Bisnis Co-living Berpeluang Tumbuh Makin Signifikan

Marketing.co.id – Bisnis Co-living diyakini bakal tumbuh signifikan pasca pandemi Covid-19. Konsep hunian bersama ini membantu banyak orang, utamanya kaum milenial memecahkan permasalahan hunian tak fleksibel ataupun berharga sewa mahal.

Seperti diketahui dampak Covid-19 membuat daya beli masyarakat menurun. Alhasil, tadinya punya bujet untuk menyewa satu unit apartemen, sekarang bujetnya turun dan harus berbagi hunian bersama teman-temannya.

Co-living juga bisa menjadi solusi bagi pekerja formal untuk bekerja dari rumah selama pemberlakuan PSBB, mengingat konsep hunian ini menyediakan berbagai event dan dilengkapi fasilitas umum yang dapat membantu terbangunnya jalinan hubungan antar penghuninya.

Seperti halnya Fati (24), sebagai pekerja digital media lepas di Jakarta, ia memiliki kebebasan untuk memilih tempat kerjanya. Namun, dirinya memutuskan untuk menyewa ruang co-working di Mega Kuningan.

Pilihan tersebut didasari oleh adanya kemungkinan untuk melakukan networking, hingga tersedianya acara mingguan hingga fasilitas macam WiFi berkecepatan tinggi.

Sebelum Pemerintah Jakarta mendorong warganya untuk bekerja dari rumah pada awal Maret, Fati biasa menghabiskan 15 menit waktu perjalanan ke tempat kerja dari huniannya di kawasan Setiabudi yang disewa dari operator co-living bernama Flokq.

Selama pandemi, ia melakukan seluruh pekerjaan dari ruang co-livingnya, dan sama sekali tidak kehilangan segala kelebihan yang juga biasa dirasakan di tempat kerjanya.

“ Flokq menyediakan internet yang cepat. Saya merasa mudah melakukan pekerjaan di ruang komunal bersama teman-teman flat. Ini terasa nyaman, dan sepertinya gaya kerja seperti ini akan dilanjutkan setelah pandemi selesai,” jelas Fati.

Investor Raup Keuntungan dari Co-living

Sebelum pandemi Covid-19, model bisnis co-living cukup banyak dilirik oleh para pemilik properti dan investor. Namun, baru-baru ini, para pelaku properti serta investor-investor tersebut juga mulai memetik profit dari model yang menghasilkan keuntungan lebih besar per meter persegi-nya dibandingkan model sewa tradisional ini.

Dengan bekerja bersama operator seperti Flokq, pemilik properti juga terlepas dari tingginya pengeluaran ataupun resiko turnover. Seluruh hal tersebut akan sepenuhnya ditangani oleh operator.

Seiring makin banyaknya pekerja jarak jauh yang mengidamkan perpaduan antara kenyamanan hidup serta kemampuan untuk melakukan networking layaknya ruang kerja tradisional, tentu potensi keuntungan yang mungkin diraih oleh pemilik properti dan investor juga akan semakin melangit.

Nicholas Pudjiadi, VP Jayakarta Group, juga melihat pandemi Covid-19 telah mengubah kebiasan dan gaya hidup masyarakat. Pandemi juga telah membuat orang terbiasa dan sadar akan norma-norma baru ini, salah satunya adalah bekerja dari rumah.

Bagi beberapa orang, bekerja dari rumah dirasakan sangat efisien, lebih produktif dan tentunya bagi pelaku wirausaha, sangat dapat menekan biaya.

“Setelah pandemi ini berakhir, tentunya akan ada kebutuhan akan properti yang melayani dan menyediakan working space sekaligus tempat tinggal, khususnya yang diperuntukkan bagi segmen pasar milenial,” jelas Nicholas, yang juga merupakan investor dan partner dari pengelola hunian co-living, Flokq.

Sahil, salah satu investor real estate yang propertinya dikelola oleh Flokq juga memiliki pendapat senada dengan kondisi ini. Menurutnya setelah pandemi corona,  akan banyak perusahaan yang mengeluarkan kebijakan bekerja jarak jauh atau dari rumah bagi karyawannya.

Hal ini menciptakan sebuah kebutuhan logis akan living space di mana orang-orang dapat bekerja dan networking di tempat yang layak serta nyaman. “Co-living dapat menjawab kebutuhan tersebut dan permintaannya akan terus meningkat lebih tinggi di masa pasca pandemi nanti,” tutupnya.

Marketing.co.id | Info & Portal Berita Marketing dan Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.