Anti Bokek! Begini Cara Mengukur Keuangan Pribadi

0
Human hand holding pen writing note and counting calculator on desk,savings, finances, economy and home concept
[Reading Time Estimation: 2 minutes]

Marketing.co.id – Berita Financial Services | Setelah sekian lama dilarang mudik lebaran akibat pandemi Covid-19,  akhirnya pemerintah membolehkan masyarakat untuk mudik lebaran tahun ini. Sekadar informasi, mudik adalah fenomena sosial pulang kampung yang terjadi di Indonesia menjelang hari raya.

Kebijakan pemerintah yang membolehkan mudik tahun ini disambut antusias oleh masyarakat. Hal tersebut bisa dilihat dari banyaknya berita kemacetan jalanan khas mudik lebaran yang yang menjadi headline media.

Tentunya kondisi ini memunculkan euforia yang membuat tangan kita menjadi ringan untuk mengeluarkan uang. Pada akhirnya, konsumsi kita menjadi tidak terkendali dan membuat keuangan jebol meskipun sudah ada Tunjangan Hari Raya (THR).

Nah, agar keuangan tidak jebol setelah libur lebaran kita harus mengatur keuangan dengan baik. Setidaknya ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tidak bokek setelah lebaran.

Hal pertama yang harus dilakukan agar keuangan pribadi tetap sehat adalah dengan melakukan budgeting. Kita bisa kembali menghitung pengeluaran yang dihabiskan selama libur lebaran.

Berapa sih pengeluaran selama libur lebaran? Seberapa besar pengeluaran liburan lebaran menguras uang kita, apakah sampai menguras tabungan juga?

Itu semua harus dicatat terlebih dahulu. Langkah berikutnya adalah melihat apakah anggaran yang sudah disiapkan selama lebaran cukup atau malah menguras dalam dompet kita.

Kalau misalnya membuat dompet jebol atau over budget, kita harus melakukan budgeting ulang kemudian mencari kompenen-komponen apa yang bisa menambal pengeluaran selama mudik.

Kesalahan pengeluaran yang sering terjadi

Tak bisa dipungkiri bahwa biaya konsumsi selama lebaran membengkak, terutama untuk transportasi. Bagi masyarakat yang mudik menggunakan kendaraan pribadi pasti akan terjebak macet yang membuat biaya untuk BBM dan makan bertambah. Sedangkan bagi pemudik yang menggunakan transportasi umum, harga tiket menjelang lebaran biasanya bisa naik hingga 100% dari harga normal.

Ketika pengeluaran membengkak, bagaimana mengatur ulang keuangan pribadi?

Yang paling penting yang harus dilakukan adalah kembali melihat rasio keuangan. Misalnya, membandingkan aset lancar dengan pengeluaran sehari-hari yang ujung-ujungnya akan berdampak pada dana darurat. Ketika rasio keuangan masih bagus atau sehat, akan lebih mudah bagi kita untuk mengaturnya, kan?

Kita juga bisa melihat dari rasio utang, jangan sampai pengeluaran selama mudik lebaran malah menambah rasio utang dimana cicilan yang dimiliki malah semakin bertambah. Penting untuk diperhatikan adalah jangan sampai beban utang malah semakin bertambah. Jangan sampai libur lebarannya seminggu beban utangnya 6-12 bulan ke depan.

Rasio keuangan pribadi yang sehat itu seperti apa sih?

Ada beberapa rasio yang bisa Anda hitung sendiri dan ini sangat mudah kalau Anda sudah mencatatnya. Pertama mengukur rasio likuiditas, aset lancar seperti tabungan yang Anda miliki bisa dibandingkan dengan kebutuhan sehari-hari.

Sebenarnya tabungan ini bisa juga menjadi dana darurat. Dana darurat adalah dana yang dibutuhkan kalau sewaktu-waktu ada kejadian tak terduga yang Anda tidak bisa didapatkan dari pendapatan lain. Idealnya, dana darurat itu cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 3-6 bulan ke depan.

Kedua mengukur rasio utang dengan pendapatan. Ibarat peribahasa lebih besar pasak daripada tiang yang artinya lebih besar pengeluaran daripada penghasilan. Jika terpaksa harus berutang sebaiknya maksimal 30% dari pendapatan. Jika utang lebih dari 30% segera kurangi atau lunasi cicilan-cicilan yang bisa dilunasi.

Ketiga mengukur rasio utang dengan aset, ketika Anda tak bisa membayar utang bisa saja Anda menjual Aset milik Anda seperti emas atau lainnya untuk menutupinya. Idealnya, aset yang Anda dimiliki 50% dari utang. Terakhir mengukur rasio tabungan dengan pendapatan, yakni mengukur tabungan dengan pendapatan. Idealnya tabungan kita minimal 10% dari pendapatan.