ASRIM Serukan Stabilitas Industri Minuman 2025

0
[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Berita Marketing | Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) hari ini menyampaikan analisis kinerja industri minuman ringan serta memaparkan tantangan dan peluang di tengah proyeksi perlambatan ekonomi nasional tahun 2025. Dalam diskusi media yang digelar di Jakarta, ASRIM menekankan pentingnya sinergi kebijakan yang tepat untuk menjaga stabilitas industri, mengingat kekhawatiran terhadap potensi penurunan daya beli masyarakat.

Sejumlah lembaga, termasuk CORE Indonesia, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025 akan melambat di kisaran 4,8%-5,0%, bahkan berpotensi turun lebih rendah dalam skenario tertentu, di bawah target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar 5,2%. Data Badan Pusat Statistik (BPS) untuk Triwulan I-2025 juga menunjukkan realisasi pertumbuhan sebesar 4,87% (year-on-year) dengan kontraksi 0,98% (quarter-to-quarter).

Lebih lanjut, data BPS mencatat adanya tekanan harga tertinggi pada Indeks Harga Produsen (IHP) sektor akomodasi dan penyediaan makanan minuman, yang naik 0,56% (q-to-q) dan 2,84% (y-on-y) pada Triwulan I-2025. Kondisi ini dikhawatirkan dapat berdampak pada harga konsumen dan margin keuntungan pelaku usaha di sektor tersebut sepanjang tahun 2025.

Mohammad Faisal, Ph.D., Direktur Eksekutif CORE Indonesia, dalam paparannya menjelaskan, “Data-data awal ini mengindikasikan adanya tantangan ekonomi yang perlu diantisipasi bersama. Potensi pelemahan permintaan domestik dapat berimplikasi signifikan pada sektor-sektor konsumsi, termasuk makanan dan minuman. Selain itu, industri juga menghadapi tekanan biaya produksi. Oleh karena itu, arah kebijakan ke depan perlu fokus pada upaya menjaga daya beli masyarakat dan mempertimbangkan secara matang penerapan instrumen fiskal baru agar sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi.”

Meskipun demikian, ASRIM mengutip data NielsenIQ yang memproyeksikan bahwa sektor minuman siap saji akan tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan sektor barang konsumsi cepat saji (FMCG) di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun konsumen lebih berhati-hati dalam pengeluaran, produk minuman siap saji masih dianggap sebagai kebutuhan esensial dan berkontribusi besar terhadap total belanja FMCG. Namun, kenaikan harga (32%) dan pelemahan ekonomi (27%) tetap menjadi kekhawatiran utama di kalangan masyarakat.

Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo, mengungkapkan, “Gejala pelemahan di industri minuman ringan sebenarnya sudah terasa sejak tahun 2023, di mana kami mencatat penurunan volume penjualan pada beberapa kategori minuman non-AMDK. Situasi ini semakin menantang di awal tahun 2025, seiring dengan realisasi pertumbuhan ekonomi nasional kuartal pertama yang berada di bawah ekspektasi. Data pasar bulan Maret 2025 dari Nielsen juga mengonfirmasi bahwa sektor minuman non-AMDK masih mengalami kontraksi sekitar 4,4%. Ini adalah sinyal kuat bahwa industri memerlukan dukungan kebijakan yang kondusif untuk dapat bertahan dan kembali mencatatkan pertumbuhan.”

Data dari CORE Indonesia juga menyoroti bahwa momentum Ramadan dan Lebaran, yang biasanya mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, tidak terlihat signifikan pada kuartal I-2025. Indeks Penjualan Riil (IPR) kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau hanya tumbuh 1,3%, jauh di bawah pertumbuhan pada periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,5%.

Menyikapi kondisi ini, Triyono menegaskan, “ASRIM percaya bahwa dialog terbuka dan kolaborasi yang erat antara pemerintah dan pelaku industri menjadi semakin krusial. Kami siap menjadi mitra konstruktif bagi pemerintah, menyediakan data dan perspektif industri secara transparan, untuk bersama-sama merumuskan kebijakan yang tidak hanya efektif mencapai sasaran kesehatan publik, tetapi juga mempertimbangkan secara cermat dampaknya terhadap keberlangsungan industri, penyerapan tenaga kerja, dan ekosistem UMKM yang merupakan bagian penting dari rantai pasok kami. Pendekatan yang komprehensif dan berbasis data akan menghasilkan solusi terbaik untuk semua pihak.”

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Merrijantij Punguan Pintaria, menyampaikan komitmen pemerintah untuk terus menjaga iklim usaha di sektor industri makanan dan minuman (mamin) melalui kebijakan yang relevan dan adaptif, termasuk fasilitasi fiskal dan non-fiskal. Beliau juga menekankan bahwa pemerintah senantiasa mengkaji dampak pelaksanaan kebijakan, terbuka untuk berdialog, dan mempelajari skema transisi terbaik demi menjaga kinerja dan daya saing industri.

ASRIM optimis bahwa melalui kolaborasi dan pemahaman bersama antara pemerintah dan pelaku usaha, industri minuman ringan dapat terus tumbuh secara berkelanjutan dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian nasional dalam menghadapi tantangan tahun 2025.