
Marketing.co.id – Berita Marketing | U.S. Chamber of Commerce (USCC) bersama American Chamber of Commerce in Indonesia (AmCham) hari ini menyelenggarakan 2025 US-Indonesia Investment Summit. Dalam acara tahunan ini, kedua kamar dagang tersebut menyampaikan pesan tegas kepada para pembuat kebijakan di Jakarta: Indonesia harus segera mempercepat implementasi reformasi kebijakan struktural yang ambisius. Tujuannya adalah membangun iklim investasi yang lebih terbuka, kompetitif, dan memiliki prediktabilitas regulasi yang lebih tinggi.
Managing Director AmCham Indonesia, Donna Priadi, menekankan bahwa tahun pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto merupakan “Momen penting untuk transisi kebijakan dan kemajuan nyata dalam memperbaiki iklim investasi.”
Reformasi kebijakan yang menyeluruh dinilai sangat krusial bagi Indonesia untuk mengejar aspirasi menjadi salah satu dari lima besar ekonomi dunia pada tahun 2045, bertepatan dengan seabad kemerdekaan. Untuk mencapai target ini, Indonesia didorong untuk membuka pintu lebih lebar bagi investasi asing langsung (foreign direct investment).
Prioritas utama yang disorot oleh investor adalah kebutuhan akan transparansi kebijakan, kepastian regulasi, reformasi hukum, dan perlakuan yang setara antara sektor swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Donna Priadi menegaskan komitmen bisnis AS sebagai mitra jangka panjang Indonesia. “Banyak perusahaan Amerika telah beroperasi di Indonesia selama beberapa dekade. Kami berkomitmen bekerja sama dengan Indonesia untuk menjadikan momen transisi ini sebagai fondasi bagi kemakmuran bersama,” ujarnya.
Wakil Presiden untuk Asia Tenggara dan Oseania di U.S. Chamber, John Goyer, menggarisbawahi posisi Indonesia saat ini sebagai “titik kritis.” Menurutnya, reformasi kebijakan yang tepat dapat mengubah iklim investasi secara drastis, membuka peluang signifikan bagi bisnis AS, dan memperkuat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Momentum reformasi juga didukung oleh prospek perjanjian perdagangan yang berorientasi pada reformasi dengan Amerika Serikat, serta agenda reformasi yang berkelanjutan dalam proses aplikasi keanggotaan Indonesia di Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Dalam Summit ini, U.S. Chamber dan AmCham juga merilis US-Indonesia Investment Report 2025: A Year of Transition. Laporan tersebut menyoroti ketangguhan hubungan ekonomi bilateral, dengan mencatat bahwa perusahaan-perusahaan AS telah menanamkan hampir US$67 miliar di Indonesia selama sepuluh tahun terakhir, menghasilkan output ekonomi lebih dari US$130 miliar melalui efek berganda (spillover effects).
Laporan tersebut memberikan rekomendasi terperinci untuk memperkuat tata kelola yang baik, menyederhanakan birokrasi, memodernisasi kebijakan perdagangan dan digital, mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Summit yang dihadiri oleh sekitar 150 eksekutif perusahaan AS ini dijadwalkan akan dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi Indonesia, termasuk Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Agus Harimurti Yudhoyono, serta Utusan Khusus Presiden untuk Energi dan Lingkungan Hidup Hashim Djojohadikusumo.


