentu yang masih baik daya belinya. Kemudian selalu mengikuti keinginan dan kebutuhan, juga mendeteksi preferensi dan gaya hidup mereka secara teliti. Dengan begitu, mereka bisa melayani lebih cepat. Umumnya, perusahaan yang punya integritas seperti itu akan menjadi pionir di segmen pasar tersebut. Dan pionir, lanjut Achsan, adalah attend to be a leader di market.

Contoh yang menarik adalah J-CO, perusahaan donat dan kopi milik Johnny Andrean Group. Logonya yang mirip dengan kedai kopi yang sudah leading, sempat mencuri perhatian publik. Tidak hanya itu, J-CO juga memelopori donat empuk di kelasnya. Banyak improvisasi yang dilakukan, dan kelihaian J-CO adalah melihat celah di pasar donat yang terlihat sempit. Dengan gebrakan donat empuknya, konsumen yang antri pun tidak merasa lelah. Malah semakin asyik dan terkesan tren, makan donat harus antri dulu.

Achsan berkomentar, kecerdikan J-CO adalah menemukan segmen yang daya belinya baik, lalu memenuhi kebutuhan mereka. “Jadi, kemampuan untuk mengetahui secara tepat kebutuhan dari segmen tertentu, menjadi kunci utama,” jelasnya. Begitu pula Sozzis. Mereka mencari terobosan untuk mempopulerkan kebiasaan makan daging. Kemampuan mereka mendeteksi kebiasaaan anak-anak untuk snacking adalah gagasan yang cukup bagus. Lebih lanjut, ia mengatakan, “Saya lihat, kualitas produk Sozzis harus segera ditingkatkan. Saya coba tanya beberapa mahasiswa, mereka bilang susah bukanya, harus pakai gunting.” Karena itu, Achsan menyarankan agar dicari kemasan yang lebih praktis.

Soal taste tidak jadi masalah. Kemampuan mencari celah untuk masuk ke pasar yang ingin dibidik, sebenarnya menjadi added value Sozzis untuk lebih intens lagi men-drive market. Achsan melihat kasus J-CO dan Sozzis, dan Pocari Sweat sebagai perusahaan yang mampu leading. Karena mereka menemukan segmen dengan daya beli yang baik, kemudian memenuhi kebutuhan mereka.

Selanjutnya, salah satu persoalan mendasar dalam mensukseskan kegiatan pemasaran, yaitu bagaimana pelayanan yang diberikan lebih bersifat customer oriented. Karena ini merupakan competitive advantage dari perusahaan. Achsan Permas mencontohkan kasus Nike. Perusahaan sepatu asal negeri Paman Sam itu tidak mempunyai pabrik. Ia hanya memperkuat competitive position-nya dan meng-enhance desain produk. Untuk urusan pabrikasi, Nike memilih outsourcing.

Karenanya, papar Achsan, ada tiga hal yang mendasari strategi pemasaran suatu perusahaan: customer oriented, distinctive capabilities, dan value enhancing. Ketiganya adalah emas. “Mendeteksi pasar dan menggabungkan customer oriented, jadi dia harus lihat pasar, apa sesuai dengan keinginan pelanggan. Baru dia menemukan apa yang dia bisa sampaikan ke konsumen. Dan itu selalu diperkuat. Misalnya, produk yang tidak mudah ditiru,” demikian Achsan memaparkan strategi pemasaran yang patut dicontoh oleh mereka yang ingin menjadi the winner.

Sedangkan untuk para pemain baru, mereka harus bekerja ekstra lagi karena belum mempunyai basis pelanggan. Terobosannya, pemain baru yang ada bisa memakai blue ocean strategy. Asalkan mereka mengetahui persis pasar mana yang akan dibidik. Syaratnya, mesti punya pengalaman di pasar dulu. Kalau tidak, mereka harus investasi besar di SDM dan advertising, serta memperkuat jalur distribusi.

Selain itu, inovasi merupakan solusi untuk memenangi pasar. Tetapi harus melibatkan tim R&D yang tangguh. Atau bekerja sama dengan para entrepreneur baru. Achsan menilai, bahwa inovasi di pemasaran dimulai dengan membuat produk-produk baru, kemudian dikomersialisasi. Yang menarik, para pemasar harus melihat customer oriented sebagai faktor kunci dari setiap kegiatan pemasaran yang dilakukan. Bahkan ia menjelaskan bahwa customer oriented adalah ibadah. “Laksanakan dengan kesungguhan, sebagaimana kita beribadah.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.