Belajar e-Commerce dari Bhinneka

bhinneka.comJika ingin belajar mengenai suatu hal, maka belajarlah dari ahlinya. Begitupun bila Anda ingin mengetahui seputar e-commerce, berguru kepada salah satu perusahaan e-commerce pertama di Indonesia memang sangat disarankan.

Mulai membuka bisnis e-commerce sejak tahun 1998, Bhinneka termasuk salah satu toko ritel yang pertama kali menjejakkan kakinya di dunia digital. Alasannya sederhana, para pemiliknya melihat bahwa aktivitas masa depan akan berbasis pada internet, termasuk proses jual-beli. Peluang inilah yang kemudian diambil oleh para pendirinya.

Meski untuk saat ini bisnis e-commerce tampak menjanjikan, namun pada awalnya Bhinneka ternyata sempat ragu. Masalahnya, bagaimana cara membuat orang percaya untuk mengirimkan dulu uangnya, sementara barangnya menyusul?

Akhirnya, Bhinneka melakukan edukasi ke berbagai kampus, forum, juga komunitas. Gunanya agar khalayak mengetahui dengan pasti eksistensi Bhinneka di pasar digital. Tidak hanya itu, Bhinneka juga memiliki store nyata untuk lebih meyakinkan khalayak.

Namun semua itu bukanlah masalah utama, bagi Bhinneka, hal terpenting dalam membuka sebuah bisnis e-commerce adalah infrastruktur yang baik.

Infrastruktur

Tentu saja jaringan internet merupakan infrastruktur yang paling utama dalam membangun e-commerce. Di samping itu, Anda juga perlu memiliki sebuah web hosting dan sistem yang sederhana serta mudah digunakan.

“Saya terkadang kasihan dengan para startup muda, mereka kerap membuat website dengan aplikasi yang rumit biar dibilang keren. Padahal itu justru melemahkan bisnis, karena waktu Anda akan habis terbuang dengan bahasa coding yang ribet, sementara bisnis malah terbengkalai,” tutur Leo Antonius, Director of Business Bhinneka.com, ketika disambangi di kantor pusatnya, Jl Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat.

Selain infrastruktur, beberapa poin penting lainnya yang juga perlu diperhatikan oleh pengelola click and mortar (toko online) adalah layanan yang memuaskan, inovasi, kemudian diferensiasi.

Pelayanan

Bhinneka mengaku tidak mau main-main dalam hal pelayanan. Oleh sebab itu, mereka memberikan berbagai penawaran yang bisa dinikmati oleh pelanggan, salah satunya free shipping (bebas ongkos kirim). Walau sederhana, ongkos kirim kerap menjadi masalah, karena harga yang sudah disepakati bisa mengalami kenaikan ketika ditambah ongkos kirim.

E-commerce itu seharusnya memberi kemudahan kepada customer, seperti dapat memesan barang dengan tidak beranjak dari tempat duduknya, bukan malah mempersulit,” ucap Leo.

Selain free shipping, layanan lain yang ditawarkan adalah dengan menanggapi berbagai bentuk keluhan pelanggan. Ini dilakukan agar calon pembeli yakin bahwa Bhinneka tidak akan lari dari tanggung jawab (membangun trustworthy). Tidak hanya itu, layanan sharing, review, serta member get member juga disediakan agar anggotanya bisa saling berbagi pendapat.

Inovasi

Tidak hanya produk atau desain packaging­-nya saja, dalam segi layanan dan kemudahan berbelanja juga diperlukan sebuah inovasi.

Leo menjelaskan, Bhinneka tidak hanya hadir pada desktop (komputer/laptop) saja, tapi juga sudah merambah pada aplikasi mobile. Kendati penjualan lewat desktop masih mendominasi (sekitar 90% dari total penjualan), namun banyak orang yang mengakses aplikasi Bhinneka.

Biasanya, aplikasi tersebut digunakan oleh publik untuk melihat informasi barang yang ditawarkan oleh Bhinneka. Aplikasi Bhinneka sendiri sudah hadir di semua platform (iOS, Android, BlackBerry, Windows Phone, bahkan Symbian), dan bisa digunakan untuk melakukan transaksi.

Diferensiasi

Diferensiasi bukan melulu diperlukan oleh toko offline, e-commerce juga membutuhkannya kalau mau survive. Perbedaan ini dimaksudkan untuk memberi alasan, kenapa publik harus membeli barang dari toko Anda.

Bhinneka misalnya, agar berbeda dari toko-toko kebanyakan, mereka memberikan layanan trade in (tukar-tambah) kepada para pelanggannya, “Bahkan toko-toko offline tidak memberikan layanan tersebut,” ucap Leo.

Ada pula bursa second (barang-barang bekas pakai) dan bursa solusi (untuk data server dan sebagainya).

Mudah dalam Pengukuran

“Keuntungan lain dari membuka sebuah toko e-commerce dibandingkan dengan brick and mortar biasa adalah, kita bisa mengelola pengeluaran serta pendapatan hingga per detiknya,”jelas Leo.

Measuring (pengukuran) di online juga lebih enak, karena semua tools sudah ada. Mulai dari mengukur traffic, pendapatan, conversion cost, semuanya ada. Sementara offline, jauh lebih sulit,” tambah Leo.

Hasil pengukuran ini akan sangat berguna bagi perkembangan sebuah bisnis. Coba pikirkan, bila Anda sudah mengetahui profile pengunjung mulai dari usia, hobi, jenis kelamin, status sosial, hingga situs apa yang sering dikunjungi (terdeteksi dari cookies). Anda pasti bisa memilih media yang tepat untuk beriklan dan menawarkan produk yang sekiranya dibutuhkan oleh konsumen.

Menurut Leo, beberapa aplikasi seperti Croc System, Google Analytics, Spread Social, serta Hootsuite, bisa Anda gunakan untuk measuring.

Ada dua poin penting yang membedakan antara bisnis online dengan offline. Pertama, bisnis online lebih mudah dalam measuring. Kedua, karena lebih mudah, maka bisnis online semakin lama kian digemari. Terbukti dengan meningkatnya jumlah e-commerce dari total pengusaha ritel di Indonesia, dari 1% kini sudah mencapai angka 5%. (Doddy Saputra)

1 COMMENT

  1. Setuju. E-commerce dan pelayanaan adalah paket yang tidak bisa dipisahkan. Pelayanan yang baik, tentu akan meningkatkan kepercayaan costumer. Sayangnya pelayanan e-commerce di Indonesia masih belum maksimal.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.