Artrek: Dari Manggarai Sampai Mancanegara

Rahmansyah_ArtrekMarketing.co.id – Mengabadikan peristiwa yang terjadi di sekitar ataupun merekam kejadian menarik melalui mata kamera kini menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat. Fotografi yang awalnya hanya ditekuni oleh kaum profesional, sekarang sudah diminati semua kalangan.

Ketertarikan pada kegiatan ini seolah tak mengenal batas usia dan latar belakang profesi seseorang. Perkembangan industri fotografi pun turut mendongkrak menjamurnya peminat dan komunitas foto di berbagai daerah.

Besarnya antusiasme masyarakat terhadap tren yang tengah berkembang ini memberi peluang bisnis tersendiri. Peluang ini dimanfaatkan oleh Rahmansyah, pendiri tas kamera merek Artrek.

Nama Artrek cukup familier di telinga para pencinta fotografi baik di Jakarta maupun di kota-kota lain. Bukan hanya bagi mereka yang sekadar hobi, namun telah menjadi referensi bagi para jurnalis foto.

Berkecimpung di dunia pembuatan tas bukan dunia baru bagi Manca—panggilan akrab Rahmansyah. Pembuatannya memang baru ia mulai pada tahun 2000. Namun beberapa tahun sebelumnya, ia telah mulai terlebih dahulu dengan membuat perlengkapan outdoor untuk keperluan berkemah dan kegiatan naik gunung.

Usaha ini dimulai tahun 1996. Kedekatan dengan alam—karena aktivitas sebagai pencinta alam dan juga relawan SAR—membuat Manca mengerti betul produk yang harus ia buat. Dua tahun berselang, ia harus menghadapi realitas persaingan usaha yang begitu ketat. Tak ada jalan lain kecuali terus berinovasi membuat produk baru yang digemari pasar.

Belajar Secara Otodidak

Kegemaran di bidang fotografi menginspirasinya untuk menyediakan produk-produk pendukung. Pria kelahiran Jakarta, 8 Juli 1973 ini pun mulai belajar memproduksi tas kamera. Ide ini juga datang dari banyaknya permintaan jaringan pertemanan yang berprofesi sebagai jurnalis.

“Sejak dulu, saya memang hobi foto. Saya banyak mendengar bahwa teman-teman jurnalis mengeluhkan mahalnya harga tas kamera,” terang Manca di gerainya, di Jalan Manggarai Utara II Nomor 3, Jakarta Selatan.

 

Gayung pun bersambut. Meski di tahun 1998 krisis melanda negeri ini, keterpurukan ekonomi malah memberinya angin segar. Di saat banyak perusahaan gulung tikar, ia menyiasati dengan mencari bahan baku pembuatan tas ini. Alhasil, ia mendapatkannya dengan harga yang sangat terjangkau.

Setelah berinvestasi pada bahan baku, ia kemudian memaksimalkan media online untuk memberinya panduan belajar otodidak tentang cara membuat pola hingga ragam desain tas kamera.

“Saya mencoba membuat beberapa unit tas kamera, dan saat itu juga pasar langsung menerima,” ujar Manca. Baginya, membuat tas kamera tak jauh beda dengan produk yang ia buat sebelumnya. Perbedaan hanya terletak pada proses pembuatan padding, yakni penambahan busa pada dinding tas agar mampu melindungi isi tas dengan baik.

 

Kini, sudah lebih dari 20 desain tas yang diproduksi. Ia membanderol produknya dengan harga yang sangat terjangkau. Tas kamera dipatok dengan harga sekitar Rp 350.000 per unit. Artrek juga punya pernak-pernik perlengkapan lainnya, seperti tempat kartu identitas dan tas pinggang.

Rahmansyah_Artrek_01Incaran Stanmeyer dan Nachtwey

Pelanggan tas kamera Artrek tidak hanya datang dari Jakarta. Hampir di seluruh kota besar di Indonesia, baik fotografer profesional ataupun amatir pernah memesan tas ini.

Ketenaran kualitas produk yang Manca tawarkan rupanya sampai ke telinga dua fotografer profesional dunia. Ketika John Stanmeyer—salah satu pendiri VII Photo Agency—dan James Nachtwey—jurnalis foto perang asal Amerika—berada di Jakarta, mereka menyempatkan diri berkunjung ke gerai Artrek. Mereka melihat langsung proses produksi dan membeli produknya.

Meski belum diekspor ke luar negeri, ada saja pembeli Artrek dari luar Indonesia. Sebut saja dari Australia, Thailand, Filipina, dan Korea Selatan. Untuk mempertahankan kualitas, Manca lebih memilih bahan kelas premium. Bahan parasut jenis D600 ia gunakan sebagai bahan utama dan dikombinasikan dengan bahan yang lain. Menurutnya, jenis bahan ini telah banyak digunakan oleh produsen tas outdoor di seluruh dunia.

Tak hanya bermain di tas kamera, Manca juga memproduksi perlengkapan pendukung di dunia penyiaran dan sinematografi. Beberapa produk yang ia buat di antaranya green screen, blue screen, dan butterfly. Di luar itu, ia juga masih melayani pemesanan pembuatan tas bagi perusahaan-perusahaan di berbagai daerah.

Strategi Word of Mouth

Penyebaran produk yang sudah lintas pulau selama ini hanya ia jalankan dengan menerapkan konsep pemasaran konvensional. Ia masih percaya pada kekuatan strategi marketing word of mouth. Meski kini telah banyak bermunculan media sosial, menurutnya, word of mouth lebih ampuh dan sudah terbukti dampaknya hampir 17 tahun.

Dengan strategi ini, Manca yakin kepuasan pelanggan akan mudah “ditularkan” kepada orang lain. Salah satu dampak yang ia terima dari penerapan strategi ini adalah membuat ratusan tas bagi para pengajar untuk program Indonesia Mengajar—program pendidikan yang digagas Anies Baswedan.

Saat MARKETING mewawancarainya, perwakilan sebuah perusahaan yang berlokasi di kawasan Jalan Gatot Soebroto, Jakarta, sedang memesan ratusan tas untuk digunakan oleh para tenaga lapangan. Mereka menuturkan, kualitas tas Artrek diperkenalkan oleh teman yang puas terhadap produk Artrek yang dibelinya.

Selain menguatkan strategi pemasaran, Manca juga sangat memerhatikan ketepatan waktu dalam hal pengerjaan dan pengiriman barang. Baginya, disiplin menjaga waktu produksi akan meningkatkan kepercayaan pelanggan.

“Dari situ orang bisa percaya kalau kami on time. Kalau meleset, saya akan bilang terus terang tentang kondisi yang sedang kami hadapi. Saya berusaha menjaga kualitas sebaik mungkin,” tegasnya.

Strategi jitu lain yang diterapkan adalah menyediakan layanan purnajual. Ia memberikan garansi selama tiga bulan setelah pembelian. Kerusakan-kerusakan yang dapat ditolerir akan diganti 100% dengan produk baru.

Semangat berkreasi dan berinovasi yang Manca lakukan masih akan terus berkembang tiap waktu. Ia menggambarkan bisnisnya ini seperti filosofi dari logo Artrek, yakni sketsa gunung. Artinya perjalanan seni, perjalanan kehidupan. Melalui bisnis ini, ia pun ingin terus membuat produk terbaik agar dapat terus memberi kehidupan bagi orang-orang di sekitarnya.

Penulis: Yenny Hardiyanti
 
Fotografer: Lilyanti

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.