Produktivitas tenaga kerja Indonesia secara substansial mengalami peningkatan yang baik dalam 15 tahun terakhir. Demikian laporan terbaru Economic Insight: South East Asia oleh ICAEW. Produktivitas pekerja Indonesia berkembang pesat hingga menempati posisi kedua terbesar di ASEAN setelah Vietnam. Pergesaran sektoral menyumbang peningkatan sebesar 1,1%, dan seiring dengan Filipina, tingkat ‘produktivitas murni’ Indonesia meningkat sampai 2,7%.
Tenaga kerja ASEAN secara keseluruhan mempunyai rekor perkembangan yang mengesankan, dengan pertumbuhkan produktivitas sebesar 3% per tahun antara 2000 dan 2015. Perkembangan ini melebihi laju perkembangan per tahun Amerika Latin 2% dan Afrika 1,44%. Pergeseran sektoral (tenaga kerja yang berpindah dari agrikultur ke manufaktur dan layanan), urbanisasi dan meningkatnya tenaga kerja pada grup ‘usia prima’ (25 – 54), telah menjadi faktor pendorong utama tumbuhnya produktivitas di seluruh daerah ASEAN, dengan pengecualian Singapura.
Prinyanka Kishore, ICAEW Economic Advisor & Oxford Economics Leads Economist, mengatakan, produktivitas Indonesia tumbuh mengesankan sebesar 3,8% dalam 15 tahun terakhir dan akan berkembang hingga 3,9% dalam lima tahun ke depan.
“Hanya dengan 2% tenaga kerja yang bekerja di sektor industri utama dibandingkan Malaysia dengan 10% tenaga kerja, Indonesia mempunyai peluang besar untuk meningkatkan produktivitas dengan membuka kesempatan bagi tenaga kerjanya untuk beralih ke sektor-sektor industri utama tersebut” jelas Prinyanka dalam rilis yang dikirim ke redaksi Marketing.co.id.
Tingginya jumlah tabungan rumah tangga juga dapat disebut sebagai salah satu kontribusi meningkatnya produktivitas Indonesia, sehubungan dengan pergeseran sektoral tidak dapat terjadi tanpa pasokan keuangan stabil untuk di investasi pada modal fisik maupun modal manusia. Walaupun Foreign Direct Investments (FDI) mempunyai peran penting dalam memajukan ekonomi ASEAN, sebagian besar permodalan investasi bisnis datang dari tabungan domestik dan pinjaman, terutama untuk Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang banyak membuka lowongan pekerjaan. Hal ini cukup menjelaskan alasan di balik produktivitas ASEAN yang terus meningkat pesat dibanding dengan kawasan ‘pendapatan tengah.’
Nilai Rupiah juga menguat pada tahun ini dibandingkan dengan mata uang negara Asia lainnya. Bunga obligasi juga turun secara signifikan and tren pasar saham terus meningkat. Namun, pertumbuhan produktivitas Indonesia masih tertahan oleh faktor eksternal, khususnya dengan menurunnya jumlah potensi mitra dagang utama Indonesia dan harga komoditas yang semakin rendah.