Berlomba-lomba Menuju Edge, 3 Tantangan dalam Digitalisasi Perusahaan

Marketing.co.id – Berita Digital | Untuk menjaga kelangsungan bisnis, sektor komersial perlu cepat beradaptasi dengan normal baru, mengubah cara mereka beroperasi dan menjalankan bisnis untuk memenuhi permintaan pelanggan dan perilaku berbelanja yang terus berkembang. Perusahaan komersial yang lebih beruntung di masa pandemi tengah mempercepat upaya mereka untuk memperluas kapasitas mereka guna memenuhi lonjakan permintaan.

Baca Juga: Digitalisasi Semua Sektor untuk Pulihkan Ekonomi

Sebaliknya, sektor industri dihadapkan pada serangkaian tantangan mereka sendiri – mulai dari mengelola operasional dari jarak jauh hingga gangguan dalam rantai pasokan. Pemenang sesungguhnya adalah perusahaan yang telah memulai perjalanan digitalisasi mereka. Pelaku industri yang telah mengadopsi teknologi Industri 4.0 seperti otomatisasi dan pemeliharaan prediktif dapat berfokus pada peningkatan produktivitas dan pertumbuhan. Perusahaan pun dapat fokus untuk tetap relevan selama pandemi.

Yana Achmad Haikal, Business Vice President Secure Power Schneider Electric Indonesia & Timor Leste mengatakan, tak peduli di mana posisi perusahaan saat ini dalam kurva adopsi, sangat penting bagi mereka untuk melihat ke depan dan fokus untuk memastikan ketahanan dan kelangsungan bisnis. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mulai menguji teknologi masa depan, dan yang lebih penting melakukannya secara efektif.

Baca Juga: US$9 Juta untuk Digitalisasi Jutaan UMKM Indonesia

Dalam perjalanan digitalisasinya, perusahaan, baik yang bersifat industri maupun komersial, akan menghadapi beberapa kendala yang hanya dapat diatasi melalui integrasi yang efektif antara teknologi operasional (OT) dan teknologi informasi (IT).

Tantangan 1#: Mengelola Ledakan Data

Menurut penelitian KPMG, pelaku bisnis akan menghabiskan $232 Miliar untuk investasi teknologi pada tahun 2025, dibandingkan pada tahun 2018 sebesar $ 12,4 Miliar. Perusahaan yang berinvestasi pada teknologi kecerdasan buatan (AI), pembelajaran mesin / Machine Learning, dan otomatisasi proses robotik (RPA) akan mendapatkan pertumbuhan eksplosif selama beberapa tahun ke depan, dimana diperkirakan sekitar setengah dari perusahaan-perusahaan tersebut akan menggunakan teknologi ini dalam skala besar pada tahun 2025. Dengan pertumbuhan dan adopsi teknologi yang lebih besar, akan terjadi yang disebut ledakan data. IDC memperkirakan akan ada 80 miliar perangkat yang terhubung pada tahun 2025, yang akan menghasilkan 180 triliun gigabyte data baru pada tahun itu saja.

Baca Juga: 5 Tahapan Terpenting dari Transformasi Digital

Semua mesin yang menghasilkan jutaan data harus dikumpulkan, digabungkan, dan dianalisa secara real-time sehingga perusahaan dapat memperoleh wawasan dari data tersebut. Kemampuan untuk sepenuhnya memanfaatkan informasi dari aset fisik dan memanfaatkannya untuk mengambil keputusan yang tepat, penting untuk mewujudkan Industri 4.0 sepenuhnya. Dengan perkembangan perangkat yang terhubung dan seiring dengan perkembangan kemampuannya, maka pengambilan keputusan secara real-time dimana data diproses secara cepat tanpa adanya latensi komputasi awan sangatlah krusial. Lingkungan yang memiliki kapasitas komputasi di luar cloud – yang lebih dekat dengan sumbernya adalah tempat dimana perangkat dan platform dapat melakukan analitik secara real-time tanpa perlu terlebih dahulu mengirim data ke cloud. Lingkungan ini dikenal sebagai Edge. Gartner mengungkapkan bahwa 75% dari seluruh data di dunia akan diproses di edge pada tahun 2025.

Tantangan 2#: Integrasi yang Mulus antara Teknologi Operasional & Teknologi Informasi

Didorong oleh percepatan peningkatan teknologi pintar, industri menyatukan Industrial Internet of Things (IIoT), mesin yang terhubung, robot, sensor, perangkat pintar, dan analitik data real-time untuk mengintegrasikan dan mengotomasi berbagai tugas dari sistem manufaktur. Namun begitu, integrasi teknologi operasional (OT) dan teknologi informasi (IT), seringkali tidak berjalan mulus bahkan dikelola secara terpisah. Dengan kombinasi Edge Computing dan perangkat IIoT akan mempermudah penyederhanaan proses industri, mengoptimalkan rantai pasokan, dan menciptakan pabrik “pintar”.

Tantangan 3#: Memiliki Visibilitas Lebih Besar dari Data yang Anda Hasilkan dengan Cepat

Seluruh mesin di fasilitas industri atau manufaktur yang menghasilkan data perlu dikontrol dan dikelola secara efektif sehingga memberikan nilai bagi kegiatan operasional. Prosesnya dimulai ketika sensor mengumpulkan data dari lingkungan. Mereka memasukkan data ke dalam sistem teknologi operasional (OT) yang kemudian mendigitalkannya. Data digital ini kemudian menyeberang ke sisi teknologi informasi (IT) untuk diproses sebelum menuju ke data center. Di sinilah sistem teknologi Edge akan melakukan lebih banyak analisa.

Baca Juga: ASDP Hadirkan Pembayaran Elektronik untuk Pembayaran Tiket

Sistem pemrosesan teknologi Edge umumnya berada di fasilitas atau lokasi yang paling dekat dengan sensor. Meskipun dimungkinkan untuk memproses data di data center, namun membutuhkan waktu yang lebih lama. Nilai ROI dari implementasi IIoT dinilai dari wawasan yang dapat ditindaklanjuti yang berasal dari data IoT yang dikumpulkan, secara real-time. Hal ini hanya dapat dimungkinkan dengan bantuan platform dan infrastruktur analitik berkinerja tinggi langsung dari sumbernya di Edge.

“Perusahaan komersial dan industri didorong oleh kebutuhan untuk mengubah dan merangkul digitalisasi untuk memenuhi tuntutan pasar, tetap relevan, dan mempertahankan ketahanan bisnis. Latensi rendah, kapasitas bandwidth yang tinggi, dan komputasi terpercaya yang hadir melalui teknologi industrial edge dapat memberi daya dalam membangun ekosistem operasional yang ‘always on’ dan tak diragukan lagi merupakan solusi untuk kelangsungan bisnis yang efektif,” tutup Yana.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.