Kemunculan konten marketing sebagai strategi marketing baru di dunia bisnis terus mengalami kenaikan. Beberapa orang menilai cara ini sangat ampuh karena pola komunikasinya yang tidak menjual produk secara langsung, tapi membeberkan informasi yang relevan. Strategi semacam ini pun terus berkembang dari waktu ke waktu, akibatnya, konten marketing dinilai sebagai penghancur iklan konvensional.
Surat kabar, majalah, radio, televisi, atau billboard yang selama ini berpeluang mendulang pundi – pundi rupiah lewat iklan perusahaan, kabarnya telah mendapat saingan dari konten marketing.
Berikut adalah infografik mengenai fakta perkembangan konten marketing yang berpotensi membunuh iklan konvensional.
Alasan mereka menggunakan konten marketing
Pola penyebaran konten marketing adalah dengan memberikan informasi yang relevan. Ajakan persuasif ini kemudian akan cepat ditanggapi oleh audiens. Tak hanya itu, pola komunikasi yang dua arah juga membuat konsumen lebih percaya ketimbang lewat iklan.
Media yang marak digunakan
–Â Â Â Â Â Â Â Â Â Media sosial kecuali blog, mendapat perhatian paling tinggi dari perusahaan. Sebanyak 79% perusahaan menggunakan media pop ini.
–Â Â Â Â Â Â Â Â Â Sementara tulisan yang diposting di artikel, mendapat perhatian kedua dengan 78%.
–Â Â Â Â Â Â Â Â Â Kemudian barulah disusul oleh in-person events (62%), e-newsletter (61%), studi kasus (55%), dan blog (51%).
Media sosial favorit para marketer
Ketenaran Facebook di mata para pemasar tampaknya kian merosot, hal itu terbukti dengan turunnya media sosial milik Mark Zuckerberg ke posisi kedua pilihan marketer dengan 54%, tergeser tipis oleh Twitter (55%). Lalu sisanya adalah LinkedIn (51%) dan Youtube (38%). Sementara media sosial lainnya hanya dimanfaatkan oleh 8% perusahaan.
Selain itu, dalam setahun mendatang, rencananya beberapa perusahaan akan meningkatkan budget khusus dalam pengelolaan konten marketing mereka.
Meski pernyataan tersebut menjelaskan bahwa konten marketing kian digemari, namun bukan berarti iklan konvensional akan benar – benar hancur. Hanya saja, para pemilik media massa harus memikirkan beberapa cara lain agar perusahaan tidak benar – benar meninggalkan media mereka untuk beriklan.
Sumber: PRDaily.com