Adaptasi atau Tersingkir

0
amazon, pizza hut, persaingan usaha
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

amazon, pizza hut, persaingan usahaMarketing.co.id – Berita Marketing | Di tengah ketidakpastian ekonomi global, Amazon dan Pizza Hut kini berada di persimpangan jalan yang menuntut perubahan besar. Dua raksasa bisnis dunia tersebut mengambil langkah drastis demi bertahan hidup. Amazon memangkas 30.000 pegawai, sementara Pizza Hut menutup 64 restoran di Inggris.

Langkah yang diambil keduanya bukan sekadar reaksi sesaat terhadap tekanan ekonomi, melainkan refleksi dari pergeseran paradigma bisnis dunia yang semakin digerakkan oleh efisiensi, teknologi kecerdasan buatan (AI), dan perubahan perilaku konsumen.

PHK Ribuan Karyawan untuk Masa Depan AI

Raksasa eCommerce Amazon dikabarkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap sekitar 30.000 pegawai korporat. Pemangkasan ini mencakup berbagai divisi—mulai dari logistik, sistem pembayaran, hingga Amazon Web Services (AWS).

Menurut laporan Reuters (27/10), langkah tersebut merupakan bagian dari strategi restrukturisasi besar-besaran untuk menekan biaya operasional sekaligus mengalihkan fokus investasi ke teknologi kecerdasan buatan (AI).

Selama pandemi COVID-19, Amazon sempat melakukan perekrutan besar-besaran untuk memenuhi lonjakan permintaan online. Namun, ketika euforia belanja online mulai menurun, struktur organisasi yang membengkak justru menjadi beban.

Baca Juga: Otomatisasi Operasional, Pekerja Amazon Diganti Robot

Kini, perusahaan yang didirikan Jeff Bezos itu berupaya menata ulang prioritasnya. Fokus diarahkan pada AI generatif, otomasi gudang, dan layanan komputasi awan (cloud) yang diyakini akan menjadi sumber pertumbuhan baru di tengah ketatnya persaingan global.

Namun, di sisi lain, kebijakan PHK massal menimbulkan kecemasan di kalangan karyawan. “Banyak yang gelisah menunggu kabar. Tidak ada yang tahu siapa yang akan terdampak,” ujar seorang pegawai Amazon kepada GeekWire.

Pizza Hut Tutup Gerai Demi Bertahan

Sementara di sektor kuliner, Pizza Hut tengah menghadapi tantangan tak kalah berat. Di Inggris, jaringan restoran cepat saji asal Amerika Serikat ini mengumumkan penutupan 64 dari 132 cabang yang masih beroperasi.

Langkah ini diambil akibat melonjaknya biaya operasional, kenaikan upah minimum 7%, dan menurunnya minat pelanggan untuk makan di tempat. Model bisnis tradisional seperti prasmanan dan salad bar yang dahulu menjadi daya tarik utamanya kini dinilai terlalu mahal untuk dipertahankan.

Baca Juga: Diam-Diam Pizza Hut Luncurkan Logo Baru!

Tren makan di rumah, meningkatnya permintaan terhadap pizza siap panggang di supermarket, serta perubahan pola konsumsi akibat diet tinggi protein turut menggerus popularitas pizza berkarbohidrat tinggi.

Menurut Nicolas Burquier, Direktur Pelaksana Pasar Internasional Pizza Hut, langkah restrukturisasi ini dilakukan untuk memastikan kelangsungan bisnis dalam jangka panjang. “Prioritas kami adalah mempertahankan kegiatan di 64 restoran dan 343 lokasi pengiriman yang masih beroperasi,” ujarnya.

Konsumen dan Otomatisasi Ubah Peta Bisnis

Langkah Amazon dan Pizza Hut mencerminkan perubahan besar dalam lanskap ekonomi global. Dunia bisnis kini memasuki era baru  di mana efisiensi biaya, otomatisasi, dan adaptasi terhadap perubahan perilaku konsumen menjadi kunci utama bertahan hidup.

Di sektor teknologi, perusahaan berlomba-lomba mengembangkan AI dan sistem otomatisasi untuk meningkatkan produktivitas sekaligus memangkas ketergantungan pada tenaga manusia. Sementara di sektor ritel dan kuliner, perubahan gaya hidup yang semakin praktis dan berbasis digital membuat banyak brand harus memutar otak agar tetap relevan.

Para analis menilai, restrukturisasi Amazon dan Pizza Hut hanyalah bagian dari gelombang besar penyesuaian global. Perusahaan kini berada di titik di mana efisiensi dan inovasi harus berjalan beriringan. Mereka yang gagal beradaptasi akan tersisih.