BGR Logistics Usulkan Konsep National Warehouse Data Commodity

Marketing – PT Bhanda Ghara Reksa (BGR Logistics), mengusulkan konsep National Warehouse Data Commodity untuk membantu pemerintah mendapatkan data komoditas yang akurat dan kredibel.

Direktur Utama BGR Logistics M Kuncoro Wibowo, menyampaikan bahwa dalam menghadapi era industry 4.0 yang terjadi saat ini perusahaan logistik sudah seharusnya melakukan transformasi.

Hal  tersebut untuk menjawab kebutuhan pelanggan/ principal yang menginginkan informasi yang cepat dan akurat untuk memonitor pergerakan barang yang dimiliki.

Dengan infrastruktur IT yang dimiliki, BGR Logistics berencana menyediakan National Warehouse Commodity untuk keperluan yang lebih luas dan tidak terbatas pada pergudangan.

Dengan konsep tersebut, diharapkan BGR Logistics dapat membantu pemerintah mendapatkan data komoditas strategis yang akurat sekaligus mengelola gudang untuk komoditas tersebut.

“Dengan National Warehouse Data Commodity ini akan banyak memberikan manfaat kepada pemerintah dan pengguna jasa untuk mengeluarkan kebijakan berdasarkan data yang dikeluarkan dari sistem tersebut,” terang Kuncoro.

Kuncoro mengungkapkan bahwa saat ini BGR Logistics telah membangun Warehouse Integrated Application (WINA) dan Fleet Integrated and Order Monitoring Application (FIONA). “Aplikasi yang kami bangun bertujuan untuk membantu kebutuhan logistik pelanggan, dan siap dikembangkan menjadi National Warehouse Data Commodity,” lanjut Kuncoro.

Lebih lanjut Kuncoro menambahkan, aplikasi tersebut dapat memantau pergerakan barang milik principal/pelanggan dan diawasi kantor pusat melalui Command Center. “Semua pergerakan barang di gudang atau pun saat berada dalam proses distribusi termonitor oleh kami,” tambahnya.

Aplikasi logistik WINA dan FIONA dijelaskan Kuncoro dapat diintegrasikan juga dengan aplikasi di pelabuhan milik Pelindo II atau pun otoritas pelabuhan,  untuk mendukung system logistic nasional. Pergerakan barang, sejak masuk kepelabuhan, hingga terdistribusi ke gudang ataupun kepada end user akan termonitor.

Berdasarkan data penilaian 2 tahunan Logistic Performance Index (LPI) terhadap 6 indikator, yakni LPI efisiensi proses di kepabeanan, kualitas infrastruktur, biaya pengiriman yang kompetitif, kompetensi dan kualitas jasa logistik, kemampuan melacak serta menelusuri dan waktu tempuh, Indonesia menempati posisi 46 di tahun 2018.

Meskipun meningkat signifikan dari posisi 63 di 2016, namun kinerja logistik Indonesia masih kalah dibanding Singapura yang ada di peringkat 7, Thailand 32, Vietnam 39, dan Malaysia di peringkat 41.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.