Potensi bisnis Outbound di Indonesia sangat menjanjikan, terutama untuk segmen korporat. Menurut Kresno Wiyoso, Ketua Umum Asosiasi Experiential Learning Indonesia (AELI) rata-rata korporasi di Indonesia mengeluarkan bujet Rp200 juta untuk pelatihan Experiential Learning, dimana outbound tercakup di dalamnya. Sementara penyedia layanan (provider) outbound rata-rata mendapatkan order outbound 4 – 5 kali dalam sepekan.
Kresno mengatakan, saat ini dari sekitar 400 provider outbound di Indonesia, hanya 100 yang menjadi anggota AELI. Kresno menyarankan perusahaan yang ingin menyelenggarakan pelatihan Experiential Learning agar memilih provider outbound yang tergabung dengan AELI. “Akan lebih aman karena sudah tersandarisasi,” tutur Kresno dalam jumpa pers menyambut 10 tahun AELI di Sentul, beberapa waktu lalu.
Kresno menjelaskan, provider outbound yang tergabung AELI memiliki tenaga ahli yang sudah tersertifikasi. Sertifaksi tersebut dikeluarkan oleh Badan Nasional sertifikasi Nasional (BNPS). “Ada tiga tingkan sertifikasi anggota AELI, Muda untuk rekeasi, Madya untuk edukasi, dan Utama untuk yang sudah mampu membuat kurikulum Experiential Learning,” jelas Kresno.
AELI yang berdiri tahun 2007, tahun ini akan memasuki dekade yang kedua. Selama 10 tahun berkiprah, asosisasi ini ikut berjasa memperkenalkan aktivitas outbound ke masyarakat Indonesia. Memasuki dekade kedua, AELI bertekad lebih gencar mensosialisasikan Experiential Learning. “Sebenarnya Experiential Learning sudah diadopsi dunia pendidikan melalui sekolah alam yang banyak peminatnya dan kurikulum tiga belas (kurtilas) yang lebih menekankan praktik dalam belajar,” imbuh Kresno.
Menyikapi melemahnya nasionalisme dan lunturnya pemahaman Pancasila di kalangan generasi muda, AELI kata Kresno siap membantu pemerintah dalam menggelar pelatihan bela negara dan “penataran” Pancasila berbasis Experiential Learning.
Agenda ke depan AELI yang patut dicatat, rencana menggelar International Experiential Learning Conference di Indonesia tahun 2019. Pada event tersebut AELI akan mengundang pakar experiential learning dari mancanegara. “Tempatnya masih belum ditentukan, tapi kemungkinan akan digelar di Bali,” ujar Kresno.