BUMN Tertua ini Dinilai Sudah ‘On The Right Track’ dalam Bertransformasi

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id  –  Berita Marketing|Menuju tiga abad melayani seluruh kebutuhan perposan di tanah air, Pos Indonesia telah mengalami banyak perubahan zaman. Bahkan, sempat terdisrupsi kemajuan teknologi digital. Tak banyak yang tahu pada 26 Agustus 2022 lalu Pos Indonesia, yang merupakan BUMN tertua di Indonesia sudah menapaki usia ke 276 tahun.

“Berulang kali disrupsi menerpa perusahaan kita. Mulai dari munculnya teknologi telepon dan pesan singkat, kemudian internet, hingga ke platform digital yang berteknologi canggih seperti aplikasi transportasi publik, logistik, hingga layanan finansial. Seluruhnya mengubah peta persaingan bisnis yang berdampak pada kondisi perusahaan menjadi lebih sulit. Namun bukan berarti Pos Indonesia menyerah,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia (persero), Faizal Rochmad Djoemadi ketika itu.

PT Pos Indonesia (Persero) menerapkan tujuh tranformasi untuk menghadapi tahun-tahun mendatang yang penuh tantangan. Tujuh transformasi itu yakni Business Transformation, Product and Channel Transformation, Transformation Process, Technology Transformation, Human Resourch Transformation, Organization Transformation, dan Culture Transformation.

Baca juga: 3 Langkah Mudah Bagi UMKM Memulai Transformasi Digital

Profesor Richardus Eko Indrajit, Rektor Universitas Pradita sekaligus guru besar IT, menilai transformasi digital yang dilakukan oleh PT Pos Indonesia sudah berada di jalur yang tepat.

“Saya lihat PT Pos sudah berada di jalan yang benar, on the right track. Tinggal masalahnya adalah kecepatan dan agilitas (kelincahan), keduanya berjalan bersama karena perubahan cepat sekali. Kecepatan dan agilitas ini juga masalah pola pikir. Kalau merasa kurang cepat, kita bermitra dengan yang cepat. PT Pos saya bilang sudah berada di jalur yang benar karena banyak bermitra untuk meningkatkan agilitas atau kelincahan,” kata Eko.

Eko menegaskan, transformasi digital pada dasarnya adalah suatu usaha perubahan dari sebuah institusi menuju kondisi yang jauh lebih baik ke masa depan, karena adanya tawaran manfaat dari teknologi informasi dan komunikasi. Dia juga mengingatkan, transformasi digital bukan sekadar gaya-gayaan, tetapi berkinerja lebih baik, melayani customer lebih baik, dan berkembang jauh lebih cepat.

“Saya melihat PT Pos sudah berbeda dari sebelumnya. Api melakukan transformasi digital itu sudah begitu kuat membakar. Transformasi ini gampang-gampang susah karena sifat manusia tidak suka berubah. Tetapi kalau yang kita tuju itu sesuatu yang menyenangkan maka motivasi dari dalam akan timbul. Dimulai dari bagaimana pimpinan institusi itu bisa mengubah mindset karyawan di perusahaan. Transformasi digital dimulai dari perubahan mindset yang tepat. Transformasi itu metamorfosa seperti ulat berubah menjadi kupu-kupu,” jelas Eko Indrajit.

Pos Indonesia
Seorang penjual sedang menunjukan aplikasi Pospay

Eko juga mengapresiasi super apps dari PT Pos Indonesia, yaitu Pospay. Aplikasi Pospay dinilai mampu mengakomodir kebutuhan masyarakat akan layanan jasa keuangan yang cepat dan aman. Dia menjabarkan, ketika kita membeli produk secara online ada tiga flow yang terjadi.

Flow of product yaitu barang dikirim dari gudang sampai ke rumah, flow of money yaitu bagaimana uang yang kita miliki diberikan kepada perusahaan penjual barang, dan flow of information yaitu barang sudah sampai atau belum, pengirimnya siapa.

Baca juga: Melalui Pospay Pos Indonesia Garap Segmen Unbankable

“PT Pos itu punya ketiganya. Kalau ketiganya konvergensi ke dalam satu aplikasi yang sekarang dikenal dengan super apps Pospay, itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Semua itu tidak bisa dilakukan tanpa transformasi digital dan teknologi informasi,” kata dia.

Namun Eko memberikan catatan penting agar PT Pos Indonesia dapat terus bertahan pada masa mendatang, yakni kemampuan berinovasi dan menjalin relasi dengan customer.

“Pekerjaan rumah PT Pos ke depan yaitu harus berinovasi. Setelah memberikan layanan, harus menjalin relasi. Customer kalau sudah dijalin relasi, maka akan loyal. Puas (tapi) kalau tidak loyal, (maka) dia bisa pindah. Kalau sudah loyal, misalnya harga akan naik pun dia tidak masalah karena sudah loyal. Relasi lebih penting daripada transaksi,”pungkas Eko.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here