Tantangan dan Peluang Industri Farmasi di 2017

[Reading Time Estimation: 2 minutes]

International Pharmaceutical Manufacturers Group (IPMG), asosiasi yang beranggotakan 25 perusahaan farmasi internasional berbasis riset yang beroperasi di Indonesia, belum lama ini  memaparkan pandangan mereka terhadap tantangan dan peluang ditahun 2017.

Dalam diskusi “Outlook Industri Farmasi 2017” dengan awak jurnalis di Locanda Restoran, Jakarta, IPMG menujukan optimisme terhadap pertumbuhan industri farmasi di tahun 2017.

Tantangan dan Peluang Industri Farmasi di 2017Data IMS Health menyebutkan, pasar industri farmasi tumbuh 7,49% hingga kuartal keempat 2016, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 4,92%. Diperkirakan pertumbuhan ini akan terus melaju di 2017 dan seterusnya.

Salah satu faktor pendorong tumbuhnya industri farmasi adalah meluasnya jangkauan kepesertaan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) atau BPJS Kesehatan yang mencapai 175 juta anggota hingga Maret 2017, atau 66% dari ke seluruhan populasi di Indonesia.

Hal ini juga didukung komitmen pemerintah menjadikan industri farmasi sebagai salah satu industri prioritas di Indonesia. Salah satunya adalah dengan meluncurkan roadmap industri farmasi dan alat kesehatan akhir Februari lalu.

Wakil Ketua Umum IPMG Evie Yulin dalam paparannya mengatakan, semakin luasnya jangkauan JKN kepada masyarakat, berarti semakin banyak masyarakat yang kini memiliki akses pada pelayanan kesehatan. Hal ini juga berkontribusi terhadap pertumbuhan konsumsi obat dan perkembangan industri farmasi secara keseluruhan.

Namun, IPMG mencermati bahwa terdapat ruang untuk peningkatan dalam pelaksanaan pengelolaan JKN, yang selama ini memengaruhi kesuksesan progam itu, menghambat pertumbuhan industri farmasi dan menghambat akses masyarakat kepada obat-obatan berkualitas. Selain itu, JKN masih terus berkutat dengan masalah defisit keuangan, hingga 2016, total defisit dalam program JKN telah mencapai sekitar Rp6.23 triliun.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, sekaligus menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan dari industri farmasi nasional, IPMG menilai investasi di sektor riset dan pengembangan (R&D) dan bahan baku industri menjadi peluang yang harus bisa dimaksimalkan pemerintah. Apalagi sektor bahan baku industri telah ditetapkan menjadi prioritas utama dalam roadmap industri farmasi.

“Riset dan pengembangan merupakan fondasi dari industri farmasi. Obat-obatan inovatif yang merupakan hasil dari riset dan pengembangan, adalah komponen utama untuk meningkatkan tingkat peluang hidup di dunia, dengan menyelamatkan jutaan nyawa setiap tahunnya dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” kata Jorge Wagner, Ketua Umum IPMG.

IPMG merasa perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan pihak swasta untuk bersama menjawab tantangan yang menjadi kendala bagi pelaku industri farmasi seperti proses penyetujuan obat baru yang masih sangat lama, sertifikasi produk halal, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN), obat palsu, dan hak kekayaan intelektual.

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat riset dan pengembangan industri farmasi antara lain, sistem politik yang stabil dan transparan, sistem kekayaan intelektual kelas dunia, pasar yang terbuka dan tanpa diskriminasi, jaringan yang kuat antara sektor swasta dan akademisi, dan insentif dalam hal pajak.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here