Dalam beberapa tahun terakhir ini, Bali atau juga dikenal dengan Pulau Dewata mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal tersebut ditandai dengan tren bisnis properti yang cenderung meningkat selama satu dasawarsa terakhir.
Tony Eddy, konsultan properti Keller Williams Casablanca mengatakan, tahun ini bisnis properti akan kembali meningkat sebagai dampak dari berbagai faktor, seperti kebijakan pemerintah, Tax amnesty, kenaikan daya beli masyarakat, sektor pariwisata dan juga faktor keamanan.
Selain itu, beberapa gejala meningkatnya bisnis di Bali ditandai dengan maraknya pembangunan hunian, baik perumahan, villa dan hotel di Nusa Dua.
“Dari sekian banyak proyek properti yang ada, masih sedikit pengembang yang membidik perkantoran,” terang Tony. Masih sedikitnya pengembang yang membidik perkantoran dimanfaatkan oleh PT Agung Panorama Propertindo.
Bekerja sama dengan PT Pengembang Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), Agung Panorama berencana akan mengembangkan proyek properti berupa pembangunan gedung perkantoran di Nusa Dua, CREA The Nusa Dua Resort Office.
Sesuai dengan namanya, proyek bernilai sekitar 500 miliar rupiah tersebut menggabungkan creativity industry dan resort office. Konsep tersebut dikalim merupakan satu-satunya di Indonesia.
Menurut Abdulbar M Mansur, Direktur Utama ITDC, Nusa Dua merupakan kawasan prestisius di Bali dan menjadi tujuan utama pariwisata serta berbagai event nasional dan internasional.
Sebagai pusat konferensi tingkat dunia, Nusa Dua telah dilengkapi dengan sarana, prasarana dan akomodasi yang memadai.
Akan tetapi belum ada gedung perkantoran di sana. Kehadiran CREA merupakan pelengkap dari 7 pilar yang menjadi kekuatan dari kawasan The Nusa Dua yang dulu dikenal sebagai kawasan BTDC.
Lebih lanjut Abdulbar mengatakan bahwa terpilihnya Agung Panorama untuk proyek yang akan dibangun di atas lahan 1 hektar tersebut tak lain karena memiliki pengalaman dan track record sebagai developer yang selalu menampilkan produk ikonik dan inovatif.
“Sebagai kawasan yang selalu mendapat perhatian dunia, kami tentu ingin menyajikan produk terbaik, dengan harapan semakin banyak event berskala dunia digelar di Nusa dua. Tentu dampak positifnya akan kita rasakan bersama,” ungkap Abdulbar.
Abdulbar meyakini, keberadaan CREA akan mampu menarik minat masyarakat internasional, bukan hanya untuk menggelar event, bahkan ikut berinvestasi dalam menciptakan bisnis-bisnis baru di masa mendatang.
“Saya berharap gedung ini sudah siap sebelum pelaksanaan pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) tahun depan,” tutur Abdulbar.
Sementara itu, CEO Agung Panorama Propertindo, Usman Effendy menjelaskan, perusahaannya merupakan salah satu pionir dalam mengembangkan berbagai kawasan di Jakarta.
Sejumlah proyek prestisius sudah dibangun, seperti Spring Hill Golf Residences, Springhill Golf Mansion, Springhill Golf Terrace dan masih banyak lagi. Dengan konsep ikonik pada setiap proyek yang dibangun, Usman optimis produknya terserap pasar.
Lebih lanjut Usman menjelaskan, CREA menargetkan Startup. Pasalnya, seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan industri kreatif, berbagai startup tumbuh dengan pesat. Sementara, fasilitas perkantoran yang menunjang aktivitas mereka jumlahnya sangat sedikit.
Bali sendiri dipilih sebagai tempat pengembangan dikarenakan industri kreatif di daerah ini tumbuh sangat pesat dan interaksi dengan dunia internasional sangat mudah dan cepat. Dengan demikian potensi industri kreatif dari Bali dapat dengan segera menjadi perhatian negara lain.
CREA The Nusa Dua Resort Office sendiri bakal menyuguhkan fasilitas layaknya resort yang beroperasi 24 jam, sehingga menjadi solusi dalam menghadapi perbedaan zona waktu dan area.
“Ini sangat berarti bagi para bisnis kreatif yang bekerja sama dengan market internasional,” Ujar Usman.
Cecep Supriadi
