Berebut “Kue Renyah” Mobile Broadband

broadband-1webTingginya penetrasi internet di Indonesia belakangan ini mendorong para penyedia layanan paket data berlomba-lomba menggaet pelanggan. Beragam strategi pun digelar.

Pasar mobile broadband boleh dibilang kian gemilang. Terbukti dengan pertumbuhan pengakses internet yang meningkat drastis. Internet sudah menjadi kebutuhan signifikan bagi orang modern. Survei yang dilakukan Ericsson pada tahun lalu menunjukkan penetrasi teknologi mobile broadband bertumbuh 60 persen—angka yang cukup fantastis.

Pasar ini bagaikan kue renyah yang diperebutkan oleh para provider dengan berlomba menggaet sebanyak-banyaknya pelanggan dalam ragam strategi. Dari bermain di ranah harga sampai unjuk kualitas dan kecepatan untuk mendukung aktivitas berselancar di dunia maya. Kebanyakan pemain berasal dari industri jasa seluler. Tiga di antaranya, Telkomsel Flash, IM2, dan XL.

Salah satu strategi pengembangan pasarnya dengan merilis program broadband paket kuota tanpa batas (unlimited) yang mudah diakses, dengan harga terjangkau, dan memenuhi kebutuhan pengguna. Selain pascabayar, kini, pasar prabayar jadi perhatian besar. Telkomsel, misalnya, pada April 2007, merilis layanan High Speed Wireless Broadband (HSWB) dengan nama Telkomsel Flash. Layanan ini didukung jaringan berteknologi 3G (WCDMA dan HSDPA).

Telkomsel Flash bisa dinikmati seluruh pelanggan Telkomsel—baik pascabayar (kartu HALO) maupun prabayar (simPATI dan Kartu As). Caranya tidak lagi ribet, cuma kirim SMS ke 3636. Sekarang Telkomsel Flash melayani dua juta pelanggannya. Telkomsel Flash hadir dalam berbagai paket yang memungkinkan pelanggan bisa memilih paket seturut kebutuhannya—termasuk paket bundling modem. Untuk berhenti berlangganan pun, Telkomsel Flash memberi kemudahan.

“Telkomsel menyediakan berbagai pilihan paket tarif yang dapat dinikmati pelanggan, baik berbasis waktu (time based) maupun volume (volume based),” ungkap Ricardo Indra, GM Corporate Communications Telkomsel.

Pada November 2009, Telkomsel melakukan inovasi dengan merilis Next Generation Flash. “Proyek ini merupakan proyek peningkatan teknologi jaringan Telkomsel dari sebelumnya HSDPA 7,2 Mbps ke teknologi HSPA+ (High Speed Packet Access Plus), di mana teknologi wireless broadband ini mampu menghadirkan kecepatan akses data hingga 21 Mbps,” kata Ricardo.

Upaya ini semakin menguatkan komitmen Telkomsel dalam berinvestasi sekaligus memandu perkembangan industri telekomunikasi seluler di Indonesia memasuki babakan baru era layanan mobile broadband. Dengan tambahan frekuensi 3G yang baru, Telkomsel mampu menambah kapasitas jaringan untuk layanan data serta melakukan evolusi dengan melanjutkan roadmap ke teknologi HSPA dan HSPA+, di mana kini pengguna layanan mobile broadband dapat merasakan pengalaman baru memanfaatkan kecepatan akses data hingga 21 Mbps.

Ricardo optimistis melebarkan pasar Telkomsel Flash di tahun 2010. Diperkirakan pada tahun ini,  jumlah pelanggan seluler di Indonesia akan menembus angka 150 juta dan pengguna internet menembus 50 juta. Potensi pengguna mobile broadband diperkirakan mencapai 6 juta di akhir 2010. “Seiring tingginya jumlah pengguna layanan seluler dan pengguna layanan internet, semakin besar pula peluang pengembangan layanan mobile broadband di Indonesia,” kata Richardo.

Sementara itu, belum lama ini, PT Indosat Mega Media (IM2) tampak sedang menggenjot pertumbuhan pelangganya. Salah satu caranya dengan meluncurkan layanan IM2 Inside. IM2 Inside merupakan layanan IM2 unlimited yang bisa dinikmati oleh para pelanggan prabayar Mentari dan IM3 dengan kecepatan hingga 256 Kbps. Layanan ini bisa diakses dengan handset maupun modem berteknologi 3G/HSPDA.

“Kami mengembangkan pasar IM2 dengan program ini. Perkembangan broadband dari tahun ke tahun meningkat pesat. Daripada melakukan investasi kartu dan distribusi lagi, cukup dengan kirim SMS atau mengakses dari menu browser, sekarang pelanggan IM3 dan Mentari bisa menikmati layanan data IM2,” kata Chief Marketing Officer.

Guntur Siboro mengatakan peluncuran IM2 Inside selain memberi daya tarik lebih pada merek yang ada, juga mengoptimalkan jaringan IM2 yang sudah siap dan ingin dikembangkan. Layanan anyar ini, menurut Guntur, tak lain sebagai jawaban kebutuhan pasar akan internet yang mudah diakses, berkualitas, dan terjangkau. Apalagi, pelanggan sekarang sudah tampak emoh berganti-ganti kartu untuk bisa mengakses layanan mobile broadband.

Meski komunikasinya masih sebatas penyebaran pesan pendek dan dari mulut ke mulut, layanan IM2 Inside mendapat respons positif. Ada dua penawaran IM2 Inside, yakni berdasar kuota (volume based) dan kuota tanpa batas. Untuk kuota tanpa batas, ada tiga paket, yakni harian dengan harga Rp 9.000, mingguan dengan Rp 50 ribu, dan dua mingguan dengan Rp 80 ribu. Bila batas kuota habis, pelanggan masih bisa berinternet dengan kecepatan yang sudah dikurangi.

“Tak hanya prabayar, tetapi juga bagi pascabayar—pengguna Matrix dengan istilah broadband on request. Ternyata lebih dari 89 persen mereka senang dengan yang harian. Mereka senang yang format sachet—ringkas sesuai kebutuhan,” imbuh Teguh Prasetya, Group Head Value Added Service Marketing Indosat.

Aktivasinya pun simpel. Cukup dengan mengirim SMS ke 323. Saat layanan ini aktif, fungsi panggilan telepon dan SMS keluar dinonaktifkan sementara. Tapi, pelanggan tetap bisa menerima panggilan masuk, SMS, ataupun menelepon layanan call center Indosat. “Isi pulsanya gampang dengan voucer Indosat. Kami berniat mengembangkan komunitas IM2. Bila sekarang, pelanggan IM2 sekitar satu juta, kami buka lagi peluang untuk tambah jutaan pengguna broadband ini. Satu kartu dengan banyak benefit,” tandas Guntur Siboro.

Asal tahu saja, pada pengujung tahun lalu, Indosat memilki 33,1 juta pelanggan seluler yang hampir 99 persennya adalah pelanggan prabayar. Tentu ini menjadi peluang besar bagi IM2—belum lagi calon-calon pelanggan baru yang tergiur dengan layanan data ini. Teguh mengharap bisa menambah 10 ribu pengguna broadband baru tiap harinya. Hal ini dilakukan mengingat kompetisi di ranah ini mulai disesaki oleh pemain lain.

“Kemungkinan membeludaknya pelanggan, kami sudah menyiapkan infrastruktur dan peningkatan kapasitas. Kami tetap berinovasi terus agar tetap memimpin pasar. Tahun 2010, kami optimistis terus bertumbuh,” imbuh Guntur.

Senada dengan Telkomsel Flash dan IM2, Budi Harjono, Head of Mobile Data Service XL, melihat mobile broadband menjadi tren ketimbang fix broadband. Sebab itu, XL pun getol menggarapnya, lebih khusus dengan merilis kartu prabayar XL unlimited. “Uniknya, bila pelanggan sudah mencapai Fair Usage Policy sebesar 1 GB dan tidak mau terkena dampak pengurangan kecepatan menjadi 64 Kbps, pelanggan bisa melakukan registrasi kembali dan mendapatkan kecepatan 256 Kbps,” kata Budi Harjono.

Budi mengaku layanan kartu prabayar tersebut sebagai upaya mendongkrak pelanggan. Selain dengan internet unlimited, XL juga mempunyai paket volume base yang langsung bisa dinikmati oleh para pelanggan yang sudah ada. Berbeda dengan unlimited yang kecepatannya 256 Kbps, untuk volume base ini, pelanggan bisa mendapatkan kecepatan 3.6 Mbps. Program ini kebanyakan dilakukan dengan bundling modem—termasuk dengan handset Android yang lagi tren.

Meski persaingan cukup ketat, Budi mengatakan XL tidak mau gegabah menjaring pelanggan sebanyak-banyaknya. “Berbeda dengan operator lain, kami membatasi jumlah kartu prabayar XL Internet Unlimited. Kami akan tetap menjaga kualitas layanan. Tapi, kami tak membatasi jumlah pelanggan yang ingin registrasi ke paket volume base atau XL Internet Instan,” katanya.

Pada tahun ini, XL menargetkan jumlah pelanggan mencapai 1,2 juta—baik unlimited maupun volume base.

Riuhnya kompetisi dalam menggarap pasar mobile broadband tersebut mendapat angin dari pemerintah yang sejak lama peduli menggelar program memasyarakatkan internet. Tapi, yang kudu diperhatikan dari para pemain itu, kunci kepuasan pelanggan internet terletak pada kecepatan, stabilitas, dan tentunya keterjangkauan. (Majalah MARKETING/Sigit Kurniawan)

1 COMMENT

  1. menurut saya tarif broadband berbasis jaringan GSM masih mahal. hal ini berbanding terbalik dengan harga koneksi internet menggunakan CDMA. namun teknologi koneksi internet CDMA yg dirasakan oleh end user adalah tidak sama nya kekuatan sinyal yg diterima oleh konsumen di berbagai tempat yg berbeda.

    kalau teknologi GSM memang memungkinkan penyebaran sinyal broadband dengan jangkauan yg lebih luas. namun menurut saya memang diperlukan lebih banyak pengembangan teknologi koneksi internet berbasis CDMA, misalnya dengan lebih banyak pembangunan tower BTS CDMA. sebenarnya jaringan CDMA lebih menawarkan koneksi kelas broadband dengan harga lebih murah ketimbang yg berbasis GSM.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.