Arah Baru Distribusi Asuransi di Asia Tenggara

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

distribusi asuransi di asia tenggaraArah Baru Distribusi Asuransi di Asia Tenggara: Saat Inovasi Digital Bertemu Kepercayaan Lokal

Marketing.co.id – Berita Marketing | Di tengah derasnya arus digitalisasi yang mengubah hampir seluruh wajah industri, sektor asuransi di Asia Tenggara menghadapi tantangan unik tentang bagaimana memanfaatkan teknologi untuk menjangkau populasi yang luas dan beragam, tanpa mengorbankan kepercayaan yang selama ini dibangun melalui interaksi personal?

Jawabannya bukan sekadar go digital, melainkan go humanely digital. Yakni, mengembangkan distribusi asuransi yang pintar, terarah, dan tetap berakar pada nilai-nilai lokal.

Pasar besar penetrasi rendah

Asia Tenggara menyimpan potensi besar. Negara-negara seperti Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Myanmar memiliki populasi ratusan juta dengan pertumbuhan kelas menengah yang agresif. Namun, data menunjukkan penetrasi asuransi masih stagnan dengan rata-rata di bawah 3% dari PDB.

Di sisi lain, adopsi layanan keuangan digital justru melonjak. Di Indonesia misalnya, lebih dari 76% populasi dewasa kini memiliki akun keuangan formal. Sayangnya, akses digital belum sepenuhnya mampu menjembatani kesenjangan literasi, terutama di wilayah rural. “Pasar kita besar, tapi belum tersentuh dengan optimal. Solusinya bukan sekadar digital, tapi digital yang membumi,” jelas Mahaning Riyana, Direktur Eksekutif AFSI.

Agen asuransi tetap relevan di era digital

Pernah diprediksi akan “punah” oleh AI dan chatbot, agen asuransi kini justru menemukan peran barunya di era digital. Di kawasan ini, mereka bukan hanya penjual, tapi juga trusted advisor atau pendidik dan pembangun kepercayaan.

Konsep baru seperti Agent-Guided Digital Distribution (AGDD) menjadi game-changer. Platform seperti 360Studio mengotomatisasi proses administratif seperti pengisian formulir, pengumpulan dokumen, dan pembayaran. Sementara itu, agen asuransi fokus pada pendekatan relasional dan edukatif.

“Ini bukan tentang menggantikan agen asuransi, tapi memberdayakan mereka agar bisa melayani lebih banyak dengan lebih baik,” ujar Nano Sutrisno, VP Business Development 360Studio.

Teknologi lokal regulasi lokal

Keberhasilan distribusi digital tidak hanya ditentukan oleh teknologi yang canggih, tetapi juga kepatuhan terhadap regulasi lokal. Setiap negara memiliki aturan sendiri soal perlindungan data, tata kelola asuransi, dan sistem distribusi.

360Studio menjadi contoh bagaimana teknologi harus lentur mengikuti yurisdiksi. Platform ini telah memenuhi ketentuan OJK di Indonesia, Bank Negara di Malaysia, dan MAS di Singapura. Ini menunjukkan bahwa ekspansi lintas negara butuh fondasi kepatuhan yang kuat.

Multikanal dan embedded insurance jadi tren masa depan

Distribusi asuransi masa depan tidak lagi eksklusif melalui agen asuransi atau aplikasi mobile. Ia akan hadir di mana konsumen beraktivitas, dari marketplace hingga layanan kesehatan. Embedded insurance menyisipkan proteksi dalam aktivitas sehari-hari secara relevan. Asuransi menjadi bagian natural dari ekosistem, pembelian ponsel disertai asuransi layar, pinjaman mikro dengan perlindungan jiwa, atau langganan gym dengan asuransi cedera.

Menariknya, lanskap baru ini justru membuka peluang kolaborasi lebih luas. Regulator, pelaku industri, hingga startup teknologi kini didorong untuk membentuk ekosistem bersama. “Di Asia Tenggara, kita tidak bisa meninggalkan relasi manusia dalam distribusi,” tegas Adrian Siregar, Kepala Divisi Pengembangan Asuransi & Dana Pensiun OJK.

Distribusi asuransi di Asia Tenggara kini berada di era baru: era integrasi, bukan disrupsi. Digitalisasi bukan tentang menggantikan yang lama, melainkan memperkuat yang sudah ada. Dengan agen yang diberdayakan, regulasi yang dihormati, serta teknologi yang kontekstual, masa depan industri asuransi tak hanya lebih efisien, tapi juga lebih inklusif dan manusiawi.