Marketing.co.id – Berita Financial Services | PT Bank IBK Indonesia Tbk (“IBK Indonesia”), emiten bank dengan kode saham AGRS pada 08 Februari 2023 menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) dengan agenda antara lain Perseroan berencana melakukan Penawaran Umum Terbatas V dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue kepada para pemegang saham.
Pelaksanaan rights issue akan dilakukan sesuai dengan ketentuan POJK No. 14/2019. Perseroan akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 13.814.688.390 (tiga belas miliar delapan ratus empat belas juta enam ratus delapan puluh delapan ribu tiga ratus sembilan puluh) lembar saham dengan nilai nominal Rp 100,- (seratus rupiah) per saham. Jumlah saham yang akan diterbitkan tersebut bergantung pada keperluan dana Perseroan dan harga pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas V.
Perseroan merencanakan pelaksanaan Penawaran Umum Terbatas V ini pada tahun 2023 dan/atau berdasarkan ketentuan POJK No. 14/2019 bahwa pelaksanaannya harus mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan sejak tanggal persetujuan RUPSLB. Dengan penambahan modal melalui Penawaran Umum Terbatas V maka saham yang dikeluarkan Perseroan sebelum Penawaran Umum Terbatas V dapat terdilusi paling banyak 33,32% (tiga puluh tiga koma tiga puluh dua persen).
Angkat direktur baru
RUPSLB juga menyetujui pengangkatan direktur baru yaitu Edwin Rudianto sebagai Direktur Bisnis. Dengan demikian susunan Direksi Bank IBK Indonesia setelah RUPSLB menjadi sebagai berikut:
– Direktur Utama: Cha Jae Young
– Direktur Kredit: Lee Dae Sung
– Direktur Operasional: MC Vera Afianti
– Direktur Bisnis: Edwin Rudianto
– Direktur Kepatuhan: Alexander Frans Rori
Direktur Utama PT Bank IBK Indonesia Tbk, Chae Jae Young menyatakan, ”Dana rights issue akan digunakan untuk keperluan modal kerja Perseroan. Kami optimis dengan adanya peningkatan modal ini, struktur permodalan menjadi lebih baik sehingga Perseroan memiliki pendanaan yang cukup untuk menjalankan strategi usaha ke depannya yang kondisinya semakin menantang.”
Pada waktu yang bersamaan, IBK Indonesia juga menjelaskan proyeksi hasil kinerja tahun 2022 dengan pencapaian yang menggembirakan. IBK Indonesia merupakan salah satu perbankan nasional dengan pemegang saham pengendalinya adalah Industrial Bank of Korea (“IBK Korea”). IBK Indonesia hadir di Indonesia pada tahun 2019. Sejak 2019 hingga 2022, IBK Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif. Hal ini terlihat dari sisi total asset yang meningkat 3 kali, total loan meningkat sebanyak 2 kali, dan core capital mengalami peningkatan 3 kali. Sementara itu, rasio non performing loan (NPL) mengalami penurunan dari 11,68% menjadi 1,99%.
“IBK Indonesia baru 3 tahun namun keberadaan kami sudah menempati posisi yang patut diperhitungkan dengan pencapaian kinerja yang membanggakan,” ujar Chae Jae Young. Lebih lanjut, Chae Jae Young menyampaikan IBK Korea menganggap bahwa Indonesia sebagai negara kunci dalam strategi pertumbuhan globalnya. Oleh karena itu, IBK Korea telah melakukan 4 kali capital injection sehingga modal inti Bank IBK Indonesia mencapai Rp 4,1 triliun dan direncanakan akan ada penambahan capital injection lagi.
Setelah mengalami kesuksesan di tahun 2021, pada tahun 2022 ini, IBK Indonesia memiliki proyeksi peningkatan sebagai berikut: profit meningkat sebanyak 8 kali dari Rp 13 miliar tahun 2021 menjadi Rp 104 miliar tahun 2022, total asset menunjukkan peningkatan 28,5% dari Rp 14,287 triliun tahun 2021 menjadi Rp 18,358 triliun di tahun 2022, dan core capital meningkat sebesar 42% dari Rp 2,902 triliun menjadi Rp 4,121 triliun. Di sisi lain, IBK Indonesia berhasil mengelola rasio NPL di bawah 2%, yang menyatakan ini lebih baik dari rata-rata NPL seluruh bank di Indonesia dan berencana adanya capital injection di 2023.
Proyeksi parameter pertumbuhan secara keseluruhan di tahun 2022 mengalami peningkatan, yaitu kredit meningkat sebesar 32,7% dari Rp 6,067 triliun tahun 2021 menjadi Rp 8,063 triliun di tahun 2022, deposit mengalami pertumbuhan 32,4% dari Rp 6,323 triliun tahun 2021 menjadi Rp 8,373 triliun tahun 2022 dan forex meningkat tajam 126% dari Rp 360 miliar tahun 2021 menjadi Rp 812 miliar di tahun 2022.
Proyeksi kinerja IBK Indonesia tahun 2022 ini memberikan gambaran lebih jelas atas komitmen dari manajemen untuk mencapai target jangka panjang IBK Indonesia tahun 2030 yaitu untuk mencapai total aset Rp 50 triliun dan profit Rp 1 triliun yang mana sejalan dengan visi IBK Indonesia yaitu menjadi Bank yang Profesional, Inovatif dan Terkemuka untuk SME & Corporate.
Targetkan total asset Rp 50 triliun
Untuk membangun pondasi yang kuat agar mencapai total aset Rp 50 triliun pada tahun 2030, tahun ini IBK Indonesia memiliki empat rencana strategis. Pertama adalah Growth yang terbagi menjadi tiga aspek, yaitu loan dengan cara meningkatkan total loan dengan target lebih dari 30%, funding melalui peluncuran produk cash back deposit dan payroll, dan capital melalui tambahan suntikan modal.
Kedua adalah Layanan Digital yang terbagi menjadi tiga aspek, yaitu E-KYC melalui layanan pembukaan rekening non tatap muka, QRIS melalui layanan QR Code melakukan pembayaran melalui e-banking dan L/C melalui layanan pembukaan L/C non tatap muka.
Ketiga adalah Credit System yang terbagi menjadi tiga aspek, yaitu credit rating system melalui pengembangan credit rating system, credit analysis system melalui pengembangan credit analysis system dan credit process dengan cara mempersingkat proses credit review.
Keempat adalah Kepatuhan yang terbagi menjadi tiga aspek, yaitu implementasi undang-undang perlindungan data pribadi, audit internal dan manajemen AML sesuai dengan ketentuan yang berlaku.