Skala Ancaman Kian Luas, Zero Trust dan Zero Knowledge Jadi Standar Baru

0
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Kombinasi kewaspadaan pengguna dan institusi yang mengadopsi standar zero trust dipandang bukan lagi sekadar best practice, melainkan syarat minimum untuk bisa bertahan di ekonomi digital.Marketing.co.id – Berita Digital | Asia Pasifik kian menjadi episentrum serangan siber berbasis kripto. Laporan terbaru Global Anti-Scam Alliance (GASA) mencatat kerugian konsumen di Asia mencapai US$688,4 miliar dalam setahun akibat berbagai modus penipuan, mulai dari phishing, impersonasi, hingga investasi fiktif.

Ancaman ini menjadi sorotan utama dalam Global Anti-Scam Summit (GASS) Asia 2025 di Singapura. Acara yang melibatkan pemerintah, regulator, aparat penegak hukum, dan per teknologi seperti Amazon, Google, Meta, hingga Gogolook itu membahas strategi menghadapi gelombang penipuan digital yang terus meningkat.

Kripto Jadi Sasaran Utama

Di Singapura, Cryptocurrency Investment Scam masuk dalam lima besar modus penipuan 2024, dengan kerugian puluhan juta dolar Singapura menurut Cyber Security Agency (CSA). Sementara di Jepang, National Police Agency (NPA) mencatat lebih dari 3.500 kasus akses ilegal ke akun online, dengan bursa dan dompet kripto sebagai target utama.

“Situasinya semakin mengkhawatirkan. Pengguna sudah semakin sadar akan keamanan, tapi tanpa platform yang terlindungi, semua upaya bisa sia-sia,” kata Takanori Nishiyama, Senior Vice President Keeper Security untuk Asia Pasifik dan Jepang.

Zero Trust dan Zero Knowledge Jadi Standar Baru

Para ahli menekankan bahwa pertahanan pengguna tetap penting—mulai dari menyimpan private key di hardware wallet, menggunakan password unik, hingga aktivasi multi-factor authentication. Namun, Nishiyama menegaskan bahwa solusi institusional kini lebih mendesak.

Bagi bursa dan platform kripto, penerapan Privileged Access Management (PAM) berbasis Zero Trust menjadi prioritas. Dengan prinsip least privilege, tidak ada satu administrator pun yang memegang otoritas absolut, dan semua aktivitas istimewa tercatat rapi untuk audit.

Bila digabungkan dengan zero-knowledge password management, sistem ini mampu menutup celah penyalahgunaan kredensial, membatasi pergerakan penyerang setelah terjadi pelanggaran, serta memperkuat perlindungan dari ancaman internal.

“Di kawasan APAC, banyak platform kripto beroperasi lintas yurisdiksi dengan regulasi berbeda-beda. Tanpa kerangka keamanan yang seragam, celah selalu ada. Integrasi PAM dengan identity platform seperti Microsoft 365 atau Azure AD bisa menyamakan standar sekaligus memenuhi aturan lokal,” tambah Nishiyama.

Koordinasi lintas negara juga terbukti efektif. Interpol dalam laporan ASEAN Cyberthreat Assessment menegaskan bahwa operasi gabungan penegak hukum berhasil membongkar jaringan penipuan besar di Asia Tenggara. GASA menambahkan, kolaborasi industri dengan pemerintah adalah faktor penting dalam mencegah kerugian masif.

Masa Depan Kripto di Asia

Dengan skala ancaman yang kian meluas, kepercayaan publik terhadap industri kripto akan ditentukan oleh kemampuannya melindungi aset digital. Kombinasi kewaspadaan pengguna dan institusi yang mengadopsi standar zero trust dipandang bukan lagi sekadar best practice, melainkan syarat minimum untuk bisa bertahan di ekonomi digital.

Asia Pasifik disebut punya peluang sekaligus urgensi untuk menjadi pelopor keamanan kripto global. “Inilah momentum bagi kawasan ini untuk menetapkan tolok ukur baru dalam keamanan aset digital,” pungkas Nishiyama.