Adopsi AI Agent Capai 50%, Masa Depan Dunia Kerja Sudah Dimulai?

0
Evolusi Konten di Era Kecerdasan Buatan
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Setelah Gen AI, Kini Era Agentic AI Dimulai agent ai, Adopsi AI Agent Capai 50%, Masa Depan Dunia Kerja Sudah Dimulai?Tingkat adopsi AI agent telah mencapai 50 persen di perusahaan teknologi. Apakah ini masa depan dunia kerja?

Marketing.co.id – Berita Digital | Teknologi kecerdasan buatan (AI) tak lagi sebatas jargon futuristik. AI Agent, teknologi AI yang mampu menjalankan tugas kompleks secara mandiri, kini telah diadopsi hampir separuh perusahaan teknologi, menandai babak baru dalam transformasi dunia kerja.

Menurut survei terbaru dari EY (Ernst & Young), 50% perusahaan teknologi menyatakan telah menerapkan atau sedang dalam proses penerapan AI Agent. Angka ini mencerminkan tingkat adopsi yang sangat tinggi dan mengisyaratkan bahwa transformasi digital bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan strategis.

Pada 2024, investasi AI masih banyak berupa pilot project dan bukti konsep. Namun tahun ini, tren berubah drastis. Sebanyak 92% pemimpin perusahaan teknologi menyatakan akan meningkatkan belanja AI mereka dalam 12 bulan ke depan, atau naik 10% dari tahun lalu. Ini menunjukkan bahwa AI bukan lagi sekadar coba-coba, melainkan menjadi strategi utama.

“Pengeluaran untuk AI kini datang dari efisiensi operasional dan reprioritisasi program yang sudah ada,” ungkap Ken Englund, Technology Sector Leader di EY dikutip Marketingcoid dari INCcom. “Agentic AI dipandang sebagai peluang produktivitas yang bisa menciptakan alur kerja baru dan bahkan mendisrupsi struktur organisasi yang ada.”

Teknologi yang Mengubah Norma Kerja

Apa sebenarnya AI Agent itu? Berbeda dengan chatbot generatif seperti ChatGPT, Agent AI mampu menjalankan proses dan mengambil keputusan dengan minim intervensi manusia. Teknologi ini menjadi fondasi dari berbagai inovasi terbaru yang dikembangkan oleh Google, OpenAI, Microsoft, hingga Salesforce.

Namun menariknya, bukan hanya raksasa teknologi yang ambil bagian. Perusahaan menengah dan startup juga mulai merapatkan barisan. EY mencatat, 81% eksekutif teknologi optimis AI akan membantu mereka mencapai target bisnis dalam setahun ke depan, dan hampir 60% percaya mereka unggul dibanding kompetitor dalam hal adopsi AI.

Bukan Sekadar Mengejar Tren

Optimisme ini kontras dengan beberapa laporan lain yang menunjukkan keraguan dari kalangan manajemen terhadap transformasi digital. Survei Lenovo sebelumnya menyebut bahwa 55% pemimpin IT melihat “kurangnya visi” sebagai penghalang utama implementasi AI yang efektif.

Namun di sektor teknologi, semangatnya berbeda. “Mindset para pemimpin teknologi adalah bahwa AI akan menciptakan skenario positive-sum—di mana produktivitas melahirkan pertumbuhan baru,” ujar Englund.

Tenaga Kerja Tidak Tergantikan, Tapi Perlu Berubah

Meskipun AI Agent terdengar seperti ancaman bagi tenaga kerja manusia, data EY menunjukkan bahwa hanya 9% perusahaan yang merencanakan PHK dalam enam bulan ke depan. Sebaliknya, 70% perusahaan fokus pada upskilling, dan 68% sedang mencari talenta dengan skill AI. Artinya, perusahaan tidak serta merta menggantikan karyawan dengan AI. Justru, mereka tengah membangun kompetensi internal agar manusia dan mesin bisa berkolaborasi lebih optimal.

Dunia usaha perlu memerhatikan tren ini karena seperti biasa, sektor teknologi adalah pemimpin dalam adopsi inovasi. Jika manfaat AI Agent terbukti secara nyata, dari efisiensi hingga keunggulan kompetitif, maka industri lain mulai dari keuangan, ritel, hingga manufaktur, akan segera mengikuti jejaknya.

Di tengah narasi suram soal potensi AI menggantikan pekerjaan manusia, laporan EY ini membawa angin segar bahwa masa depan kerja bukan soal manusia vs mesin, tapi soal bagaimana keduanya bisa menciptakan nilai baru secara bersama-sama. So, jika ingin tahu bagaimana brand Anda bisa memanfaatkan AI untuk keunggulan kompetitif? Saatnya berpikir seperti pemimpin teknologi.