Marketing.co.id – Ingin merek menancap kuat dan diperbincangkan warga dunia maya? Guerilla digital marketing bisa menjadi alternatif. Ribuan merek bertarung di internet, karena itu strategi guerilla digital marketing harus benar-benar jitu.
Pemasaran gerilya (guerilla marketing) pertama kali diperkenalkan oleh Jay Conrad Levinson. Prinsip pemasaran ini membidik target seluas-luasnya dengan peluru seminimal mungkin. Tegasnya, lakukanlah promosi di media-media yang menjangkau banyak viewer.
Misalnya, beriklan di media yang berada di tempat keramaian, seperti terminal bus, stasiun kereta, pelabuhan, halte bus, bandara, mal, sampai di sarana transportasi seperti kereta komuter, bus, dan pesawat.
Agar viewer tertarik, buatlah iklan yang kreatif, lucu, dan menarik. Guerilla marketing juga menekankan komunikasi yang sporadis, berbiaya rendah, dengan hasil yang optimal. Dalam perjalanannya, seiring dengan tingginya penetrasi internet, aktivitas guerilla marketing telah menjalar ke ranah online—populer disebut dengan istilah guerilla digital marketing.
Wujud kegiatannya bermacam-macam. Mulai dari aktif nge–tweet di Twitter, atau posting status di Facebook, sampai memanfaatkan email blast, dan mailing list untuk menjangkau banyak viewer. Intinya, memaksimalkan berbagai tool untuk menjangkau banyak viewer sekaligus menunjukkan eksistensi produk atau jasa yang ditawarkan.
BelowCepek.com adalah salah satu situs belanja online yang sukses karena menggempur ranah digital dari berbagai sisi. Mulai dari penempatan iklan di mesin pencari Google, placement banner, sampai iklan Facebook.
Keberhasilan keripik Maicih juga layak dijadikan contoh. Merek ini berkembang berkat kecerdikan memanfaatkan Twitter. Reza Nurhilman, sang penggagas, mengatakan pemasaran Maicih awalnya melalui teman-temannya yang membuat testimoni di media sosial Twitter. Kemudian, mereka yang sudah mencicipi Maicih punya testimoni masing-masing. “Jadi, saya tidak usah capek-capek promosi. Dengan Twitter, promosi seperti bola salju, terus membesar,” ujarnya.
Hal yang harus diperhatikan saat menjalankan pemasaran gerilya di ranah digital adalah brand personality. Menurut Apink Widyasmoko, Pengamat Digital Marketing dari PT Kaswali Dinamika Indonesia, media sosial sebuah brand akan banyak yang “like” atau mem-“follow” bila tampilannya unik dan memikat. Hal ini bisa dari desain atau informasi yang tersaji.
Terdapat beragam cara untuk mengumpulkan fans atau follower yang banyak. Selain tampilan yang menawan, kegiatan lomba atau kuis juga bisa dilakoni. Contoh, follower yang ke-1 juta akan mendapatkan hadiah. Atau, penuhi Facebook dan Twitter Anda dengan posting tips-tips yang menarik. Setelah itu, lempar pertanyaan seputar brand atau produk Anda. Bagi jawaban terbaik akan diberikan hadiah.
Namun sebetulnya, yang terpenting di media sosial yakni bagaimana membuat orang membicarakan produk atau brand kita. Caranya, produsen atau pemilik merek bisa melemparkan isu yang merangsang orang untuk berpikir dan berpendapat. Seperti yang dicontohkan Fatigon ketika mengampanyekan “Fatigon Aksi Semangat Indonesia Produktif”.
Fatigon sempat melempar isu lewat pertanyaan di Twitter, “Apakah produktif itu?” Dan, ini dikompetisikan. Hadiahnya padahal sederhana, yakni tweet terbaik akan ditayangkan di koran Kompas. Ternyata respons yang didapat sungguh luar biasa. Dalam sehari, Twitter @aksisemangat kebanjiran ribuan tweet, kesemuanya berbicara tentang “produktif”.
Berdasarkan buku 101 Tips Jualan ala Perang Gerilya di Internet, Jubilee Enterprise, Dan Zarella, salah satu peneliti media sosial mengadakan penelitian tentang Twitter, terutama soal bagaimana cara agar tweet yang kita buat di-retweet banyak orang.
Dari penelitiannya (sample 10 ribu tweet yang ia buat sendiri), lahir kesimpulan bahwa tweet yang diembel-embeli kata berterus terang seperti “Please ReTweet” berpotensi empat kali lebih sering di-retweet oleh orang lain dibanding dengan yang tidak dilakukan hal tersebut.
Lalu, kalau kita menulis “Please ReTweet”, efektivitasnya tiga kali lebih besar dibanding hanya menulis “RT” (RT adalah singkatan dari ReTweet). Dan yang terakhir, tweet dengan sekitar 120–130 karakter dan dilengkapi link lebih cenderung diklik, dibanding tweet yang cuma terdiri dari 100 karakter. Artinya, semakin panjang tweet, semakin berpotensi untuk diklik.
Aktivitas gerilya di ranah digital juga bisa memanfaatkan YouTube. Pesona Sinta-Jojo dengan “Keong Racun”-nya, merupakan salah satu contoh. Kemudian, disusul dengan Briptu Noorman. Buat video produk yang unik dan lucu, lalu sebarkan ke berbagai media online. Dijamin produk Anda menjadi buah bibir, setidaknya di media online itu sendiri.
Jangan takut mencoba tool baru di media online, karena dunia digital selalu update. Akan tetapi, sebaiknya melihat dulu kesesuaian produk dengan karakter media online yang dipakai.
Tidak mungkin memasarkan produk mainan dengan beriklan di forum bikers. Atau, mem-posting video produk berkarakter anak alay, sementara target market yang dituju kalangan premium. Jadi, jangan asal mendapat tool atau media online langsung digarap. Kecuali untuk usaha yang target marketnya masif.
Key influencer turut berperan penting dalam mendongkrak popularitas sebuah brand di ranah online. Key influencer bisa datang dari brand owner, atau konsumen yang fanatik terhadap brand. Saking cintanya seorang konsumen terhadap suatu brand, dengan senang hati mereka akan menjadi brand ambassador merek tersebut. Maka, datanglah ke forum-forum online, bicarakan brand atau produk Anda.
Namun, posisikan diri Anda sebagai peserta. Ibarat kata pepatah, menyelam sembari minum air. Keampuhan forum online apabila dikolaborasi dengan sebuah blog atau website, hasilnya akan luar biasa.
Saat Anda melempar isu dan membuat peserta forum penasaran akan produk Anda, sertakanlah link website atau blog produk. Website yang ciamik bisa dibuat secara gratis, misalnya dengan blogspot atau wordpress.
Sesuaikan dengan isi kantong. Yang penting di dalamnya terkandung informasi lengkap tentang brand atau produk Anda, termasuk tool yang memudahkan konsumen untuk membeli serta menemukan produk.
Email blast, cara ini terlihat kuno, namun keampuhannya tidak bisa dipandang sebelah mata. Strategi guerilla ini merupakan salah satu implementasi hukum pareto.
Dari 100 email yang di-blast, kemungkinan besar 20% dari keseluruhan email tersebut akan direspons. Apalagi, jika pesan email terlihat manis dan enak dibaca, kemungkinan respons yang didapat lebih besar.
Begitu banyak tool digital yang kita bisa optimalkan. Jadi, tunggu apa lagi? Kalau pahlawan nasional saja bisa menang pakai bambu runcing, pemasar harusnya juga bisa berhasil dengan guerilla digital marketing.
Asal kreatif dan berprinsip untuk sukses tidak harus berbujet besar, maka strategi ini akan meroketkan brand atau produk seperti yang Anda harapkan. Selamat bergerilya!
Terima kasih atas tips yang diberikan.
Semoga bisa saya terapkan.