Marketing.co.id – Berita Marketing I Praktik bisnis berkelanjutan mulai diterapkan banyak perusahaan, sebagai sebuah respon seiring dengan semakin maraknya isu-isu sosial dan lingkungan. Sejatinya, perusahaan hadir bukan mengejar keuntungan semata, namun dengan memperhatikan people (masyarakat dan karyawannya) dan planet (bumi atau lingkungan). Penerapan pengelolaan bisnis dengan pendekatan Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang dikenal dengan 3P (people, planet and profit) makin disadari para pelaku bisnis terutama sejak pandemi COVID-19 melanda dunia.
Penerapan pendekatan SDGs ini bertujuan menciptakan ekonomi global yang berkelanjutan dan inklusif yang memberikan manfaat jangka panjang bagi manusia, komunitas, dan pasar. Dengan pendekatan ini, bisnis yang dibangun bisa menjadi kekuatan dalam menebar kebaikan lebih luas. Bisnis masa kini tidak bisa lagi sekadar bicara keuntungan untuk perusahaan atau pemegang saham, tapi bisnis dituntut untuk menggunakan kekuatannya untuk menuai kebaikan. Karena konsumen lebih memilih perusahaan yang memproduksi barang secara berkelanjutan. Bukan hanya itu, para pegawai pun semakin sadar akan organisasi tempat mereka bekerja.
Menurut riset Markstein – agensi komunikasi terintegrasi—bersama Certus Insights –perusahaan riset opini publik—yang dilakukan pada Agustus 2019 di Amerika Serikat, mengungkapkan bahwa 70% konsumen ingin mengetahui apakah merek pilihan mereka mendukung isu-isu lingkungan dan sosial. Dalam riset tersebut juga terungkap bahwa sekitar 46% konsumen mengatakan bahwa mereka memperhatikan terlebih dahulu seperti apa program tanggung jawab sosial yang dijalankan oleh sebuah perusahaan sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk. Mereka berharap para pelaku bisnis dapat bertanggung jawab atas perlakuannya terhadap pegawai, komunitas, dan lingkungan hidup.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Mengutip riset yang dilakukan Grant Thornton dalam International Business Report (IBR) pada 2021, 62% perusahaan skala menengah meyakini bahwa berkelanjutan sama atau bahkan lebih penting daripada kesuksesan finansial. Bahkan 79% pelaku bisnis skala menengah di Indonesia percaya bahwa berkelanjutan sama pentingnya dengan keberhasilan secara finansial. Pandemi bahkan menegaskan keyakinan tersebut, karena 63% dari mereka berpendapat berkelanjutan semakin penting.
Dalam riset Grant Thornton tersebut juga terungkap bahwa 42% pelaku bisnis makin memandang penting pengelolaan bisnis berkelanjutan karena strategi ini dianggap mampu untuk meningkatkan efisiensi sehingga terasa manfaatnya bagi bisnis mereka. Semakin banyak perusahaan yang peduli dengan praktik bisnis yang dapat memberi dampak positif bagi lingkungan, masyarakat dan karyawannya. Karena mereka makin meyakini bahwa bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak memberikan nilai tambah bagi lingkungan, masyarakat dan karyawan atau hanya memikirkan keuntungan semata.
Seperti halnya yang dilakukan Danone Indonesia yang telah sejak lama mengusung bisnis berkelanjutan melaui unit-unit bisnisnya seperti AQUA, Nutricia dan Sarihusada. Danone Indonesia menyadari bahwa aspek ekonomi berkelanjutan, inklusi sosial, kesejahteraan dan kenyamanan karyawan, pengelolaan lingkungan, serta standar etika dan kepatuhan (compliance) perlu menjadi perhatian penting perusahaan. Perusahaan bukan sekadar membuat laporan, tapi juga berkomitmen untuk menggunakan sistem produksi yang efisien guna mencapai konsumsi dan produksi yang berkelanjutan.
Untuk itulah komitmen menjalankan visi One Planet One Health secara konsisten dilakukan secara terukur dan kemudian dilaporkan Danone Indonesia dalam Sustainability Report. Visi One Planet One Health merupakan wujud keyakinan Danone Indonesia bahwa kesehatan planet dan kesehatan manusia saling berkaitan. Strategi bisnis keberlanjutan yang dijalankan oleh Danone Indonesia selalu mengacu pada Sustainable Development Goals (SDG) sehingga selaras dengan tujuan pembangunan berkelanjutan yang telah ditetapkan pemerintah
Di bidang lingkungan, Danone Indonesia melaksanakan berbagai upaya perlindungan sumber daya air dalam bentuk kegiatan konservasi dan perlindungan sumber air. Berikutnya Danone Indonesia meluncurkan inisiatif #Bijakberpastik demi me-recover limbah plastik lebih banyak daripada yang diproduksi pada 2025. Tak ketinggalan, Danone Indonesia berkomitmen mengurangi CO2 yang dihasilkan dari produksi perusahaan dengan berbagai upaya yaitu mengurangi penggunaan energi, pengembangan energi alternatif dan menargetkan 100% penggunaan energi listrik dari sumber energi terbarukan pada 2030.
Dari sisi kesehatan, Danone Indonesia telah melakukan berbagai langkah kongkrit pada komitmennya pada kesehatan ini. Danone Indonesia berkomitmen menghadirkan produk bergizi yang dibutuhkan ibu dan anak melalui kegiatan riset dan pengembangan produk. Upaya mengatasi masalah kesehatan ini selain dengan produk bernutrisi, diupayakan Danone Indonesia melalui berbagai kegiatan edukasi dan kolaborasi.
Dalam bisnis yang berkelanjutan, Danone Indonesia juga sangat memperhatikan people dalam hal ini masyarakat dan karyawan yang mendukung gerak laju perusahaan. Danone Indonesia berkomitmen mewujudkan target menjadi salah satu perusahaan paling inklusif dan beragam di dunia pada 2030 melalui Peta Jalan Keragaman Inklusif Global 2020 yang berfokus pada 3 prioritas: Mempromosikan Perilaku Inklusif, Kesetaraan Gender, dan Budaya dan Kebangsaan.
Implementasi keberlanjutan secara efektif ke dalam model dan strategi bisnis utama membutuhkan komitmen tinggi dari para pemimpin. Selain itu, transparansi dan akuntabilitas juga harus tercipta di semua tingkatan organisasi. Jika makin banyak perusahaan bertanggung jawab lalu dikombinasikan dengan inovasi dan kolaborasi, dapat membawa perubahan besar bagi pasar dan juga masyarakat luas.
Upaya yang telah dilakukan selama ini merupakan sebuah perwujudan implementasi bisnis berkelanjutan untuk terus mendukung kehidupan yang lebih baik.
Ditulis oleh:
Indah Tri Novita
External Communications & Corporate Digital Senior Manager Danone Indonesia