Marketing.co.id – Berita Lifestyle I Meski data prevalensi kasus varises di Indonesia masih belum jelas, namun dapat diperkirakan dialami oleh seseorang yang berusia 50 tahun ke atas – bahkan sekitar 20-30% diantaranya dapat menderita varises. Sementara, jika mengacu pada negara barat, prevalensi seluruh gangguan pembuluh darah vena pada ekstremitas bawah mencapai 25%, sedangkan di Amerika prevalensi kasus ini dilaporkan mencapai 23%. Sedangkan berdasarkan Framingham Heart Study, peningkatan kasus varises setiap tahunnya adalah 2.6% pada wanita dan 1.9% pada pria.
Menjawab kebutuhan akan solusi penanganan varises, Bethsaida Hospital pun memperkenalkan terapi EVLA (Endovenous Laser Ablation). Dimana prosedur bedah yang minim luka – bahkan hanya dengan sayatan kecil ini terbukti aman dan efektif untuk mengobati varises. Dengan EVLA, vena yang melebar dan membengkak akan di ablasi dengan energi panas dari laser sehingga vena akan mengecil dan peredaran darah menjadi normal. Setelah tindakan, pegal dan keram akan berkurang, lalu dalam waktu 3-4 minggu varises akan hilang dan bekas luka pun akan pulih dengan cepat.
dr. Wirya A. Graha, Sp.BTKV selaku Dokter Spesialis Bedah Toraks, Kardiak dan Vaskular Bethsaida Hospital menjelaskan, bahwa tanpa sadar varises merupakan penyakit yang sering disepelekan oleh masyarakat umum. Efek dari penyakit varises memang bisa ringan, tetapi jika tidak diterapi dengan baik penyakit ini bisa menimbulkan dampak serius pada kesehatan seperti pembengkakan pada kaki, kemudian kaki menjadi lebih berat, kebas, pegal dan kesemutan.
Pada fase ini, dr. Wirya memaparkan, penderita merasa terganggu pada saat melakukan aktivitas fisik. Keluhan pegal sampai kram biasa timbul pada malam hari atau setelah berjalan dan melakukan aktivitas yang berlebihan. Bahkan pada kondisi yang jauh lebih serius, varises bisa menimbulkan luka yang sulit sembuh hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, penanganan varises harus dilakukan dengan metode yang tepat sesuai dengan tingkat keparahannya.
Biasanya, orang yang beresiko mengalami varises adalah lansia. Ini dikarenakan dinding pembuluh darah semakin lemah seiring bertambahnya usia, menyebabkan elastisitasnya berkurang sehingga pembulh darah mudah membesar. Resiko lainnya yaitu pada orang dengan obesitas, kehamilan, dan orang yang memiliki kebiasaan berdiri atau duduk dalam jangka waktu yang terlalu lama.
“Dulu pengobatan varises dilakukan dengan prosedur pembedahan yang memerlukan luka sayatan cukup besar sekitar 3-4 cm untuk mengambil varisesnya. Namun dengan teknologi masa kini, varises bisa diobati dengan prosedur bedah yang minim luka, bahkan hanya dengan sayatan kecil. Luka hanya sekitar 1-2 mm yang akan menghilang dalam waktu 1-2 minggu dengan EVLA (Endovenous Laser Ablation) yang merupakan terapi pengobatan varises,” papar dia.
Selanjutnya, dengan EVLA, vena yang melebar dan membengkak akan di ablasi dengan energi panas dari laser sehingga vena akan mengecil dan peredaran darah menjadi normal. Setelah tindakan, pegal dan keram akan berkurang, lalu dalam waktu 3-4 minggu varises akan hilang dan bekas luka pun akan pulih dengan cepat.
Selain menawarkan solusi penanganan varises, Bethsaida Hospital memiliki Diabetic, Endocrine, Metabolic & Thyroid Center menegakkan diagnosa dan terapi kasus diabetes dan tiroid secara komprehensif. Dimana, kali ini Bethsaida Hospital juga memperkenalkan tindakan minimal invasif tanpa operasi untuk menghilangkan pembesaran kelenjar tiroid jinak yaitu dengan Radio Frequency Ablation (RFA) dan Percutaneous Ethanol Injection Ablation (PEIA) tergantung tumornya padat atau berbentuk kista. Dengan prosedur RFA untuk tumor jinak tiroid maka benjolan tiroid dapat berkurang antara 47,7% -96,9%.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Diabetes, Endokrin dan Metabolik Bethsaida Hospital dr. Rochsismandoko, Sp.PD, KEMD, FINASIM, FACE mengungkapkan, bahwa penyakit tiroid adalah masalah umum yang menyebabkan ketidakseimbangan hormon tiroid dalam tubuh. Saat ini, banyak penderita pembesaran tiroid biasanya muncul tanpa gejala, sehingga sulit dirasakan oleh pasien.
“Sebagian besar bersifat jinak dan tidak membutuhkan pengobatan khusus, namun jika sudah terjadi gejala penekanan atau masalah kosmetik maka pasien perlu segera mendapat penanganan dokter. Dengan terapi RFA, tidak membutuhkan sayatan dan hanya menggunakan pembiusan lokal, sehingga pasien lebih nyaman, aman dan persiapan untuk tindakan pun jauh lebih sederhana,” ujar dr. Rochsismandoko.
Lebih lanjut, dr. Rochsismandoko memaparkan, adapun lama tindakan kurang lebih 1 jam dengan masa observasi setelah tindakan antara 10-12 jam. Menariknya lagi, beberapa keunggulan RFA antara lain, biaya lebih rendah dibanding operasi, aman dan nyaman, tanpa sayatan, hanya anastesi lokal, masa pemulihan lebih cepat, serta komplikasi paska tindakan minimal. Sementara, efek samping yang mungkin terjadi adalah rasa nyeri, panas atau bengkak di leher yang sebagian besar akan sembuh sendiri tanpa memerlukan obat.
“Tiroid adalah kelenjar penghasil dua hormon utama, yaitu triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4). Gangguan fungsi dapat berupa hipertiroid jika tubuh membuat terlalu banyak hormon tiroid. Sebaliknya, jika tubuh membuat terlalu sedikit hormon tiroid, disebut hipotiroidisme. Kedua kondisi ini mempunyai dampak yang serius karena mempengaruhi seluruh metabolisme tubuh. Fungsi hormon tiroid untuk tubuh sangatlah banyak, mulai dari otak, jantung, ginjal, organ reproduksi, liver, saluran cerna, otot dan tulang,” papar dr. Rochsismandoko.
Bethsaida Hospital Perkenalkan EVLA & RFA, Minim Luka dan Bekas Sayatan bagi Pasien Varises & Tiroid
[Reading Time Estimation: 4 minutes]