Ed Zitron, Founder EZ-PR, perusahaan PR dan media relation, mengatakan bahwa para mahasiswa yang ingin menjadi PR sekarang tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya. Ia menjelaskan, bahwa kurikulum PR yang ada tidak sesuai dengan praktik seorang PR profesional.
Dalam tulisannya, Zitron melanjutkan, para pendidik PR tidak berperan aktif sebagai praktisi PR, sehingga mereka kurang mengetahui perkembangan praktik PR.
Mungkin para pendidik PR sangat piawai dengan aneka strategi public relations, tapi ia tidak mengetahui dengan baik perkembangan dunia PR. “It’s easy to become obsolete if you’re teaching but not practicing,” tulis Zitron di Ragan.
Lantas apa yang sebaiknya diajarkan kepada mahasiswa untuk menjadi PR?
- Menarik secara Natural
Seorang PR harus bisa menjalin hubungan dengan berbagai pihak, mulai dari atasan, klien, hingga jurnalis. Dengan memiliki daya tarik alami, ia akan mudah disukai setiap kalangan. Ini bukannya tentang personal branding, tapi bagaimana mereka bisa menjadi menarik tanpa dibuat-buat.
- Rasa Ingin Tahu yang Kuat
Seorang PR harus cerdas, memiliki wawasan luas, dan mengetahui tren-tren lokal yang terjadi di masyarakat. Gunanya untuk dikombinasikan dengan siaran pers atau isi konten agar lebih menarik. Maka dari itu, seorang PR dianjurkan untuk selalu rajin mencari berbagai informasi, misalnya dengan membaca.
- Tidak Ngoyo Mencari Klien Besar
Ketika pertama kali terjun ke dunia PR jangan terlalu berharap bakal menangani klien besar yang membuat Anda akan tampak keren. Memang banyak agensi PR yang memamerkan klien besar yang mereka tangani, tapi biasanya ketika baru masuk bukan mereka yang akan Anda tangani.
Menurut Zitron, kebanyakan para PR pemula justru akan menghadapi perusahaan teknologi kecil, atau restoran, atau malah organisasi nirlaba. Mereka ini biasanya sangat menuntut yang tidak mau bersusah payah mendidik para PR baru ini.
- Cermat
Pada tahun-tahun pertama, seorang PR akan memerlukan banyak dokumen dan menulis. Meski begitu, entah apa alasannya, Zitron menjelaskan bahwa kenyataan ini disembunyikan dari para pekerja PR pemula.
Menjadi PR tidak lagi tentang event management atau tentang konferensi pers. Apalagi jika Anda berpikir bahwa kehidupan PR itu glamor dan penuh dengan kemewahan, setidaknya tidak pada awalnya. Dunia PR itu lebih banyak di belakang komputer, penuh dengan kerja keras, dan membosankan.
Sumber: Ragan | Foto: Pba.edu