Burger Isi Nasi Ala Jepang

MOS Burger menampilkan burger bercita rasa Jepang. Meski belum berpromosi gencar, gerainya selalu didatangi pembeli. Bagaimana prospeknya?

Bagaimana rasanya kalau burger yang merupakan makanan khas Barat dibuat ala Jepang? Memang, sedikit aneh kedengarannya, tapi senyatanya ini sudah ada dan disukai oleh banyak orang di mana-mana. Termasuk, di negara kita.

Resminya, burger ala Jepang yang dikenal dengan nama MOS Burger ini hadir di Indonesia pada 22 Desember 2008 lalu. Gerai pertamanya ada di Plaza Senayan, Jakarta. MOS Burger masuk ke sini setelah menggandeng Orix Investment dan PT Glory Sukses Selaras menjadi PT MOG Indonesia.

Keberanian mereka masuk ke pasar kita didasari oleh pengalaman puluhan tahun menyajikan burger bercita rasa Jepang. Di negara asalnya, burger ini sudah ada sejak 36 tahun silam. “Di sisi lain, kami memasuki pasar food and beverage di Indonesia karena optimistis pada perkembangan ekonomi di negara ini. Sebelumnya, kami sudah ada di  Taiwan, Singapura, Hong Kong dan Thailand,” kata Kazuo Ichihara, President Director  PT MOG Indonesia.

Ia menambahkan, alasan lain adalah adanya masukan dari konsumen asal Indonesia—yang menikmati MOS Burger di Singapura—supaya membuka gerai di sini. “Banyak sekali orang dari sini yang sedang di Singapura dan membeli MOS Burger, bertanya kenapa tidak buka di Indonesia.”

Kalau melihat dari lokasi dan latar belakang pembelinya, burger tersebut mungkin ditujukan untuk kalangan atas. Namun, hal ini ditepis oleh Tetsuya Kawamoto, Vice President PT MOG Indonesia. “MOS Burger ditujukan untuk semua kalangan yang ada di Indonesia. Kami tidak pernah memilah-milah konsumen kami dengan ukuran kelas ekonomi,” jelasnya.

Uniknya, dilihat dari gender, sasaran utama mereka adalah perempuan. Sedangkan kisaran umurnya mulai remaja ke atas. Menurut Kawamoto, perempuan memang lebih suka mencoba-coba berbagai jenis masakan dan terkadang hal itu dilakukan beramai-ramai.

Lalu, apa keistimewaan burger ini dibanding dengan yang lain? MOS Burger yang mengadaptasi resep asli Jepang. Yaitu dengan tetap menggunakan bumbu asli tradisional Jepang seperti kecap, minyak kedelai dan daging serta seafood berkualitas tinggi sebagai bahan dasarnya. Kemudian, ditambah lagi dengan burger berisi nasi yang tidak ada duanya di dunia. Pilihan menunya  antara lain: Yakiniku Rice Burger, Seafood Kakiage Rice Burger, dan Fish Burger.

Metode memasak yang diterapkan adalah  slow-cooking yang menjamin kualitas hidangan lebih lezat serta segar untuk disantap. Ditambah lagi dengan penggunaan bahan berkualitas seperti sayuran segar dalam porsi yang lebih besar. MOS sendiri merupakan singkatan dari Mountain, Ocean dan Sun mewakili ekspresi kecintaan MOS Burger terhadap manusia dan alam.

“Ini sejalan dengan motto MOS Burger, ‘Making people happy through food’. Sebuah keyakinan bahwa makanan memiliki pengaruh terhadap kehidupan dan kesehatan manusia,” kata Ichihara.

Keunggulan lainnya adalah sistem dapur terbuka atau open kitchen, dikelilingi oleh kaca, yang membuat pembeli bisa melihat langsung proses persiapan burger pesanan mereka. Dengan demikian, sambil menunggu mereka juga dapat memastikan unsur kesegaran MOS Burger ketika menyantapnya.

Meski diferensiasinya cukup jelas, tapi strategi harga mereka tidak lantas berbeda dengan burger jenis lainnya. Burger ala Jepang ini dijual dengan harga cukup terjangkau untuk semua lapisan. Berkisar di antara angka Rp 13.000–25.000. “Kami ingin semua orang Indonesia merasakan burger ini, sehingga harga kami ada di tengah-tengah di antara kompetitor,” tambah Kawamoto.

Sejauh ini, MOS Burger belum melakukan banyak aktivitas promosi, termasuk advertisement di media baik cetak atau elektronik. Bahkan, Kawamoto belum memastikan kapan mereka akan melakukan itu. Selama ini, kekuatan promosi mereka condong kepada word of mouth yang dirasakan masih sangat efektif untuk mendatangkan pembeli. “Mungkin karena banyak kaum perempuan yang notabene banyak berkumpul-kumpul dan saling cerita, maka keberadaan MOS Burger di Indonesia bisa cepat tersebar,” ungkapnya.

MOS Burger juga mengandalkan pelayanan pada konsumen dengan standar dining room restaurant. Setiap pelayan harus memberikan pelayanan terbaik pada konsumen. Bahkan, untuk standardisasi ini beberapa pelayan di-training langsung di Jepang dan Singapura.

Hasilnya? Sejauh ini gerai burger Jepang ini selalu ramai setiap harinya. Terlebih di masa libur akhir pekan, pengunjung akan semakin banyak. Karenanya, dalam waktu dekat ini, Ichihara akan membuka lagi satu gerai di Plaza Indonesia. “Tahun depan diharapkan akan ada sekitar 5 gerai dan dalam 10 tahun targetnya ada 50 gerai di seluruh Indonesia,” katanya.

Sementara itu, menurut Jahja B Soenarjo, konsultan pemasaran dari Direxion Strategy Consulting, kehadiran MOS Burger di Indonesia semakin meramaikan pasar burger. Dan, dengan bermodalkan keunikan yang dimilikinya, burger ala Jepang ini akan mampu bersaing dengan burger-burger lainnya. “MOS Burger merupakan terobosan dari Jepang yang memiliki ingredient yang sangat berbeda dibanding merek lainnya,” katanya.

Melihat penerapan harga yang cukup bersaing dengan merek lain, prospek MOS Burger tampaknya akan bagus. Terlebih, kualitas burger yang disajikan di sini sama dengan yang ada di Jepang. Kalau dikaitkan dengan lifestyle, burger ini juga bisa menjadikan penikmatnya dianggap memiliki selera yang berbeda. “Sehingga, bila akan membuka gerai di kota-kota besar lain di Indonesia kemungkinan besar akan diminati. Generasi sekarang ini adalah pengikut aliran burgerisme atau penyuka burger dalam bentuk apa pun,” tambah Jahja.

Ia juga tidak mempersoalkan bahwa MOS Burger membidik perempuan sebagai target utama. Pasalnya, selain ukurannya pas, kaum hawa juga dipandang sebagai agen promosi yang pas.

Maka, Jahja menilai penggunaan word of mouth (WOM) sebagai andalan MOS Burger dalam berpromosi sudah tepat. Selain karena punya keunikan, burger ini boleh dibilang memiliki captive market yang cukup loyal. “Dengan diferensianya yang kuat ini, WOM adalah pilihan yang pas. Apalagi jumlah gerainya juga masih belum banyak. Bisa jadi, MOS Burger di sini belajar dari kesuksesan mereka di Singapura,” kata Jahja yang mengaku juga penyuka MOS Burger. (Ign. Eko Adiwaluyo)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.