
Marketing.co.id – Berita Marketing | Agenda penting yang mempertemukan seluruh pemangku kepentingan sektor ketenagalistrikan, Electricity Connect 2025, resmi dibuka hari ini di Jakarta International Convention Center (JICC). Konferensi dan pameran ini, yang diprakarsai oleh Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) dan didukung penuh oleh Kementerian ESDM serta PT PLN (Persero), berfokus pada kolaborasi, investasi berkelanjutan, dan percepatan transisi energi hijau di Indonesia.
Acara ini secara eksplisit mendukung komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam mewujudkan kemandirian energi nasional melalui pemanfaatan sumber Energi Baru Terbarukan (EBT) domestik.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, dalam sambutannya menekankan pentingnya mengatasi “trilema energi” di tengah ancaman pemanasan global. “Yang perlu kita perhatikan adalah adanya trilema energi. Yang pertamanya adalah security, kita harus memberikan listrik yang cukup kepada seluruh lapisan masyarakat. Dan yang kedua adalah listrik tersebut harus affordable atau terjangkau. Dan yang ketiga adalah sustainability, berkesinambungan. Jadi, kita harus mendorong EBT ke sistem kita semuanya,” jelas Jisman.
Komitmen ini menggarisbawahi tekad pemerintah untuk beralih dari energi berbasis fosil menuju EBT untuk menciptakan sistem kelistrikan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Menindaklanjuti arahan tersebut, Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo, memaparkan peta jalan transisi energi dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034. RUPTL yang disebutnya sebagai “paling hijau sepanjang sejarah” ini didominasi oleh pembangunan pembangkit EBT, yakni sebesar 69,5 Gigawatt (GW), mencakup sekitar 76 persen dari total penambahan kapasitas.
Untuk mengakomodasi energi bersih ini, PLN merencanakan pembangunan transmisi sepanjang 48.000 kilometer sirkuit (kms) dan 109.000 MPH gardu induk. Total kebutuhan investasi untuk proyek ambisius ini diperkirakan mencapai Rp3.000 triliun.
Darmawan optimistis, bahwa transisi ini akan meningkatkan ketahanan energi. “Dalam proses itu, kita beralih dari energi fosil yang basisnya impor ke EBT domestik sehingga meningkatkan ketahanan energi,” ujarnya.
Kepala Staf Kepresidenan, Muhammad Qodari, menyoroti peran strategis kemandirian energi dalam mendukung cita-cita pembangunan nasional. Ia menegaskan Kantor Staf Presiden (KSP) berkomitmen memastikan implementasi program transisi energi yang masuk dalam Asta Cita Presiden berjalan efektif dan tepat sasaran.
Qodari melihat potensi ekonomi yang sangat besar dari rencana investasi Rp3.000 triliun. Ia memperkirakan bahwa agenda ini berpotensi memberikan kontribusi hingga 1% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional setiap tahunnya.
“Energi ini sangat vital karena nanti ini perlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 8%, gak ada cerita pertumbuhan ekonomi 8% tanpa kelistrikan yang kuat,” tegas Qodari, sembari menekankan pentingnya mewujudkan listrik yang andal, bersih, dan terjangkau hingga ke pulau-pulau terpencil.
Ketua Panitia Pelaksana Electricity Connect 2025 sekaligus Sekretaris Jenderal MKI, Arsyadany G. Akmalaputri, menyatakan acara ini merupakan platform utama untuk membangun kemitraan dan investasi, khususnya untuk memperkuat ekosistem EBT di kawasan Asia.
Acara yang berlangsung selama beberapa hari ini menyajikan berbagai kegiatan, termasuk plenary sessions, high-level dialogues, workshop, penandatanganan nota kesepahaman, hingga pameran yang diikuti oleh 94 exhibitor yang menampilkan terobosan teknologi mutakhir.
“Kami optimis agenda Electricity Connect tahun ini akan berjalan sukses dan membuka lebih banyak pintu kolaborasi dan inovasi,” pungkas Arsyadany. Ia juga menegaskan komitmen keberlanjutan dengan menyatakan bahwa Electricity Connect 2025 adalah Net Zero Emission event, di mana seluruh jejak karbon dikompensasi dengan Sertifikat Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca.


