Ada baiknya kita belajar dari sosok Fahmi. Mimpi yang besar, keyakinan yang kuat, fokus, kerja keras, dan pantang menyerah, telah membuat dia jadi entrepreneur sukses dalam merintis usaha bubble drink.
Peluang menggaet konsumen di dalam mal memang besar, lantaran mal adalah tempat berkumpul konsumen yang umumnya siap berbelanja. Maka itu tak heran jika usaha bubble drink banyak dilakukan dengan membuka oulet di dalam mal. Namun demikian, bukan berarti membuka usaha bubble drink di luar mal tidak bisa menggaet konsumen.
Masih jarangnya pelaku bisnis yang membuka usaha bubble drink di luar area mal inilah yang ditangkap oleh Fahmi. Konsep bubble drink di mal ia terapkan di luar area mal dengan produk yang berkualitas dan harga yang kompetitif. Ternyata benar adanya. Terbukti minuman ini disukai banyak orang.
Kini, pria kelahiran Jakarta 28 tahun silam ini memiliki usaha yang bergerak di bidang business opportunity (kemitraan) bubble drink dan produksi bahan baku minuman powder perasa untuk berbagai jenis usaha, seperti bubble drink/bubble tea, milk shake, ice blend, coffee shop, restoran, dan kafe. Dari usaha yang dijalankan, ia bisa meraih omzet mencapai Rp300 juta setiap bulan.
Fahmi memulai debut usahanya yang diberi nama Lup Lup Bubble Drink dengan berjualan di teras rumahnya. Sebulan berjalan, ternyata respons dari tetangga dan warga sekitar sangat baik. Selain rasa yang enak, harganya pun terjangkau. Dari keuntungan berjualan di teras rumah, ia mencari lokasi baru dengan membuka outlet di kantin Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Di UIN, produknya mendapat keuntungan yang lumayan bagus. Fahmi pun kembali membuka cabang di kampus Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ). Setelah memiliki empat outlet, akhirnya ia menawarkan peluang usaha (business opportunity) kepada khalayak. Ternyata responsnya pun sangat baik. Bahkan kini ia telah memiliki 42 cabang yang tersebar di berbagai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok, Bandung, Sukabumi, Tasikmalaya, Serang, Makassar, Balikpapan, Samarinda, Jambi, Palembang, sampai ke Aceh.
Seiring berjalannya waktu, Fahmi mendapati banyak orang yang hanya ingin membeli bahan baku saja, tanpa ingin mengambil paket kemitraan. Sempat pada awalnya ia menolak dan bersikeras tidak melepas bahan baku secara bebas, dan hanya menjualnya kepada para mitra saja.
“Ternyata yang kami tolak semakin hari semakin banyak, sehingga kami berpikir seolah-olah menghalangi rezeki orang lain yang ingin usaha ini. Padahal setiap orang berhak untuk usaha dan berhak kaya. Selain itu, kami juga menangkap ini sebagai peluang usaha baru, menjual bahan baku bubble drink. Hingga akhirnya di tahun 2012 kami memutuskan untuk membentuk divisi usaha tersendiri yang khusus menangani penjualan bahan baku saja, tanpa harus mengambil paket franchise, yaitu ‘Jakarta Bubble Drink’,” kenang dia.
Menurut Fahmi, bisnis minuman merupakan salah satu jenis bisnis yang tahan terhadap berbagai kondisi ekonomi. Apalagi minum sudah menjadi kebutuhan pokok manusia setiap hari. Bisnis ini bukan bisnis yang musiman, maka itu dia sangat tertarik untuk menjalankan bisnis ini dan terus mengembangkannya.
Terlebih Indonesia adalah pasar yang besar karena memiliki luas wilayah yang terbentang dari Aceh hingga Papua dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa. Tentunya hal tersebut menjadi sangat potensial bagi bisnis minuman di Indonesia, mengingat juga negara ini memiliki iklim tropis. Selain itu, menurut dia, bisnis ini juga tidak memerlukan modal yang besar. Dengan modal yang rendah serta mudah menjalankannya akan diperoleh keuntungan yang berlimpah dan juga membawa berkah.
Agar produknya bisa dikenal luas, selain website Fahmi pun memanfaatkan keberadaan media sosial. Lewat akun Facebook (Lup Lup Bubble Drink), twitter @luplupbubble, ia mencoba menyuguhkan informasi terkait produk yang dimiliki. Fahmi menuturkan, karyawan di kantornya hanya bisa melayani konsumen dari pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore. Sementara melalui website, pelanggan bisa mengakses kapan pun selama 24 jam. Dengan begitu, semua orang dari berbagai daerah bisa melihat dan mempelajari konsep bisnis yang ia jalankan.
Selain dari website dan media sosial, Fahmi pun sering mengikuti bazar di berbagai kegiatan. Informasi disebar melalui brosur yang dibagikan kepada pengunjung di setiap bazar yang ia ikuti. Tidak jarang Fahmi juga melakukan canvassing ke lapangan, langsung menawarkan produknya ke kafe dan restoran yang mempunyai menu minuman sesuai dengan yang ia miliki. Fasilitas e-mail juga ia manfaatkan untuk mengirim penawaran produk ke perusahaan dan kafe atau restoran besar, dan jika diterima Fahmi akan melakukan demo produk ke tempat calon pelanggan.
Go International
Guna menyambut ASEAN Economic Community, pria yang pernah menduduki posisi Ketua Umum Senat Mahasiswa FISIP, Universitas Nasional ini berencana terus memperluas pasar ke berbagai negara di ASEAN. Apalagi, saat ini ia telah membuka distributor di Kuala Lumpur, Malaysia. Fahmi pun berharap di tahun-tahun mendatang bisa melebarkan sayap bisnis dengan membuka cabang di negara-negara lainnya.
“Bagi kami ASEAN Economic Community merupakan peluang yang harus dimanfaatkan sekaligus tantangan yang mesti dihadapi,” katanya. Maka itu, Fahmi akan kontinu mengembangkan dan melakukan inovasi agar produknya dapat terus diterima konsumen, misalnya dengan mengeluarkan rasa baru ataupun produk baru sehingga mereka tidak jenuh.
Fahmi pun punya angan-angan membuat sebuah bubble tea shop, di mana orang-orang dapat menikmati bubble drink dengan konsep kafe yang nyaman dan harga yang kompetitif. Inilah upaya Fahmi untuk melanggengkan bisnisnya. Berpikir terus untuk menciptakan berbagai inovasi.
Dafit Zuhendra/Forografer: Asep Toni K.