Cegah Eksploitasi Online, Swipe Safe ChildFund Bekali Ribuan Anak & Remaja Indonesia

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Lifestyle | Eksploitasi seksual dan kekerasan online terhadap anak (Online Sexual Exploitation and Abuse towards Children/OSEAC) terus menjadi ancaman serius yang menghalangi potensi anak-anak dan kaum muda. Namun, harapan baru muncul berkat program Swipe Safe, sebuah inisiatif kolaborasi antara ChildFund International di Indonesia dan ChildFund Australia. Program ini telah berhasil memberdayakan 8.367 anak dan remaja untuk mengidentifikasi dan merespons risiko daring secara efektif.

Inisiatif Swipe Safe, yang dimulai sejak Januari 2023 di Kupang dan Semarang, tidak hanya berfokus pada pencegahan kekerasan dan eksploitasi daring, tetapi juga berupaya menciptakan ekosistem yang mendukung keamanan online. Reny Haning, Child Protection & Advocacy Specialist ChildFund International di Indonesia, menjelaskan hal ini dalam acara Berdaya Summit 2025: Melindungi Anak & Remaja di Era Digital.

“Di Kota Kupang, belum banyak LSM yang benar-benar peduli dan berfokus pada isu-isu kekerasan dan risiko di ranah daring. Tapi ChildFund International di Indonesia hadir melalui program Swipe Safe, mengajak anak-anak untuk lebih sadar, lebih berani bersuara, dan tidak menjadi ‘silent killer’ di ruang daring,” ujar Ansy Damaris Rihi Dara, SH dari LBH Apik NTT, yang menjadi mitra ChildFund.

Husnul Maad, Country Director ChildFund International di Indonesia, mengungkapkan bahwa inisiatif ini didasari oleh temuan kajian ChildFund International di Indonesia pada tahun 2022. “Hampir 50% siswa sekolah menengah dan universitas telah melakukan intimidasi terhadap orang lain secara online dan 59% siswa telah menjadi korban perundungan online dalam tiga bulan terakhir. Berdasar temuan-temuan inilah kami menggagas implementasi Swipe Safe di Indonesia,” jelasnya.

Muhammad Nuzul, Swipe Safe Coordinator ChildFund Australia, menjelaskan bahwa Swipe Safe merupakan inisiatif yang dikembangkan di tujuh negara di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, dengan membangun ekosistem perlindungan anak di ranah daring melalui empat langkah strategis. Pertama, pelatihan keamanan daring untuk anak dan pemuda. Membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengenali dan menghindari risiko online.

Kedua, sesi pengasuhan daring dan perlindungan anak online untuk orang tua dan pengasuh: Memberikan panduan bagi orang dewasa untuk membimbing anak-anak mereka di dunia digital. Ketiga, peningkatan kapasitas profesional. Melatih tenaga perlindungan anak, aparat penegak hukum, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan kepolisian dalam mencegah dan merespons kasus kekerasan daring terhadap anak.

Terakhir, advokasi. Mendorong integrasi modul Swipe Safe ke dalam pendidikan nasional dan kerangka kerja perlindungan anak.
Dalam kurun waktu kurang dari tiga tahun, program ini telah mencapai hasil yang signifikan. “Kami sudah melengkapi lebih dari 8 ribu anak dan pemuda dengan kapasitas untuk mengenali dan merespon risiko online. Untuk memperkuat ini, lebih dari 2 ribu orang tua dan pengasuh sudah memiliki keterampilan yang memungkinkan mereka untuk melindungi dan membimbing anak-anak mereka dalam menavigasi dunia digital secara aman,” kata Reny Haning.

Meskipun inisiatif ini tergolong singkat, ChildFund International di Indonesia bersama mitra Yayasan Cita Masyarakat Madani dan Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranta, telah memastikan keberlanjutan dan kepemilikan program di masyarakat. Hal ini dilakukan melalui pelatihan fasilitator untuk pemuda, orang tua, guru, dan tenaga perlindungan anak, yang pada gilirannya mendukung perluasan jangkauan pendidikan keselamatan daring.

“Kami juga memperkuat kapasitas 363 tenaga profesional di Kabupaten & Kota Kupang serta Kota Semarang untuk mencegah dan merespon kasus kekerasan dan pelecehan seksual daring terhadap anak,” tambah Reny.

Sekolah, sebagai lingkungan utama bagi anak, juga menjadi fokus intervensi Swipe Safe. Sebanyak 51 sekolah telah aktif berkolaborasi untuk mempromosikan keselamatan daring melalui integrasi modul dan prinsip keamanan daring ke dalam kurikulum dan lingkungan sekolah.

“Di era digital ini, anak-anak sudah aktif di media sosial, namun belum tentu disertai dengan kesadaran atau tanggung jawab dalam literasi digital. Bagaimana cara berinternet yang aman? Bagaimana mereka bisa menjaga privasi? Kami khawatir akan dampak dan risikonya. Melalui kegiatan Swipe Safe, setidaknya para siswa menjadi lebih sadar dan paham mengenai apa yang bisa mereka lakukan untuk berinternet dengan aman,” ungkap Leni, Guru BK dari salah satu SMA di Semarang.

ChildFund International di Indonesia dan ChildFund Australia berharap dampak positif ini dapat terus meluas. “Kami berharap, langkah ini tak berhenti di sini. ChildFund International di Indonesia terbuka untuk berkolaborasi dan bekerja sama dengan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga filantropi, juga industri terkait,” ujar Husnul Maad.

Muhammad Nuzul menegaskan, komitmen ChildFund Australia untuk terus berkontribusi pada keselamatan anak-anak Indonesia di ranah daring. “Swipe Safe adalah langkah penting dalam mewujudkan lingkungan digital yang aman dan memberdayakan bagi anak-anak. Kami berkomitmen untuk melanjutkan kerja baik Swipe Safe di Indonesia, dengan memastikan suara anak menjadi pusat dari setiap strategi perlindungan daring. Kami juga mendorong adopsi pendekatan ini oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya bersama menciptakan ruang digital yang lebih aman dan inklusif,” pungkasnya.