Akses Pendidikan untuk Semua Melalui Sistem Crowdfunding

[Reading Time Estimation: 3 minutes]

Marketing.co.id – Selama satu dekade terakhir, startup keuangan berbasis teknologi atau yang disebut fintech (financial technology) telah mengubah sendi-sendi kehidupan jutaan masyarakat Indonesia. Membayar tagihan, belanja online, dan cicilan kini semua semudah dalam genggaman. Saat ini fasilitas penyedia kredit masih menjadi fokus dalam industri, terutama kredit pendidikan (study loan) dan pendanaan dengan sistem crowdfunding yang baru-baru ini disinggung Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

kredit pendidikan dengan sistem crowdfunding

Berdasarkan data BPS, kenaikan biaya pendidikan rata-rata mencapai 10% setiap tahunnya. Kenaikan yang terlalu tinggi tersebut menjadi hambatan bagi masyarakt yang ingin meraih pendidikan tinggi.

Tantangan utama yang dihadapi Indonesia saat ini adalah memastikan agar setiap anak bisa mendapatkan kesempatan meraih pendidikan tinggi bagaimanapun latar belakang sosial maupun ekonominya. Tercatat, saat ini hanya 2% dari keluarga dengan pendapatan 20% terendah di Indonesia yang memiliki kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi. Sedangkan kategori keluarga dengan pendapatan 20% tertinggi, mempunyai kesempatan hingga 50%.

Presiden Jokowi baru-baru ini meminta institusi keuangan mengembangkan produk keuangan yang dapat memberikan solusi pembayaran di bidang pendidikan, seperti yang telah dilakukan beberapa perusahaan fintech yang telah berhasil menyediakan solusi pembiayaan pendidikan di kota-kota besar.

Baca Juga: Tak Mudah Melahirkan Startup Sukses

Salah satu perusahaan fintech yang aktif memberikan solusi pembiayaan pendidikan adalah PT Pasar Dana Teknologi melalui Danadidik.com, sebuah platform yang memberikan fasilitas pembiayaan kepada siswa dengan menggunakan sistem crowdfunding.

“Kami percaya bahwa investasi di bidang pendidikan memberikan dampak sosial yang lebih tinggi dibandingkan investasi mikro. Kami menawarkan pinjaman jangka panjang, hingga 4 tahun dengan model pembagian pendapatan sehingga tidak membebani siswa,” ucap Dipo Satria Ramli Director PT Pasar Dana Teknologi.

Awalnya menurut Dipo, Danadidik.com hanya sebuah proyek part time saja dan berdasarkan pengalaman pribadinya dan co-founder Januar yang mengalami kesulitan untuk membiayai kuliah. Pada tahun 2015 mereka mulai memberi pinjaman, tapi mulai aktif pada tahun 2017. Saat ini Danadidik.com memiliki tiga pinjaman produk pembiayaan yaitu bidang/jurusan kesehatan, teknologi dan pinjaman pendidikan umum.

“Kami menargetkan mahasiswa diploma dan sarjana jurusan kesehatan dan teknologi karena demand-nya tinggi dan lebih diperlukan. Mereka saat ini kuliah di UI, UGM, ITB. Kami crowdfunding. Jadi, dana kami sendiri dan investor,” ujar Dipo.

Lebih lanjut Dipo menjelaskan,  yang membedakan study loan dengan KTA adalah cicilan tak terlalu berat dan jangka panjang. “Jadi yang bikin study loan itu beda dengan kartu kredit dan KTA adalah jangka panjang, sehingga cicilan tidak terlalu berat. Kita jangkanya bisa sampai 4 tahun. Kita melayani pinjaman mulai dari 2 – 20 juta. Pinjaman kita khusus untuk pendidikan, tidak bisa digunakan untuk konsumtif. Kalau ada kerja sama dengan kampus biasanya kita langsung transfer ke kampusnya tidak ke user (peminjam),” jelas Dipo.

Pinjaman pendidikan berbeda dengan jenis pinjaman komersil lainnya. Danadidik.com menawarkan dua opsi, yaitu donasi dan investasi. “Kalau investasi kita sama dengan pemain peer to peer lain duitnya balik  ke investor. Kalau donasi duitnya ke yayasan dan diputar terus. Kita bilangnya impact investor. Jadi mereka mau return dan sustainability. Returnnya itu bukan nomor satu, sosial dulu baru return,”Jelas Dipo.

Tidak seperti jenis pinjaman lain, study loan ala Danadidik.com menerapkan model pengembalian yang disesuaikan dengan gaji user. Katakanlah, user mendapatkan gaji 5 juta rupiah, dengan presentasi pengembalian 10%, maka user bisa mencicil 500 ribu rupiah setiap bulan dari gajinya. Menurut Dipo, model income sharing ini banyak dipakai di Swedia serta Australia dan terbukti sukses.

Baca Juga: Sukses di Myanmar, Kiwi Aliwarga Ingin Bangun Bisnis di Indonesia

Danadidik.com juga punya kriteria sendiri untuk para user. Salah satunya yaitu seberapa cepat kemungkinan user mendapatkan pekerjaan (employability). Meskipun gajinya kecil, tak masalah jika setelah lulus langsung mendapatkan pekerjaan. Selain employability, juga adanya jaminan dari orang tua.

Saat ini Danadidik.com fokus pada pinjaman pendidikan. Dipo mengakui tak khawatir jika ada pemain lain yang masuk dalam bidang bisnis ini lantaran pasarnya masih sangat besar. Tahun  sudah ada 9000an user yang mendaftar,  namun yang sudah didanai baru ratusan.

Bagi Dipo, menjalankan bisnis study loan lumayan menantang, terlebih saat menciptakan produknya. Tenor yang panjang dan return yang kecil memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu Dipo pesimis jika ada pemain yang mau masuk ke bidang bisnis ini. Namun, tak masalah jika ada pemain lain. Target yang spesifik yaitu siswa menengah ke bawah dengan pendapatan orang tua rata-rata 3 juta, membuat Dipo cukup percaya diri dengan persaingan di bisnis ini.

Ke depannya Dipo berharap pendidikan tinggi bisa diakses setiap orang dan study loan tak akan menjadi terlalu komersil. “Jadi pemerintah harus bisa memberikan proteksi pada mahasiswa agar tidak meminjam  pinjaman mahal. Kita itu di bawah harga KTA. Cuma kalau harga KTA masuk itu bahaya banget,” tutupnya.

Marketing.co.id | Portal Berita Marketing dan Berita Bisnis

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here