Agentic Marketing, Solusi AI untuk Efisiensi, Personalisasi, dan ROI

0
AI marketing, strategi AI marketing, kecerdasan buatan, teknologi AI, strategi pemasaran digital, copywriting AI, video marketing AI, data pelanggan, digital marketing, pemasaran berbasis AI.
[Reading Time Estimation: 3 minutes]
Netcore Cloud Ungkap Masa Depan Agentic Marketing di Indonesia: Solusi AI untuk Efisiensi, Personalisi, dan ROI
Triton Dsouza, Country Manager Indonesia Netcore Ungkap Masa Depan Agentic Marketing di Indonesia

Netcore Cloud Mengenalkan Agentic Marketing untuk Atasi Kompleksitas Pemasaran Modern

Marketing.co.id – Berita Digital | Di ajang Martech Excellence Awards Indonesia 2025, Country Manager Indonesia Netcore Cloud Triton Dsouza memaparkan bagaimana lanskap pemasaran memasuki fase baru yang ditandai dengan munculnya agentic marketing.

Menurutnya, teknologi pemasaran saat ini tidak lagi cukup bila hanya mengandalkan sistem yang terfragmentasi. Dibutuhkan model baru yang mampu bekerja secara otonom, cepat, dan relevan dalam menjawab tuntutan konsumen.

“Hari ini kita merayakan pencapaian martech. Namun, yang lebih penting adalah bagaimana kita memikirkan masa depan excellence di martech, masuk ke era agen AI otonom,” kata Triton di hadapan ratusan peserta.

Konsumen Minta Hyper-Personalization, Pemasar kewalahan

Dalam pemaparannya, Triton menyoroti standar baru yang ditetapkan konsumen Indonesia. Menurut data internal Netcore, 94% konsumen menginginkan interaksi yang benar-benar personal. Ini menjadikan hyper-personalization sebagai kebutuhan dasar, bukan lagi keunggulan kompetitif. Brand yang gagal memberikan relevansi akan semakin tertinggal.

Namun kenyataannya, banyak perusahaan masih berjuang untuk memenuhinya. Hanya 1 dari 3 pemasar yang mampu menjalankan personalisasi dengan efektif, banyak perusahaan masih kesulitan menskalakan personalisasi, dan 60–70% tim marketing mengaku terbebani pekerjaan operasional yang menghabiskan sebagian besar waktunya. Akibatnya, marketer tidak memiliki cukup waktu untuk strategi dan optimasi kampanye.

Menurut Triton, masalah utamanya bukan pada kurangnya alat atau platform marketing, melainkan pada model kerja yang masih manual dan terfragmentasi. “Ini bukan lagi marketing, tetapi manajemen kekacauan,” ujarnya, menggambarkan kondisi tim marketing yang dikepung terlalu banyak channel, data, dan tekanan untuk menghasilkan hasil cepat.

Masalah Bukan pada Upaya, Tapi Model yang Usang

Lebih jauh, Triton mengatakan, industri perlu mengubah paradigma. Sistem pemasaran tradisional masih mengoptimalkan pencapaian (reach). Padahal, tantangan saat ini adalah relevansi. “Jika relevansi rendah, maka performa juga rendah. Kita harus bergerak ke model baru yang memprioritaskan relevansi,” katanya.

Untuk menggambarkan tantangan tersebut, Ia mengenalkan sosok fiktif “Maya”, seorang kepala pemasaran yang memiliki semua alat tercanggih, mulai dari CDP, analitik, hingga marketing engagement. Namun, tetap kehilangan peluang karena sistemnya tidak bekerja secepat intensi pelanggan.

Multi-Agent AI Framework Netcore

Di momen tersebut, Triton mengenalkan AI Agentic Framework milik Netcore Cloud, sebuah terobosan yang diciptakan untuk mengotomasi pekerjaan marketing secara end-to-end melalui empat agen AI yang saling berkoordinasi, yaitu:

1. Insight Agent – Menggali insight dari perilaku pelanggan, performa kampanye, dan data transaksi.
2. Segment Agent – Membangun ratusan segmen otomatis berdasarkan minat, afinitas, dan perilaku pelanggan.
3. Content Agent – Menghasilkan konten multi-channel seperti email, WhatsApp, push notification, lengkap dengan kemampuan membuat gambar dan video menggunakan teknologi Google (Imagen, VIO).
4. Scheduler Agent – Mengatur waktu dan channel terbaik berdasarkan preferensi dan prediksi performa.

Keempat agen ini, kata Triton, mampu menyelesaikan pekerjaan setara tim marketing dalam hitungan menit.

Melalui video demonstrasi, Triton memperlihatkan kepada audiens bagaimana seorang marketer bernama Shivani hanya perlu meminta sistem untuk “membangun kampanye”, dan para agen bekerja secara otomatis, mulai dari analisis data, pembuatan segmen, produksi konten, hingga penjadwalan.

Arsitektur Baru: Data → Decision → Action → Learning

Netcore juga mengenalkan autonomous loop yang memungkinkan sistem terus belajar dan beradaptasi terhadap sinyal pelanggan. Arsitektur tersebut mengintegrasikan CDP Netcore sebagai pusat data klik, pencarian, pembelian, dan katalog; integrasi dengan Google BigQuery, GA4, Google Ads, dan Ads Data Hub; penguatan AI melalui Gemini, Vertex AI, Imagen, dan VIO; eksekusi kampanye otomatis di seluruh channel; dan feedback loop real-time untuk belajar dan mengoptimasi kampanye secara berkelanjutan.

Hasil akhirnya adalah sistem pemasaran otonom yang mampu meningkatkan efisiensi, personalisasi, dan ROI. “Ini adalah breakthrough yang menyatukan martech dan adtech yang selama puluhan tahun hidup dalam silo,” ujar Triton.

Triton menegaskan bahwa inovasi ini bukan dibangun dalam semalam. Netcore telah berinvestasi dalam AI sejak 2016, dan kini menjadi satu-satunya martech yang bekerja bersama Google untuk membangun ekosistem agentic marketing yang terintegrasi. Kolaborasi ini melibatkan tim engineer Google dan Netcore yang bekerja bersama untuk menciptakan model-model AI yang mampu memaksimalkan efisiensi, ROI, dan hasil kampanye. Inovasi tersebut telah mendapatkan pengakuan global dari Forrester, Gartner, G2, dan Google Cloud Partner of the Year.  Saat ini Netcore telah dipercaya lebih dari 6.500 brand global, termasuk lebih dari 100 brand di Indonesia.

Menutup presentasinya, Triton berpesan bahwa masa depan pemasaran akan ditentukan oleh kemampuan brand dalam mengadopsi agentic marketing. “Brand yang mengadopsi agentic marketing hari ini akan menjadi pemimpin pasar besok,” pungkas Triton.