Ciptakan Ruang Baru, Kingman Sukses di Tengah Ketatnya Persaingan Industri Fashion

[Reading Time Estimation: 4 minutes]

Sukses Berkarya Sebelum 30: Mantan Pegawai Kantoran Sukses Rintis Kingman, Brand Sandal Lokal Inovatif 

Marketing.co.id – Berita UMKM  | Di tengah kompetitifnya persaingan industri fashion tanah air, sejumlah anak muda Indonesia justru berhasil menghadirkan solusi yang inovatif dan relevan lewat produk lokal berkualitas. Melalui pendekatan bisnis yang adaptif dengan mengoptimalkan teknologi digital, mereka mampu menjawab kebutuhan pasar sekaligus menciptakan ruang baru bagi produk lokal untuk bersaing.

Dalam rangkaian Kisah UMKM Shopee “Sukses Berkarya Sebelum 30”, cerita inspiratif kali ini datang dari Benny Wijaya dan Diswandy, dua anak muda pemilik brand sandal lokal, Kingman. Di tengah tantangan ekonomi saat pandemi lalu, mereka berhasil menemukan secercah peluang untuk memulai bisnisnya.

Benny dan Diswandy membangun brand Kingman di usia 25 tahun dengan latar belakang yang jauh dari dunia fashion. Benny merupakan mantan bankir dengan keahlian di bidang keuangan, sedangkan Diswandy memiliki pengalaman di sektor logistik dan ekspor-impor. Meski minim pengetahuan tentang industri alas kaki, mereka berbagi tekad yang sama: terus belajar dan tumbuh bersama usaha yang mereka rintis. Keberanian mengambil risiko dan cermat mengoptimalkan peluang menjadi motivasi mereka.

“Salah satu keputusan cermat kami adalah bergabung bersama Shopee, sebagai wadah utama penjualan. Sejak awal bergabung pada 2021, kami melihat Shopee sebagai top of mind e-commerce di Indonesia dengan jumlah pengguna dan trafik penjualan yang tinggi, khususnya di kategori fashion. Kami melihat peluang emas yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan eksposur yang lebih luas dan cepat. Hasilnya, Shopee telah berkontribusi hingga lebih dari 80% dari total keseluruhan penjualan produk Kingman,” jelas Benny Wijaya dan Diswandy.

Berangkat dari ide sederhana, Kingman sukses jadi brand sandal pria unggulan dan buka lapangan kerja 

Motivasi Benny Wijaya dan Diswandy membangun Kingman muncul dari kepekaan mereka terhadap kebutuhan pria Indonesia akan sandal yang nyaman, fungsional, namun tetap rapi. Di negara tropis seperti Indonesia, sandal menjadi pilihan alas kaki utama, tetapi sebagian besar produk yang beredar terlalu kasual dan terbatas penggunaannya. Melihat peluang ini, mereka menciptakan sandal pria yang cocok dipakai dalam berbagai suasana, baik santai maupun semi-formal. Dengan desain yang clean dan elegan, Kingman percaya diri menyasar segmentasi pasar pria lintas generasi, mulai dari Gen Z, Milenial, hingga Gen X.

Saat memulai bisnisnya, Benny dan Diswandy melakukan studi pasar, mengembangkan rantai pasok, dan memproduksi seluruh produk secara mandiri di Jakarta Barat. Benny bertanggung jawab atas sistem operasional dan keuangan, sementara Diswandy menangani logistik serta strategi pemasaran digital. Di dua tahun pertama, mereka menjalankan semua proses sendiri, mulai dari memotret produk, memproses pesanan, hingga membalas pesan pelanggan, semua dijalani sembari masih bekerja penuh waktu di kantor.

“Dengan waktu dan sumber daya terbatas, kami mengelola bisnis dari malam hingga dini hari, menyusun sistem kerja secara bertahap lewat proses trial & error. Konsistensi ini perlahan membuahkan hasil. Kingman kini berkembang menjadi brand mapan yang berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi 60 karyawan yang fokus mengurusi bagian produksi, distribusi, dan pemasaran. Berbagai produk unggulannya pun telah menjangkau berbagai wilayah di Indonesia dan dinikmati beragam pengguna lintas generasi,” tambah Benny dan Diswandy.

Bulan Ramadan momen emas, Kingman optimalkan kampanye dan fitur interaktif Shopee 

Momentum bulan Ramadan yang menjadi waktu yang paling disyukuri Benny dan Diwsandi. Setiap tahunnya, momen ini menjadi puncak tertinggi penjualan produk-produk Kingman. Banyak dari pesanan yang diterima dijadikan hampers atau hadiah keluarga. Keberhasilan ini tak lepas dari kecermatan mereka dalam melihat peluang untuk memanfaatkan panggung lebih yang dihadirkan Shopee melalui rangkaian kampanye belanja tematik. Contohnya, pada momen kampanye Shopee Big Ramadan Sale 2025, Kingman sukses meraih lonjakan pesanan hingga 6 kali lipat dibanding hari biasa.

Kingman juga aktif memanfaatkan fitur Shopee Live sebagai kanal penjualan. Melalui Shopee Live, Kingman dapat menjangkau audiens lebih luas dan memperkenalkan produk secara lebih holistik. “Bagi kami, Shopee Live merupakan jembatan bagi UMKM dan brand lokal untuk dapat membangun hubungan yang lebih dekat dengan konsumen. Kami memanfaatkan betul fitur ini untuk dapat berkreasi menyuguhkan keunggulan dari setiap produk kami dengan beragam penawaran yang spesial,” tambahnya.

Tak hanya fitur interaktif, mereka juga turut aktif memanfaatkan seluruh peluang dalam ekosistem Shopee untuk memperluas visibilitas jangkauan brand-nya. Salah satunya memanfaatkan Shopee Affiliate Program untuk berkolaborasi dengan konten kreator.

Prediksi tren footwear di 2025 dan pesan bagi calon pengusaha muda 

Kingman memproyeksikan bahwa tahun ini akan menjadi momentum bagi produk alas kaki yang menggabungkan gaya, kenyamanan, dan fungsionalitas. Salah satu model yang diprediksi akan menjadi tren besar adalah Clog Sandal, sebuah jenis sandal dengan desain lebih tertutup namun tetap ringan dan nyaman.

Produk ini dirancang untuk menjawab kebutuhan pria aktif yang ingin tampil rapi namun tetap santai, baik saat bepergian, bekerja, maupun dalam kegiatan sehari-hari. Untuk menangkap peluang tersebut, Kingman terus mengembangkan lini produk yang relevan dengan kebutuhan pasar. Selain memperluas koleksi sandal, Kingman kini juga mulai menghadirkan kategori mens apparel seperti polo shirt untuk memperkuat posisi sebagai brand gaya hidup pria yang lengkap.

“Bagi para calon pengusaha generasi muda Indonesia, kami berpesan untuk senantiasa percaya ada dua prinsip yang selalu kami pegang teguh. Selalu belajar tanpa henti karena dunia bisnis terus berubah, dan setiap hari pasti ada hal baru yang bisa dipelajari. Untuk itu, penting untuk tetap penasaran, lebih banyak mendengar daripada merasa paling tahu. Kemudian adalah konsistensi, tidak ada usaha yang instan, konsistensi itulah yang akan membantu menemukan titik ideal bagi brand untuk bertumbuh,” pungkas Benny dan Diswandy.