Marketing.co.id – Berita Financial | Indonesia telah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut sejak Mei 2024. Kondisi ini memicu tanggapan dari Bank Indonesia (BI), yang mengimbau masyarakat untuk lebih banyak berbelanja guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Deflasi terjadi ketika harga-harga barang dan jasa menurun secara umum, yang bisa mengindikasikan penurunan permintaan atau konsumsi masyarakat.
Penyebab dan Dampak Deflasi
Deflasi yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh penurunan harga bahan pangan dan energi. Kondisi ini memengaruhi daya beli masyarakat serta potensi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, BI menyarankan agar masyarakat meningkatkan konsumsi, sehingga roda perekonomian tetap berputar. Deputi Gubernur BI, Juda Agung, menegaskan inflasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cenderung stabil, dan berada dalam target BI 1,5 persen hingga 3,5 persen.
“Itu masih dalam range Bank Indonesia 2,5 persen plus-minus 1 persen. Jadi masih di dalam range target,” kata Juda Agung kepada wartawan di Kantor Pusat BI, Rabu (2/10/2024).
Juda menyatakan bahwa situasi deflasi yang sedang terjadi tidak menunjukkan adanya ancaman yang signifikan terhadap perlambatan ekonomi. Dia berpendapat bahwa stabilitas inflasi yang tetap berada dalam target mencerminkan bahwa perekonomian masih terkendali dan tidak memerlukan tindakan kebijakan yang ekstrem.
“Kami tidak melihat ini sebagai pelemahan yang berlebihan dari perekonomian,” ujar Juda.
Jaga Optimisme di Tengah Deflasi
Manajer Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Farisan Aufar, menekankan bahwa menjaga optimisme adalah hal yang krusial di tengah situasi deflasi. Ia menyatakan bahwa kerjasama antara kebijakan yang diterapkan oleh BI dan koordinasi dengan pemerintah merupakan faktor kunci dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Kami tetap mengedepankan pesan bahwa masyarakat harus tetap optimis. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah cukup baik dan akan tumbuh lebih baik lagi ke depan, terutama didorong oleh sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan pemerintah,” kata Farisan beberapa waktu lalu.
Ia juga menekankan konsumsi rumah tangga memiliki peran besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap melakukan aktivitas belanja karena hal tersebut berkontribusi positif bagi ekonomi nasional.
Tips Berbelanja Hemat di Tengah Ajakan Konsumsi
Meskipun BI mendorong masyarakat untuk berbelanja lebih banyak, penting bagi masyarakat untuk tetap bijak dalam mengelola keuangan. Berikut beberapa tips berbelanja hemat yang bisa diikuti:
- Buat Prioritas Pengeluaran: Fokuslah pada pembelian barang-barang yang benar-benar dibutuhkan, seperti kebutuhan pokok dan barang yang bermanfaat jangka panjang.
- Manfaatkan Diskon dan Promo: Untuk menghemat pengeluaran, masyarakat bisa memanfaatkan berbagai program diskon yang sering kali ditawarkan oleh ritel maupun platform e-commerce.
- Rencanakan Belanja dengan Anggaran: Buat anggaran belanja yang jelas agar pengeluaran tetap terkendali dan sesuai dengan kemampuan finansial.
- Gunakan Uang Tunai atau Dompet Digital: Menggunakan uang tunai atau dompet digital bisa membantu mengontrol pengeluaran dan mencegah pembelian impulsif.
Dengan strategi belanja hemat ini, masyarakat dapat berpartisipasi dalam menjaga perekonomian tanpa mengorbankan stabilitas keuangan pribadi.