Banjir Pesanan Kala Musim Penghujan

Berbekal tekad yang kuat untuk sukses, Helmansyah melakukan beragam cara untuk membuka usaha. Kini, setiap puncak musim penghujan, ia mendapatkan banjir pesanan dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan.

edelweiss raincoat

Banyak orang berpikiran untuk membuat suatu usaha kita harus memproduksi barang sendiri. Pemikiran ini tidak berlaku bagi Helmansyah yang memilih memasarkan produk orang lain sebagai alternatif untuk memulai usaha. Setelah mengetahui seluk-beluk pasar dan memiliki pelanggan loyal, barulah ia berani memulai usaha sendiri di bidang jas hujan.

“Saya mulai usaha tahun 2010, memasarkan jaket dan beragam aksesori motor termasuk jas hujan secara online. Namun, saat puncak musim hujan terkadang produsen jas hujan tidak mampu menyediakan barang dan memenuhi permintaan. Dari situ timbul ide dan keinginan untuk memproduksi jas hujan sendiri,” cerita pria yang akrab disapa Helman ini.

Bermodalkan Rp22 juta hasil keuntungan penjualan online dan menggadaikan sepeda motor, Helman mulai merealisasikan keinginannya memproduksi jas hujan pada tahun 2013. Modal tersebut dipergunakan untuk membeli bahan baku dan satu mesin jahit, serta ongkos promosi. Tahap awal produksi menghasilkan 100 potong terdiri dari beberapa produk jas hujan, sarung motor, tas, dan sepatu.

Untuk desainnya, Helman mengaku mengambil dari produk jas hujan yang selama ini dijual dengan menerapkan strategi ATM (amati, tiru, dan modifikasi). “Edelweiss Raincoat dipilih sebagai merek dagang karena terinspirasi bunga pegunungan Edelweiss, yang melambangkan keabadian. Filosofinya jas hujan Edelweiss lebih nyaman, simpel, dan awet,” jelasnya.

Tak dipungkiri Helman, kendati sudah mengetahui seluk-beluk pasar dan memiliki pelanggan loyal, dirinya masih memiliki kesulitan memasarkan produknya. Hal tersebut dikarenakan dia harus memindahkan pola pikir pelanggan dari merek sebelumnya ke merek Edelwiss yang notabene masih baru dan belum dikenal.

Supaya merek besutannya semakin dikenal, Helman memberikan produk sampel ke reseller untuk menunjukkan bahwa kualitas Edelweiss tidak kalah dibandingkan merek lain. Selain itu, dia pun aktif berpromosi di media sosial dan menggandeng selebgram kampus untuk mendapatkan testimoni mereka. “Bulan pertama hanya terjual sekitar 30 potong,” sebutnya.

Melalui strategi ini, Helman kerap mendapat masukan mengenai kelemahan produk jas hujannya dan mendapat inspirasi untuk mengembangkan model baru sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen. Strategi itu pun cukup jitu mendongkrak kesadaran merek Edelweiss dan citra positif dari para konsumen.

Tak membutuhkan waktu lama, bisnis Edelweiss berkembang cukup pesat. Bahkan di tahun ketiga telah memiliki dua toko, 30 agen dan reseller aktif yang berada di Jabodetabek dan Jawa Tengah. Jumlahnya akan bertambah dua kali lipat jika memasuki musim hujan.

Jika di awal merintis usaha Helman hanya mengerjakan berdua bersama saudaranya, sekarang dia sudah memiliki 14 karyawan. “Saat ini kami mampu memproduksi 70 potong setiap harinya, dengan omzet penjualan sekitar Rp80 juta hingga Rp100 juta per bulan. Angka ini akan meroket hingga Rp200 juta ketika musim hujan tiba,” bebernya.

Edelweiss menjadi usaha yang tumbuh cepat karena memiliki keunggulan dan diferensiasi dari pesaingnya. Secara kualitas, jas hujan ini menggunakan bahan impor taslan lateks asal Korea dan Taiwan yang nyaman dipakai, dan menerapkan sistem press di setiap jahitan menggunakan lem khusus.

Dari segi model, Edelweiss menjual semua model jas hujan mulai dari orang dewasa sampai anak-anak dengan pilihan sekitar 50 warna—terbanyak dari semua kompetitor. Yang menarik, jas hujan ini memiliki multifungsi; tak hanya dipakai ketika hujan, tetapi dapat juga digunakan sebagai jaket.

“Tak hanya model terusan, kami memiliki jas hujan model rok dan gamis khusus untuk perempuan. Kami juga menerima custom jas hujan bagi komunitas maupun korporat dengan pemesanan minimal 10 potong,” sebut alumnus BSI Depok ini.

edelweiss raincoat

Dengan kualitas yang terjaga dan pilihan yang banyak, wajar jika Helman berani membanderol produknya setara dengan merek ternama. Jas hujan dibanderol mulai harga Rp185.000 hingga Rp250.000, sedangkan sarung tas dan sepatu dijual dengan kisaran harga Rp30.000─Rp40.000.

Meski terlihat mulus, bukan berarti bisnis Helman berjalan tanpa hambatan. Pasalnya, ia kesulitan untuk masuk ritel modern karena terkendala syarat administrasi hak kekayaan intelektual (HaKI), meski secara produk dan merek sudah diterima oleh beberapa peritel besar.

“Saya sudah mendaftarkan produk dan merek Edelweiss agar memperoleh HaKI sebagai syarat masuk ritel modern dan perdagangan ekspor untuk menembus pasar luar negeri,” ujar peraih Juara I Lomba BSI Entrepreneur Award 2014 ini.

Sementara itu, kendala klasik yang kerap dihadapi adalah masalah bahan baku. Lantaran impor, terkadang dirinya kesulitan untuk memperoleh bahan baku. Apalagi ketika sudah masuk musim hujan dan harus bersaing dengan produsen lain untuk mendapatkan bahan baku. Sementara untuk impor langsung, dia harus melakukan pemesanan dalam jumlah besar.

Untuk bahan baku biasanya Helman mencari di Bogor, Jakarta, dan Sukabumi, sedangkan aksesori, seperti ritsleting, kancing, dan benang dibeli di Tanah Abang. “Untuk menyiasati peningkatan permintaan di musim hujan kami berencana menambah kapasitas produksi dengan memindahkan pabrik di tahun 2018 dan menambah sekitar 40 karyawan supaya produksi meningkat hingga 200 potong per hari,” pungkasnya.

 

Moh. Agus Mahribi

MM.05.2017/W

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.