CSR Frontier Netcore: Ajak Kaum Disabilitas Melek Teknologi
Marketing.co.id – Berita Marketing | Meski memiliki keterbatasan, penyandang disabilitas memiliki kemampuan yang sama dengan masyarakat non disabilitas. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengakui kelebihan dan kompetensi penyandang disabilitas agar tidak terkotak-kotakan di bidang pekerjaan tertentu.
Sebagai bagian dari tanggung jawab sosial Perusahaan (CSR), Frontier Technology dan Netcore Cloud bekerja sama dengan Rumah Aspirasi Tunanetra mengadakan pelatihan tentang IT Teknologi AI kepada penyandang disabilitas sepanjang tahun 2024. Dalam kegiatan ini, tim Frontier Netcore mengajarkan mereka cara mengoperasikan komputer sekaligus mengenalkan teknologi AI yang saat ini sedang ngetren.
Presiden Rumah Aspirasi Tunanetra Arif Pribadi mengatakan inisiatif yang dilakukan Frontier Netcore sejalan dengan amanat Presiden Prabowo dalam Gerakan Solidaritas Nasional, salah satunya adalah memberdayakan teman-teman disabilitas.
“Ini adalah malam yang berbahagia bagi teman-teman disabilitas. Dulu, mereka Sebagian besar adalah tukang urut. Tapi, hari ini mereka sudah menjadi tukang IT,” ucapnya saat menghadiri acara Martech Excellence Awards Indonesia 2024 di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (11/8).
Menurutnya, Netcore malam ini telah memperlihatkan bahwa mereka (penyandang disabilitas) juga memiliki kemampuan yang sama dengan Masyarakat non disabilitas. “Kita patut bangga! Terima kasih kepada Frontier Netcore yang telah membimbing dan melatih mereka dengan sabar. Anggota kami saat ini ada 1,8 juta di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan inisiatif ini diikuti oleh perusahaan lainnya,” ujarnya.
Sementara itu, Kementerian Ketenagakerjaan sangat mengapresiasi dan mendukung inisiatif yang dilakukan Frontier Netcore. Staf Ahli Bidang Ekonomi Kementerian Ketenagakerjaan Aris Wahyudi yang hadir dalam acara tersebut mengatakan, data terakhir BPS menyebutkan bahwa tingkat pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 7 juta lebih. Ada banyak sekali masalahnya, di antaranya dunia pendidikan yang tidak sesuai, dan masalah kesehatan seperti stunting.
“Tugas kita adalah memastikan tidak ada satu orangpun yang tertinggal, termasuk penyandang disabilitas. Oleh karena itu, kolaborasi dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini,” katanya.
Menurutnya, Kementerian Ketenagakerjaan saat ini memiliki unit direktorat jenderal pembinaan penempatan tenaga kerja yang salah satu tugasnya adalah fokus pada tenaga kerja khusus kelompok rentan seperti penyandang disabilitas. Sesuai Undang-Undang 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang Disabilitas, ada kewajiban dari dunia usaha dan industri untuk mempekerjakan sekurang-kurangnya 1% untuk swasta dan 2% untuk BUMN, termasuk pemerintah.
“Kami saat ini sedang proses mengidentifikasi dan menganalisis pekerjaan-pekerjaan apa saja yang ramah penyandang disabilitas. Sehingga, nantinya mereka tidak menjadi beban perusahaan tapi betul-betul produktif karena ditempatkan sesuai dengan bakat dan minatnya,” katanya.
Lebih lanjut, Aris mengatakan, menurut data terakhir Kementerian Ketenagakerjaan saat ini ada 3351 perusahaan yang siap mempekerjakan penyandang disabilitas. Namun, penyandang disabilitas yang bekerja saat ini masih diangka 804 orang. Oleh karena itu, Kementerian Ketenagakerjaan siap berkolaborasi, baik dari sisi pelatihan vokasi maupun penempatannya.
“Kami dari direktorat jendral pembinaan penempatan kerja akan mendorong terus aksesibilitas agar penyandang disabilitas bisa masuk ke pasar kerja. Kami juga memiliki direktorat jendral pembinaan pengawasan ketenagakerjaan untuk memastikan dan mendorong penggunaan sekurang-kurangnya 1% atau 2% karyawan dari kelompok disabilitas bisa terlaksana dengan cepat,” pungkasnya.